Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi semakin aktif setiap harinya. Pada Minggu, 22 November 2020, Gunung Merapi mengeluarkan guguran material ke arah hulu Kali Lamat pada pukul 06.48 WIB.
Guguran material Gunung Merapi tersebut meluncur dengan jarak satu kilometer.
Baca Juga
Menurut Kepala BPPTKG Hanik Humaida, guguran material Gunung Merapi yang menuju ke arah Kali Lamat yang melintasi wilayah Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi atau Pos PGM Babadan.
Advertisement
"Guguran teramati satu kali jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah hulu Kali Lamat pada Minggu pukul 06.48 WIB pagi," ujar Hanik melalui keterangan tertulisnya pada Minggu, 22 November 2020 dikutip Solopos.com.
Dia mengatakan, guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava 1954 yang berada di dinding kawah utara.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," kata Hanik.
Meski begitu, Hanik meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Karena yang terpenting, masyarakat mematuhi rekomendasi dari BPPTKG.
Berikut kondisi terkini Gunung Merapi yang semakin aktif setiap harinya dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Luncurkan Guguran dan Suara Gemuruh Terdengar
Gunung Merapi mengeluarkan guguran material ke arah hulu Kali Lamat pada Minggu, 22 November 2020 pukul 06.48 WIB pagi tadi. Guguran tersebut meluncur dengan jarak satu kilometer.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan guguran material Gunung Merapi yang menuju ke arah Kali Lamat yang melintasi wilayah Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi atau Pos PGM Babadan.
"Guguran teramati satu kali jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah hulu Kali Lamat pada Minggu pukul 06.48 WIB pagi," ujar Hanik melalui keterangan tertulisnya pada Minggu, 22 November 2020, dikutip Solopos.com.
Lebih lanjut dijelaskan, guguran material ke arah Kali Lamat yang berasal dari Gunung Merapi yang kini berstatus siaga level tiga tersebut juga terdengar hingga wilayah Kaliurang, Pakem, Sleman. Walaupun, suara guguran tidak terlalu kencang.
"Terdengar lemah satu kali dari Kaliurang," kata Hanik.
Â
Advertisement
Warga Diimbau Tenang
Berdasarkan pengamatan BPPTKG, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami guguran tebing lava lama.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Senin (23/11/2020) mengungkapkan, guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava tahun 1954 yang berada di dinding kawah utara.
Material jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," kata Hanik.
Hanik menjelaskan, guguran tebing lava lama terpantau dari CCTV pengamatan Gunung Merapi yang dipasang di Deles pada Minggu, 22 November 2020 pukul 06.50 WIB. Guguran ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 82 detik.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat," ucap Hanik.
Â
Kegempaan Masih Tinggi
Setelah statusnya ditetapkan menjadi Siaga sejak 5 November 2020, hingga saat ini aktivitas kegempaan di Gunung Merapi tercatat masih cukup tinggi.
Hanik juga menjelaskan, kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas Gunung Merapi mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.
Pada periode pengamatan pada 22 November hingga pukul 24.00 WIB terpantau terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan 1 kali gempa tektonik jauh.
Â
Advertisement
Kenaikan Aktivitas Jelang Erupsi
BPPTKG menyebut, Gunung Merapi mengalami guguran tebing lava lama berdasarkan pengamatan pada Minggu, 22 November 2020.
Hanik mengatakan guguran tersebut dari tebing lava tahun 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," kata Hanik.
Â
Sterilkan Jalur Wilayah Bahaya
Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil langkah-langkah antisipasi menyusul kenaikan status Merapi menjadi Siaga atau level III pada 5 November 2020. Langkahnya terutama untuk melancarkan jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Merapi.
"Sebagai langkah antisipasi, selain akan menempatkan personel untuk mengawasi truk-truk pasir yang lewat jalur evakuasi Merapi, kami juga memasang lampu penerangan jalan umum (LPJU) sepanjang jalur evakuasi," kata Pelaksana Tugas Kepala Dishub Kabupaten Sleman Arip Pramana, Senin (23/11/2020), dilansir Antara.
Dia menjelaskan langkah antisipasi tersebut agar jalur evakuasi steril dari gangguan, seperti dari truk pengangkut pasir dan penerangan jalan juga memadai.
"Kami menjadwalkan petugas, setiap sif dua orang personel," kata Arip.
Ia mengatakan, jalur evakuasi bencana erupsi Merapi harus bersih dari truk-truk pengangkut pasir. Wilayah yang steril dari kendaraan penambangan tersebut berada di radius bahaya lima kilometer dari puncak Merapi.
Lokasi depo pasir yang beroperasi paling banyak berada di radius delapan kilometer dari puncak Merapi. Penjagaan jalur evakuasi oleh petugas akan dilakukan dan difokuskan di wilayah Glagaharjo.
"Saat ini yang harus 'clear' jalur evakuasi pada wilayah bahaya Merapi yaitu lima kilometer ke arah bawah ke lokasi barak pengungsian Kelurahan Glagaharjo," jelas Arip.
Â
Advertisement
Pasang Lampu Penerangan
Menurut Arip, selain dilakukan penjagaan, pihaknya memasang lampu penerangan jalan di sepanjang jalur evakuasi dari Dusun Srunen hingga Singlar, Kelurahan Glagaharjo.
Dinas menyiapkan 20 unit LPJU pada jalur sepanjang 1,9 km. Fokus pembenahan infrastruktur di Glagaharjo sesuai yang direkomendasikan oleh BPPTKG. Lampu ini sebagai pemandu bagi orang yang mau evakuasi dari atas.
"Di luar lokasi barak pengungsian Merapi dan titik kumpul yang sudah dipasang sekitar 15 titik baik di Balai Kalurahan Glagaharjo maupun tempat evakuasi hewan di Singlar," jelas Arip.
Â
(Muhammad Sulthan Amani)