Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, mencatat 37 santri di dua pondok pesantren yaitu di Kecamatan Cugenang dan Cipanas dinyatakan positif Covid-19 setelah dilakukan tes usap. Kasus ini pun dinyatakan menjadi klaster pondok pesantren.
"35 orang di antaranya merupakan santri di ponpes yang terletak di Kecamatan Cugenang dan dua orang santri di ponpes yang terletak di Kecamatan Cipanas," kata Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Cianjur Yusman Faisal dikutip dari Antara, Rabu (4/11/2020).
Ia mengatakan, ditemukannya klaster pesantren berawal dari seorang santri di Kecamatan Cugenang, yang mengeluh sakit dan langsung menjalani tes usap karena gejala yang dikeluhkan mengarah ke Covid-19.
Advertisement
Setelah dilakukan tes usap santri tersebut dinyatakan positif Covid-19, sehingga pihaknya langsung melakukan penelusuran dan menemukan 34 orang santri lainnya yang setelah dilakukan tes usap dinyatakan positif Covid-19.
Puluhan santri tersebut, langsung menjalani karantina mandiri di asrama yang ada di ponpes. Hingga saat ini, ungkap dia, 170 santri lainnya di ponpes Cugenang, sudah menjalani tes usap dan tinggal menunggu hasil.
Selama menunggu hasil keluar mereka menjalani karantina dan jika hasilnya negatif akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing, sedangkan yang positif Covid-19 akan menjalani karantina di ponpes.
"Mereka yang positif dipisah per kamar, sedangkan yang masih menunggu konfirmasi menjalani isolasi di dalam satu ruangan dengan tempat tidur terpisah. Kalau yang 170 hasilnya negatif mereka dapat dipulangkan ke rumahnya masing-masing," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gencarkan Tracing
Ia mencatat, klaster ponpes di wilayah Cianjur, pertama kali ditemukan di Kecamatan Cugenang dengan 35 orang santri positif dan ponpes di Kecamatan Cipanas, setelah dilakukan RT-PCR.
Untuk kasus yang sama di ponpes Cipanas, ungkap dia, pihaknya telah melakukan penelusuran untuk mengetahui kondisi kesehatan santri lainnya yang diharapkan tidak sampai tertular. Selama menjalani karantina dan isolasi puluhan santri tersebut mendapat perhatian khusus dari dinas kesehatan dan petugas kesehatan setempat.
"Kami akan menggencarkan RT-PCR di sejumlah ponpes lainnya, untuk mengetahui kondisi kesehatan santri yang tetap menjalani proses belajar mengajar di pondok, sebagai upaya antisipasi memutus rantai penyebaran virus berbahaya," katanya.
Advertisement