Liputan6.com, Jakarta - Cerita miring tentang pengendara motor gede (Moge) kerap terdengar di tengah masyarakat. Mulai dari tingkah polahnya yang dinilai arogan juga kadang tidak tertib terhadap rambu-rambu lalu lintas.
Peristiwa yang terjadi di Bukittinggi bukan menjadi kasus pertama yang melibatkan penunggang moge. Jauh sebelum itu, para pengendara motor mahal ini juga pernah berhadapan dengan masyarakat biasa.
Baca Juga
Seperti yang di Yogyakarta lima tahun silam. Saat itu, seorang pesepeda melawan rombongan moge dengan mengadangnya. Hal ini menyusul sikap mereka yang dinilai tidak menghiraukan aturan lalu lintas.
Advertisement
Berikut ini deretan kejadian miring yang melibatkan pengendara motor gede di sejumlah daerah.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Lawan Arah Mengadang Mobil
Entah apa yang ada di pikiran pengemudi motor gede (moge) yang satu ini, sudah melawan arah tapi tak mau mengalah ketika berhadapan dengan mobil yang berada di depannya. Alhasil, jalanan mengalami kemacetan akibat ulah egois yang dilakukannya.
Lewat akun Facebooknya, Vito Fakhri Pratama mengungkapkan kelakuan pengemudi moge tersebut. Sang pengemudi moge berwarna putih tersebut juga sudah ditegur beberapa pengendara jalan, bahkan pejalan kaki. Namun, dengan menyilangkan tangan di dadanya, dia tetap bergeming.
"Enaknya beli moge pasti beli jalannya juga, jadi di jalan bisa ugal-ugalan seenaknya sambil ngelawan arah, udah yang salah ngelawan arah dia, eh yang enggak mau ngalah dia, jelas-jelas dari jauh itu mobil udah berhenti sambil sein buat minta jalan belok, lah malah tiba-tiba dihadang sama si pengendara moge, udah dikasih tahu sama orang sekitar tetep aja dengan songongnya masih berhenti di tengah jalan, yang bikin kasihan yang nyetir mobil itu ibu-ibu dan di sampingnya ada anaknya yang masih kecil, heran ya pengendara moge hobinya nyari gara-gara, ternyata harta kekayaan berbanding terbalik dengan sikap budi pekertinya," demikian ditulis Vito seperti dikutip dalam akun Facebooknya, Senin (10/8/2015).
Vito menjelaskan, kejadian tersebut berlangsung di sekitar kompleks Wisma Asri pada Minggu (9/8) kemarin. Vito mengaku sudah memberitahukan perihal kesalahan yang diperbuat si pengemudi moge tersebut, namun ucapannya dianggap seperti angin lalu.
"Sebetulnya saya juga gemes dan pasti gondok juga dalem hati, saya hanya bisa ngasih tahu baik-baik saat papasan sama si pengendara moge, cuma hasilnya tetap dicuekin sayanya dan enggak mungkin saya melakukan kontak fisik, kenapa? Karena 1) yang terlibat di mobil itu bukan saya, 2) saya menjaga atribut komunitas mobil yang ada di mobil saya, beda lagi ceritanya kalo yang dihadang itu saya, warga sekitar aja dicuekin ama dia, maap fotonya ngeblur kurang jelas, karena depan udah agak lenggang, jadi yang belakang udah rame klakson-klaksonin, itu juga foto ambil sesempetnya sambil jalan pelan2."
Meski berada di jalanan umum, ada baiknya kita tak mengabaikan kepentingan pengendara lain. Semua memiliki hak sama tanpa membedakan kelasnya masing-masing.
Â
Advertisement
Diadang Pesepeda
Kejadian yang tak kalah viralnya terjadi saat seorang pengendara sepeda menghentikan laju puluhan rombongan Moter Gede (Moge) Harley Davidson yang dikawal polisi di perempatan Ring Road Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (15/8/2015) sore.
Pengendara sepeda tersebut mengadang pengendara Moge dan polisi karena mencoba menerobos lampu merah di perempatan Condongcatur.
Pantauan merdeka.com, beberapa Moge memang terlihat menerobos lampu lalu lintas. Anehnya dalam rombongan tersebut tampak juga polisi yang turut menerobos.
Pengendara sepeda tersebut diketahui bernama Elanto Wijoyono. Aksinya tersebut menjadi perhatian di media sosial setelah diunggah oleh salah seorang netizen.
Aksi Elanto ini rupanya sudah direncanakan. Dia dan temannya, Andika sudah bersepakat untuk mencegat aksi Moge yang menerobos lampu lalu lintas.
