Sukses

Punya Strategi Baru, Omzet Perajin Batik Banyuwangi Meningkat

Lesunya daya beli di masa pandemi Corona (Covid-19) membuat sejumlah pelaku usaha mikro harus memiliki strategi baru.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi membuat semua sektor terdampak. Salah satunya pelaku usaha mikro. Tetapi di Banyuwangi, para pelaku usaha mikro memiliki strategi baru. Tidak hanya mengandalkan penjualan konvensional dengan cara tatap muka, kali ini tren daya beli mulai bergeser ke penjualan online.

Lilik Estiningtyas, pemilik usaha Industri Kecil Menengah (IKM) Batik Kapuronto di Kelurahan Mojopanggung, kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi mulanya hanya mengandalkan penjualan konvensional dengan cara tatap muka, kali ini memaksa dia harus mempelajari sistem penjualan online. Penjualan usaha batiknya pun mulai kembali bangkit.

"Sebelum pandemi saya tidak melakukan pemasaran lewat online. Kalau sekarang kebalikannya, 100 persen pemasaran batik kami lewat online. Jadi memaksimalkan pemasaran lewat media sosial," kata Lilik, Rabu (2/12).

Penjualan dengan sistem online, kata Lilik, membuat pelanggan merasa lebih nyaman tanpa harus datang ke rumah produksinya. Selain itu, pelanggaran juga tidak perlu keluar rumah dan mencegah penularan Covid-19.

"Kalau dulu orang datang sendiri ke sini, tapi sekarang karena pandemi Covid-19 kita ubah semuanya, seperti pemasaran online. Dan malah ada yang pesan dari Singapura dan beberapa negara di Eropa," kata perempuan yang juga guru di SMPN 3 Banyuwangi ini.

Mulanya, saat awal pandemi, omzet penjualan batik milik Lilik turun drastis. Tutupnya pariwisata sebagai pasar yang cukup dominan juga dirasakan. Sebelum pandemi dia bisa menghasilkan Rp Rp 7 juta hingga Rp 9 juta per bulan, namun saat pandemi menerpa hanya mampu menghasilkan Rp 3 juta hingga Rp 4 juta.

"Awal Covid-19 yang jelas memang menurun, sekitar 50 persen.Tapi kita masih jalan, meskipun, hanya sedikit yang beli. Untuk sekarang sejak pariwisata kembali dibuka bisa dikatakan mendekati normal," ujarnya.

IKM Batik Kapuronto, menjual aneka ragam motif lokal Banyuwangi seperti gajah oling, kopi pecah, beras kutah, tobakan dan lain sebagainya. Peluang usaha batik tersebut diambil sejak 2018, karena di Banyuwangi terdapat banyak event fashion yang menguatkan perajin batik tumbuh.

"Batik kami bermacam-macam seperti batik gajah oling, tobakan, beras kutah hingga kopi pecah ada di sini.Tapi yang paling disukai sekarang ini adalah motif beras kutah. Di sini ada dua cara pembuatan, yakni batik tulis dan batik cap," katanya.

 

(*)

Â