Sukses

Potret Wisata di Bali Mulai Bangkit dengan Protokol Kesehatan Covid-19

Sebelum memasuki kawasan desa adat, pengunjung diwajibkan menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan air yang telah disediakan, dan dicek suhu tubuhnya oleh petugas.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tempat wisata di Pulau Bali kembali bangkit perlahan setelah 8 bulan berhenti beroperasi akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Kondisi tersebut juga diiringi dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang harus ditaati oleh para wisatawan.

Liputan6.com berkesempatan langsung melihat penerapan pelaksanaan protokol kesehatan di wisata Pulau Dewata bersama Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf) mulai 6-8 November 2020.

Salah satu tempat wisata yang kembali bangkit yaitu Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali yang sudah kembali beroperasi sejak 17 Oktober 2020. Desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang memang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Penglipuran dibangun berdasarkan konsep tri mandala, atau tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah yakni utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Wisatawan juga dapat menikmati keasrian alam hingga belajar budaya Bali di tempat ini.

Selain pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru, Penglipuran juga pernah dinobatkan sebagai desa terbersih dunia. Karena itu para pengunjung juga tidak akan menemukan sampah berserakan di lokasi.

Sebelum pandemi Covid-19, jumlah kunjungan ke desa adat tersebut bisa 700 orang setiap harinya. Namun saat ini, jumlah pengunjung hanya bisa dihitung jari.

Saat ini Desa Penglipuran tidak menerapkan retribusi. Namun para wisatawan cukup memberikan uang sukarela di box pintu masuk.

Sebelum memasuki kawasan desa adat, pengunjung diwajibkan menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan air yang telah disediakan, dan dicek suhu tubuhnya oleh petugas.

Biasanya, saat mengunjungi kawasan ini wisatawan diperbolehkan memasuki rumah warga untuk melihat design rumah hingga pernak-pernik khas Bali. Untuk meminimalisasi penularan Covid-19, setiap rumah disediakan hand sanitizer di area depan.

Selain itu, di pintu keluar Desa Penglipuran juga disediakan tempat mencuci tangan sebanyak dua unit.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Wisata Pura Taman Ayun

Tempat wisata yang berlokasi di Mengwi, Kabupaten Badung juga sudah menerapkan kebiasaan baru saat pandemi Covid-19. Misalnya saat di pintu masuk pengunjung diwajibkan mencuci tangan.

Pengelola pura pun menyediakan dua tempat cuci tangan di samping gerbang masuk. Informasi pemberitahuan protokol kesehatan juga tampak terpampang di area tempat wisata tersebut.

Selain harus menggunakan masker, saat akan memasuki kawasan petugas akan melakukan pengecekan suhu tubuh wisatawan. Untuk wisatawan domestik akan di kenakan tiket seharga Rp 15 ribu dan mancanegara bisa mencapai Rp 30 ribu.

Saat di lokasi itu, jumlah wisatawan yang datang tidak mencapai 30 orang. Padahal sebelum pandemi Covid-19, rata-rata pengunjung di akhir pekan dapat mencapai 2 ribu orang.

Untuk meminimalisasi penularan Covid-19, kebijakan penggunaan sarung untuk wisatawan ditiadakan sementara waktu. Dulunya, Taman Ayun merupakan tempat tinggal para Raja di Bali.

Pura tersebut dikelilingi oleh danau buatan untuk menjaga keamanan para keluarga kerajaan. Lalu lokasi tersebut dibangun oleh Raja Mengwi, I Gusti Agung Putu pada 1634 Masehi.

 

3 dari 3 halaman

Tanah Lot

Tempat wisata yang terkenal dengan sunset-nya tersebut berlokasi di Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Selain pantai, lokasi wisata itu juga dekat dengan Pura Tanah Lot.

Saat ingin memasuki kawasan, tampak petugas yang akan mengukur suhu tubuh pengunjung. Setelah itu, mereka diwajibkan mencuci tangan menggunakan air mengalir yang disediakan.

Tak lupa para wisatawan diwajibkan menggunakan masker untuk mencegah penularan Covid-19. Berdasarkan pantauan Liputan6.com tempat wisata tersebut tampak sepi.

Rata-rata pengunjung yang datang merupakan rombongan keluarga. Sebagian besar pedagang oleh-oleh ataupun makanan masih belum beroperasi.