Sukses

Hari Pahlawan, Megawati Ajak Milenial Bisa Renungi Makam Anonim di TMP

Megawati Soekarnoputri mengajak, para generasi milenial merenungkan keberadaan makam tanpa nama di Taman Makam Pahlawan.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri mengajak, para generasi milenial merenungkan keberadaan makam tanpa nama di Taman Makam Pahlawan (TMP) di wilayahnya masing-masing.

Hal itu disampaikan Megawati ketika berbicara di hadapan civitas akademika dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (10/11/2020).

Awalnya, Megawati bercerita lagi soal polemik beberapa waktu lalu yang dipicu pernyataannya ke Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Karena menurut saya, kalau kita berpikiran jernih, (pernyataan saya) itu adalah hal yang sangat memacu, menanyakan pada para generasi muda bangsa saat ini. (Berefleksi sendiri) Apa sebenarnya yang saya telah lakukan, bukan buat diri sendiri, tetapi bagi negeri," kata Megawati.

Dia mengatakan, dirinya sudah berkeliling ke hampir seluruh wilayah di Indonesia. Dan di setiap kota, hampir dipastikan ada TMP. Baginya, para anak muda juga itu perlu datang ke TMP. Di sana mereka akan melihat bahwa banyak makam pahlawan yang tak bernama alias anonim.

"Saya selalu mengingatkan ada mereka yang jadi pahlawan itu anonim, tidak diketahui siapa dia. Apa artinya? Artinya karena pada waktu itu dia menyerahkan jiwa raganya bagi negara kita Republik Indonesia ini (tanpa peduli namanya dikenal)," ujar Megawati.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pengertian yang Benar

Megawati memandang, jika memang milenial ingin perubahan yang lebih baik bagi bangsa, maka semangat kebangsaan itu harus dihidupkan terus menerus. Orang muda Indonesia harus memiliki pengertian dan hakekat yang benar tentang Pancasila dan peneguhan kebangsaan kita.

Dan sebenarnya, bagi Megawati, anak-anak muda saat ini tidak susah untuk menggali informasi tersebut. Sebab kemudahan teknologi yang ada saat ini.

"Bagaimana mereka anak muda ini tentu sebenarnya telah diberi kemudahan dengan teknologi sekarang. Kita bisa melihat dengan YouTube, Google. Apa saja sekiranya yang kita inginkan. Tapi dapatkah mereka merasakan di dalam hatinya. Sebenarnya apa api perjuangan itu?  Bagaimana menggelorakan semangat itu? Bukan hanya dengan pikiran dan bacaan, tetapi tidak masuk ke dalam dada kita," tukasnya.

 

Reporter: Genan Saputra

Sumber: Merdeka.com