Sukses

Patimban, Pelabuhan Terbesar di Indonesia yang Siap Kedepankan One Stop Service

Pada Desember 2020, rencananya Kemenhub bersama stakeholders akan melakukan soft launching karena sudah bisa dioperasikan sebagai car terminal.

Liputan6.com, Jakarta Banyaknya pulau di Indonesia nyatanya memang membawa daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, saat ini transportasi laut masih menjadi tulang pungung pendistribusian logistik antar pulau.

Namun sayangnya, transportasi angkutan laut domestik saat ini masih belum merata. Hal ini tentu berdampak pada tingginya aktivitas ekonomi, terutama di wilayah Barat Indonesia.

Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi disertai terwujudnya pemerataan, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bekerja sama dengan sejumlah stakeholder, untuk mengembangkan pelayanan transportasi laut.

Lewat pembangunan Patimaban ini, Menteri Perhubungan Budikarya mengatakan bahwa pihaknya mendukung industri otomotif dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional.

"Dengan adanya pelabuhan ini, diharapkan dapat membuat arus logistik jadi lebih mudah, murah, dan cepat, agar dapat memberikan daya saing bagi Indonesia," kata Budi dalam Webinar Dialog Publik Online bertajuk Pelabuhan Patimban dan Pengembangan Ekonomi Daerah, Senin (16/11).

Persiapan Kemenhub

Pada Desember 2020, rencananya Kemenhub bersama stakeholders akan melakukan soft launching karena sudah bisa dioperasikan sebagai car terminal.

Oleh karena itu, untuk mendukung pembangunan infrastrukur pelabuhan terbesar di Indonesia ini, Kemenhub melakukan berbagai persiapan. Mulai dari melakukan navigasi, izin pengoperasian pelabuhan, pengkajian tentang pengesahan ISPS (International Ship and Port Facility Security), penyediaan CIQP (Customs Immigration Quarantine Procedure).

Juga melakukan penetuan tarif, penyediaan listrik oleh PLN, penyediaan air bersih oleh PDAM, serta optimalisasi menagement rekayasa lalu lintas, di jalan umum maupun di beberapa tempat, seperti pengaturan ulang atas isyarat lalu lintasm hingga menyiapkan lebih banyak penerangan di sekitar area Pelabuhan Patimban.

2 dari 2 halaman

One Stop Sevices atau Pusat Pelayanan Terpadu

Dalam Webinar ini, selain Menhub, hadir pula enam orang narasumber lain yang ikut andil dalam pengembangan Pelabuhan Patimban.

Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Agus H Purnomo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Subang Ruhimat, Ketua Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Yudi Nurul Ihsan, Associate Professor on Entrepeneurship at School of Business and Management (SBIM), Institut Teknologi Bandung/ Wawan Dhewanto.

Agus H Purnomo mengungkapkan bahwa Pelabuhan Patimban berada di area seluas 369 Ha dan backup area mencapai 356 Ha, dengan biaya investasi total hingga mencapai Rp43,2 triliun.

"Keunggulan Patimban lokasinya sangat strategis di pusat pengembangan industri. Karawang dan Subang, kan industri yang akan ke sana pengembangannya. Misalnya dermaga di laut bisa dikembangkan, bisa diduplikasi dan didesain untuk pengembangan selanjutnya," kata Agus.

Selain untuk mendukung industri otomotif dan menaikkan nilai ekonomi, Patimban ternyata mengusung konsep Rebana Metropolitan Baru. Dengan kata lain, Patimban bukan hanya fokus pada pelabuhan saja, tapi one stop service.

"Dari persepktif regional, Rebana (Cirebon-Subang-Kertajati) adalah metropolitan baru atau ketiga, di mana ingin membangun sebuah kawasan yang tidak hanya kumpulan pabrik tapi juga industri, kota yang hidup, di mana orang bisa bekerja dan rekreasi di satu tempat," jelas Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil dalam diskusi virtual tersebut.

 

Terkait konsep tersebut, Sanny juga menjelaskan bahwa dengan adanya pembangunan Patimban, selain mendorong sistem logistik yang jauh lebih baik, ternyata banyak potensi yang bisa digali.

Mulai dari dari sisi kemaritiman hingga punya kemampuan menembus sektor pariwisata. Posisi strategis diharapkan dapat menjadikan Patimban sebagai pelabuhan produktif yang tak kalah dengan negara maju.

"Jadi orang datang ke pelabuhan juga bisa rekreasi. Sehingga aktivitas yang tumbuh bukan hanya direct ekonomi saja tapi juga indirect dapat tumbuh seperti restoran, hotel. Sehingga manfaat pelabuhan jadi bernilai kombinasi, bukan hanya secara sosial, lingkungan saja, tapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar," jelas Sanny.

Senada dengan pernyataan Sanny, Ruhimat menanggapi agar Pemerintah tetap memperhatikan perkembangan masyarakat di Kabupaten Subang.

"Supporting dan sinergitas sangat dibutuhkan. Contohnya kesiapan SDM. Kami membutuhkan mendirikan SMA Maritim, supaya ketika dibutugkan, sudah tidak pusing lagi dengan skill-nya, minimal sudah mendekati," ujar Ruhimat.

Berkaitan dengan keterampilan itu, Budi menyambut baik pernyataan Ruhimat. Meski belum sampai ke tahap pelatihan pelajar, namun Budi tengah berupaya meningkatan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).

"Kami harapkan bantuan edukasi bagi para pelaku industri tetap dilaksanakan. Kamu lakukan pelatihan bekerja sama dengan AKP, ITB, dan UNPAD bukan hanya ke nelayan, tapi juga warga Subang dan sekitarnya," tutup Budi.

 

(*)