Liputan6.com, Jakarta Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas kembali menjadi narasumber dalam diskusi panel BS Ekonomi Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) XI tahun 2020 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI, Jumat (13/11/2020). Kegiatan yang digelar secara daring ini diikuti puluhan bupati/walikota serta Ketua dan Wakil Ketua DPRD se-Indonesia.
Dalam diskusi kali ini, Bupati Anas membedah APBD Kabupaten Banyuwangi. Staf Ahli Lemhanas, Prof DR Didin S. Damanhuri bertindak selaku moderator. Didin menyebut, success story tentang Banyuwangi telah banyak terdengar.
Baca Juga
"Dalam penilaian kami, Bupati Banyuwangi telah menunjukkan pembangunan yang impresif di Banyuwangi. Dengan keterbatasan anggaran dan SDM, berbagai inovasi terus digali untuk peningkatan kesejahteraan di daerah," kata Prof Didin, yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Advertisement
Bahkan, imbuh Prof Didin, instrumen digital juga dilibatkan, masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam semua program pemerintahan yang dibuat, semua pihak dirangkul. "Banyak kiat yang bisa ditiru oleh kita semua dari Banyuwangi, " ujarnya.
Dalam paparannya, Bupati Anas mengatakan bahwa semua kepala daerah menghadapi masalah yang sama, yakni keterbatasan anggaran, SDM, maupun waktu. Skala prioritas pun perlu dibuat.
"Pendidikan dan kesehatan tetap menjadi prioritas pembangunan. Kami juga ada program unggulan yakni pertanian, pariwisata dan UMKM, serta program penunjang yaitu di bidang infrastruktur, perlindungan sosial, lingkungan hidup dan birokrasi. Intinya, skala prioritas itu penting sebagai pedoman kita menjalankan pembangunan," kata Anas.
Selain itu, lanjut Anas, pemkab juga merangkul banyak pihak untuk memecahkan masalah daerah, karena tangan pemerintah sangat terbatas.
"Kami arsir, mana yang bisa kami lakukan, mana yang perlu diintervensi dari tangan pihak lain. Misalnya, kami menggunakan CSR dari korporasi untuk melakukan bedah rumah warga. Bahkan, Baznas juga kami ajak untuk membantu penanganan kemiskina di daerah," kata Anas.
Tak hanya itu, pemkab juga mencari solusi bagaimana semua warga bisa terlibat dalam penanganan masalah pembangunan.
"Misalnya ada program Siswa Asuh Sebaya. Dimana anak yang mampu setiap minggu menyisihkan uang sakunya. Uang itu dikumpulkan, untuk dibelanjakan kebutuhan siswa yang kurang mampu. Di program ini, sebenarnya kami juga mengajarkan artinya empati sosial sejak dini," kata Anas.
Kegiatan ini juga diisi dengan dialog. Salah satu peserta, Wakil Bupati Pringsewu, Fauzi menanyakan bagaimana bantuan CSR dijalankan di Banyuwangi untuk mengentaskan kemiskinan.
Anas pun menjawab bahwa pihaknya memiliki data kemiskinan yang cukup detail. Warga yang kurang mampu terdata by name by address dalam suatu sistem beserta kategorinya.
"Nah dari situ, kami melihat mana yang perlu diintervensi apa dan bagaimana. Jadi penanganan akan lebih terarah," kata Anas.
(*)