Sukses

Libur Panjang, Jasa Marga Prediksi Puncak Arus Balik Terjadi Hari Minggu

Jasa Marga mengimbau agar masyarakat melakukan perjalanan arus balik sebelum hari Minggu untuk menghindari kepadatan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga memprediksi puncak arus balik libur panjang akhir Oktober 2020 terjadi pada Minggu 1 November 2020.

Hal tersebut berdasarkan unggahan Jasa Marga di akun instagramnya, @official.jasamarga yang dikutip Liputan6.com, Sabtu (31/10/2020).

"Puncak arus balik libur panjang diprediksi akan terjadi pada hari Minggu 1 November 2020 sehingga berpotensi menimbulkan lonjakan volume kendaraan menuju Jakarta," tulis akun Jasa Marga.

Selain itu, selama tiga hari libur panjang yakni 28-30 Oktober 2020, tercatat sebanyak 509 ribu kendaraan telah meninggalkan wilayah Jakarta melalui tol yang dikelola PT Jasa Marga. Jumlah tersebut meningkat selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Periode libur panjang cuti bersama dan Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H, jumlah ini meningkat 40,3% dari lalu lintas new normal," tulis keterangan Jasa Marga.

Karena itu, PT Jasa Marga mengimbau warga agar dapat melakukan arus balik libur panjang sebelum hari Minggu guna mengantisipasi kemacetan akibat meningkatnya volume kendaraan dalam satu waktu.

"Selalu patuhi protokol kesehatan, ikuti arahan petugas, dan tetap berhati-hati selama berkendara," imbau Jasa Marga.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Perketat Protokol Kesehatan di Rest Area

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengimbau agar pengelola rest area dapat membatasi jumlah warga yang antre di toilet saat arus balik libur panjang akhir Oktober 2020.

Dia menyebut, pembatasan tersebut guna meminimalisasi penyebaran virus corona atau Covid-19 saat banyaknya warga beristirahat di rest area.

"Protokol kesehatan 3M diawasi secara ketat. Kalau perlu di beberapa tempat yang menjadi pusat perkumpulan seperti musala, toilet, itu ada petugas yang mengatur jumlah maksimal orang yang boleh beraktivitas di dalam," kata Syafrin saat dihubungi, Jumat (30/10/2020).

Dia menjelaskan dalam pembatasan tersebut pihak pengelola dapat membatasi warga dengan jumlah yang ditentukan saat melakukan antrean ke toilet. Selain itu akses warga untuk antrean dan keluar dari toilet juga harus diperhatikan.

"Misalnya di toilet maksimal lima orang, ya sudah ada petugas yang hitung untuk antre di luar. Satu masuk, satu keluar, gantian terus. Jadi terjaga," ucapnya.

Selain toilet, Syafrin juga meminta agar warga yang akan melakukan ibadah di musala dapat dilakukan pembatasan. "Dengan upaya bersama paling tidak kita minimalisir dan tidak ada klaster libur panjang lagi di Jakarta," jelasnya.