Liputan6.com, Jakarta - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri di hari pahlawan yang jatuh hari ini, sejenak mengajak untuk melihat ke belakang, melihat bagaimana perjuangan para anak-anak bangsa mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih.
Hal ini diucapkannya saat menjadi pembicara utama dalam acara webinar dengan tema Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial, yang diadakan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Baca Juga
Menurut dia, momentum mempertahankan kemerdekaan Indonesia, itu digaungkan oleh para santri pada 22 Oktober 1945, dengan semangat hubbul wathon minal iman.
Advertisement
"Semangat hubbul wathon minal iman oleh para santri melalui revolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 menjadi api semangat bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia," kata Megawati, Senin (10/11/2020).
Semangat inilah, lanjut dia, membawa sampai ke Surabaya, tepatnya di Hotel Yamato. Di mana para pemuda dengan gagah berani naik ke puncak gedung tertinggi, yang merobekan warna biru pada bendera Belanda, untuk dijadikan sang saka merah putih.
"Generasi muda mustinya mengetahui heroiknya sejarah tersebut," kata Megawati.
Karena itu, dia mengusulkan untuk semua pihak memutarkan kembali film-film dokumenter, agar generasi muda sekarang bsia membayangkan bagaimana sebenarnya perjuangan para pemuda di era kemerdekaan itu.
"Sehingga anak keturunan kita tetap mengerti bahwa mengapa hari pahlawan ini disebut hari pahlawan. Terbayangkankah kalau sekiranya kita merdeka itu dengan diberi? Saya kira tidak akan ada namanya pahlawan," tutur Megawati.
Â
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerita di Amerika Serikat
Dia lantas mengingat, bagaimana dirinya pernah diajak berdebat oleh para pemuda yang belajar di Amerika Serikat untuk berdiskui mengenai Pancasila. Bukan menolak, Megawati menerima tantangan tersebut dengan syarat para pemuda tersebut membaca terlebih dahulu sejarah lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. Para pemuda itu pun setuju.
Megawati pun kembali berkesempatan lagi untuk ke Amerika, lalu menghubungi para pemuda tersebut untuk memenuhi janjinya. Namun, apa yang terjadi, para pemuda ini memilih sepakat dengan apa yang terjadi pada 1 Juni 1945. "Itulah yang saya maksud, mengapa semangat hari pahlawan ini tidak hanya sembagai simbolik, tapi harus diceritakan, diberikan sebuah sejarah dari negara kita, tapi tentunya dengan tidak ada pemutarbalikan," jelas dia.
Menurutnya, itu bisa diambil dari arsip nasional atau dari berbagai sumber resminya. Sehingga para generasi muda sekarang, mengerti bagaimana jalan pemikiran para tokoh bangsa.
"Bukan hanya dari Bung Karno saja sebagai prokamator, tapi para pemimpin bangsa yang waktu itu bertemu di BPUPK, untuk menjawab apa nantinya kalau kita merdeka, dasar negara. Jadi bukan Bung Karno saja," ungkap Megawati.
Advertisement