Sukses


Syarief Hasan: Pondok Pesantren Adalah Potret Kebhinnekaan Bangsa Indonesia

Wakil Ketua MPR Dr. H. Sjarifuddin Hasan kunjungi Pondok Pesantren Roudhotul Muta'allimin, Sukanagalih, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (20/10/2020).

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR Dr. H. Sjarifuddin Hasan, MM, MBA mengungkapkan bahwa kehidupan di pondok pesantren sangat luar biasa untuk diamati. Selain menjadi pusat ilmu agama, ponpes juga sangat berbaur dan mewarnai masyarakat sekitar. Padahal, para santri dan santriwati yang menempuh pendidikan di ponpes berasal dari beragam latar belakang suku serta status sosial.

"Dan hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah serta biasa saja bagi mereka. Inilah yang saya sebut bahwa ponpes adalah potret nyata kebhinnekaan Indonesia. Jika ingin melihat bagaimana rakyat Indonesia melaksanakan kebhinnekaan, lihatlah ponpes," katanya, dalam acara Temu Tokoh Nasional bersama Wakil Ketua MPR Sjarifuddin Hasan, di Pondok Pesantren Roudhotul Muta'allimin, Sukanagalih, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (20/10/2020).

Hadir dalam acara yang mengikuti protokol kesehatan secara ketat tersebut Pimpinan Ponpes H. Dadang Abdul Aziz, Ketua Yayasan Hj. Tati Sholihah, tokoh masyarakat, tokoh agama sekitar dan para santri serta santriwati.

Di hadapan para santri, Pimpinan MPR dari Partai Demokrat yang biasa disapa Syarief Hasan ini kemudian menjabarkan tentang Bhinneka Tunggal Ika. "Itu adalah semboyan bangsa, yang tertulis pada lambang negara Garuda Pancasila, bermakna 'berbeda-beda tetap satu jua'. Penjelasannya adalah, Indonesia terdiri dari keberagaman namun tetap bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia," terangnya.

Sebelum melanjutkan, Syarief Hasan secara mendadak mengajukan pertanyaan yang langsung direspon antusias para santri. "Bhinneka Tunggal Ika ada dalam Empat Pilar MPR. Sebutkan secara urut," tanyanya. Salah satu santriwati Siti Khodijah menjawab dengan tepat. "Empat Pilar MPR adalah Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya. "Mantab jawabannya," seru Syarief Hasan.

Kemudian Syarief Hasan melemparkan pertanyaan kedua. "Siapa yang pertama kali mempopulerkannya," ucapnya. Beberapa santri mencoba menjawab. Namun, jawaban meleset jauh. Dengan tersenyum, Syarief Hasan membesarkan hati santri. "Tidak mengapa salah, saya kagum dengan usaha kalian yang berupaya keras memberikan jawaban. Kalau salah bisa belajar lagi," katanya, disambut tepuk tangan riuh peserta.

Bagi Syarief Hasan, santri adalah generasi muda yang pintar. Banyak sudah prestasi yang ditoreh kalangan santri. Untuk itu, ia mengajak santri terus rajin belajar. "Bhinneka Tunggal Ika adalah sebagian dari ilmu pengetahuan yang luas. Belajar terus, jangan pantang menyerah jika gagal atau mendapat hambatan. Kalau itu konsisten dilakukan, saya yakin para santri ponpes Roudhotul Muta'allimin akan menjadi 'mercusuar' bangsa Indonesia," tandasnya.

 

(*)