Kepada merdeka.com, Andika mengatakan aksi mereka tersebut dilakukan karena mulai Jumat (14/8) sudah banyak Moge yang seliweran di Yogyakarta dengan tidak tertib lalu lintas.
"Kenapa kami melakukan ini? Karena tidak bisa dibiarkan, ini ada pelanggaran. Melanggar lalu lintas, bisa membahayakan pengguna jalan lainnya," katanya saat ditemui di perempatan Condongcatur.
Lebih parah lagi, kata Elanto, dia melihat ada polisi yang berjaga di pos polisi diam saja melihat pelanggaran tersebut. Bahkan ada kesan melindungi karena ada polisi yang turut juga dalam rombongan tersebut.
"Polisi diam saja, malah kesan melindungi, perempatan Monjali sudah ramai dari kemarin. Karena itu kami sepakat untuk melakukan sesuatu," tandasnya.
Â
Â
Terobos Lampu Merah di Tangerang
Sebuah video rombongan motor gede alias moge menerobos lampu merah yang diduga dikawal oleh anggota polisi di Jalan Raya BSD, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), viral di media sosial.
Dalam video amatir yang disebarluaskan pengendara motor lain berdurasi 28 detik itu, rombongan moge berjumlah lebih dari lima motor itu, menerobos lampu merah. Di depan mereka, terdapat dua motor yang diduga dikendarai petugas polisi, tampak mengawal dengan membunyikan sirene.
Video yang disebarluaskan akun @tangsel.life itu, sudah ditonton oleh 58 ribu warganet. Hampir 600 warganet juga mengencam aksi pengendara moge yang menerobos lampu merah tersebut.
Kasat Lantas Polres Tangerang Selatan, AKP Bayu Marfiando membantah bila petugas yang diduga anggota polisi itu, adalah anak buahnya.
"Sudah pasti bukan. Yang pasti anggota Lantas Polres Tangsel kemarin sore enggak ada yang melakukan pengawalan apapun," tegasnya.
Advertisement
Keroyok Prajurit TNI
Yang teranyar, peristiwa yang terjadi di Bukittinggi Sumatera Barat. Dua anggota TNI dikeroyok oleh anggota moge pada Jumat 30 Oktober 2020.
Polda Sumatera Barat (Sumbar) membeberkan kronologi insiden pengeroyokan dua anggota TNI yang dilakukan oleh rombongan motor gede (moge) di Bukittinggi. Video aksi pengeroyokan tersebut sempat viral di media sosial.
Menurut Kabid Humas Polda Sumatera Barat Kombes Stefanus Satake, kejadian tersebut terjadi pada Jumat, 30 Oktober 2020 sekitar pukul 16.40 WIB. Kejadian terjadi di depan konter handphone Simpang Tarok, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi.
Insiden bermula saat rombongan moge dari HOG (Harley Owners Group) Siliwangi Bandung Chapter Indonesia melewati Simpang Tarok sebanyak 21 moge. Stefanus mengatakan ada 10 moge yang tertinggal dalam rombongan tersebut.
"10 moge tertinggal dan bertemu dengan dua orang anggota Kodim 0304 Agam," ujar Stefanus dalam keterangannya, Sabtu (31/10/2020).
Saat melewati persimpangan tersebut, rombongan moge bertemu dengan dua anggota TNI AD dan terjadi cekcok. Namun, Stefanus tidak menjelaskan detail penyebab cekcok tersebut.
"Selanjutnya terjadi perselisihan yang mengakibatkan terjadinya pemukulan oleh rombongan moge kepada personel Kodim tersebut," kata Stefanus.
Saat ini, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi dan mengamati rekaman CCTV yang terpasang di sebuah toko. Hasil pemeriksaan, rombongan moge berinisial H (48) dan JAD (26) turut melakukan penganiayaan terhadap prajurit TNI.
Stefanus membeberkan, H melakukan pemukulan terhadap Serda Mistari sebanyak 3 kali. Demikian juga dengan JAD, Stefanus menerangkan, tersangka melakukan pemukulan terhadap Serda Mistari dan Serda Yusuf.
"Kami ketahui berdasarkan keterangan dari saksi dan dikuatkan dengan video yang kita dapat dari CCTV toko," kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (1/11/2020).
Stefanus menerangkan, kedua tersangka sudah ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Polres Bukittinggi. Sehingga sampai saat ini, rombongan moge yang telah bersatus tersangka berjumlah 4 orang.
"Semuanya ditahan di Rutan Polres Bukittinggi," tandas dia.