Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim merespons pihak yang kerap nyinyir dengan terobosan yang dia lakukan dalam dunia pendidikan.
"Lucu banget, kita selalu kalau ngomong oh iya ini 4.0, teknologi 4.0 ini adalah masa depan kita adaptasi kita perlu anak-anak yang adaptable, creative, inovative nah kaya gitu. Tapi giliran kita coba hal-hal baru dalam dunia pendidikan, eh jangan pertaruhan sistem pendidikan kita. Ini adalah filsafat yang salah," tegas Nadiem dikutip dari sebuah video yang diunggah pada akun Instagram pribadinya, Sabtu (28/11/2020).
"Ini filsafat yang jelas salah, mohon maaf nih saya sedikit emosional mengenai ini," lanjut Nadiem.
Advertisement
Nadiem menantang pihak yang tak dia sebutkan itu untuk menjelaskan tentang bagaimana membuat anak-anak bisa inovatif tanpa diiringi dengan semangat kreativitas dari sekolah.
"Bagaimana kita bisa mengharap anak-anak kita inovatif dan kreatif kalau sekolah-sekolah kita tidak inovatif dan kreatif, jelaskan pada saya itu how? Gimana caranya, sorry agak curhat," tegas Nadiem kembali.
Mantan Bos Gojok Indonesia itu merasa lucu melihat sejumlah pihak yang menganggap seakan dunia pendidikan merupakan sektor yang haram untuk mengambil risiko.
"Ini lucu, kita kaya selalu seolah-oleh pendidikan itu adalah satu sektor yang kita gak boleh mengambil risiko, tapi kita sudah melihat hasil skor PISA kita, kita sudah melihat seberapa kita ketinggalan dari skor itu. Jadi risikonya itu bukan ngambil risiko, risikonya itu untuk diam di tempat," ujarnya.
Kalau dalam dunia pendidikan Indonesia tetap dia di tempat, kata Nadiem justru akan lebih buruk.
"Kalau kita diam di tempat, sekarang kita itu celaka. Yakin saya garansi kalau kita tidak mengambil risiko, kalau kita mencoba hal-hal yang baru dalam inovasi dengan memperbolehkan kepala sekolah dan guru-guru kita melakukan percobaan eksperimentasi dan terus melakukan literasi kita akan menggagalkan generasi berikutnya," jelas Nadiem.
Menurutnya, saat ini langkah yang mesti ditempuh adalah untuk terus berinovasi, bukan justru stagnan.
"Kita harus terus berinovasi dan eksperimentasi," pungkas Nadiem.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kritik JK
Sejumlah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah komando Mendikbud Nadiem Makarim memang kerap menuai kontroversi. Di mulai dari keberaniannya untuk meniadakan Ujian Nasional (UN) dan menggantikannya dengan Asesmen Nasional (AN).
Wakil Presiden Indonesia era Presiden Joko Widodo Jilid I, Jusuf Kalla atau JK salah satu figur yang getol menyuarakan penolakan penghapusan UN.
Saat isu penghapusan UN mencuat pada 2019 silam, JK turut komentar dan menganggap penghapusan UN justru akan menciptakan generasi muda yang lembek. Hal ini disampaikan JK usai menghadiri pengukuhan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir sebagai guru besar UMY, Kamis (12/12/2019).
"Nanti kita bicarakan itu (soal rencana penghapusan UN). Jangan menciptakan generasi muda yang lembek. Agar semua belajar dan pentinglah itu," ujar JK.
Menurut JK, sistem UN bisa menguji kemampuan dan pengetahuan siswa sesuai seharusnya.
"Kenapa harus ada standar nasional? Karena kalau tidak, kita punya standar berbeda dan itu berbahaya, mutu berbeda maka ada gap dan kesenjangan mutu pendidikan satu daerah ke daerah lain," beber JK
Ditambahkan JK, meskipun di awal penerapan UN tidak berjalan mulus karena sejumlah pelajar dinyatakan tidak lulus ujian, namun dari tahun ke tahun seiring berjalannya waktu terus dilakukan evaluasi agar UN menjadi semakin baik.
"Evaluasi bisa dilihat, dilihat perkembangannya, ini yang perlu menjadi catatan," tegas JK.
Advertisement