Sukses

HEADLINE: Gunung Semeru Erupsi, Seberapa Besar Bahaya dan Dampaknya?

Gunung Semeru kembali erupsi pada Selasa dini hari, 1 Desember 2020. Ratusan warga yang tinggal di sekitar gunung Semeru terpaksa harus mengungsi.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Semeru di Lumajang dan Malang, Jawa Timur, meletus pada Selasa dini hari, 1 Desember 2020. Luncuran lava pijar dan guguran awan panas mengarah ke curah Kobokan yang berada di sisi tenggara puncak kawah.

Jarak luncuran antara 500 meter hingga satu kilometer. Sementara itu, jarak terdekat antara permukiman warga dengan luncuran lava pijar dan guguran awan panas Gunung Semeru, berada pada radius 11 kilometer.

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meminta warga sekitar untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif.

"Areal itu merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru, tepatnya di Kawah Jongring Seloko sebagai alur luncuran awan panas," ujar Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani, Selasa (3/12/2020).

Dia juga meminta warga sekitar Semeru mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jongring Seloko. Sebab, berdasarkan pengamatan 2 Desember 2020 sampai pukul 24.00 WIB, Gunung Semeru masih mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar.

"Pengamatan secara visual gunung terlihat jelas, terdapat kabut tetapi asap kawah nihil. Teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 2.500 meter. Gunung dominan tertutup kabut, Teramati 10 kali Guguran lava pijar jarak luncur kurang lebih 500-750 meter dari ujung lidah lava atau kurang lebih 250 meter dari kawah aktif arah Besuk Kobokan," ujar Kasbani.

Kasbani mengatakan, aktifitas kegempaan gunung api dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) ini, mengalami lima kali letusan, satu kali awan panas guguran, 33 kali kejadian guguran, sekali hembusan, enam kali tremor harmonik, sekali kejadian gempa vulkanik dalam dan satu kali gempa tektonik jauh. Sedangkan getaran banjir atau lahar hujan terekam sekali dengan amplitudo 15 milimeter berdurasi 3.000 detik.

Kasbani menerangkan, kondisi Semeru secara umum dipantau dalam kondisi cuaca cerah, berawan dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, Timur, Tenggara, Selatan, dan Barat Daya. Sementara suhu udara di kisaran 22-27 derajat Celcius.

Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada Level II (Waspada).

"Dalam status Level II (Waspada) agar masyarakat, pengunjung, atau pun wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 Kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 4 Kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara," kata Kasbani.

Masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Kasbani menjelaskan radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

"Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru. Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru," jelasnya.

Selain meminta masyarakat tetap tenang, Kasbani juga meminta pendakian dihentikan dulu hingga kondisi benar-benar aman. 

"Jangan naik dulu, Artinya pendaki jangan naik sampai puncak. Jangan mendekati lembah aliran awan panas," ujarnya.

Pihaknya akan terus melakukan evaluasi dan pantauan intensif untuk menentukan status level Gunung Semeru. 

"Kami evaluasi tiap hari dan pantau intensif di pos pantau Gunung Saur, karena aktivitas masih fluktuatuf dan relatif tinggi, jadi masih ada gempa-gempa vulkanik dan letusan kecil. Tapi ini cenderung normal tapi masih di level 2 (Waspada)," ujarnya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mendorong pembuatan jalur evakuasi bagi warga dan hewan ternak, sebagai mitigasi adanya ancaman guguran lahar panas dari aktivitas Gunung Semeru agar segera dibangun.

Doni sudah meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mendukung pembangunan jalur evakuasi sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana alam.

"Kami dari BNPB sudah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR," jelas Doni saat peninjauan di lokasi terdampak guguran lahar Gunung Semeru di Desa Supiturang, Dusun Curah Koboan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (3/12/2020).

Selain jalur evakuasi, Doni juga mendorong agar pembuatan jalur aliran lahar dapat dibangun kembali. Sehingga apabila terjadi guguran lahar tidak berdampak pada permukiman peduduk.

"Membangun sebuah jalur evakuasi yang bisa memudahkan masyarakat untuk menuju ke tempat yang aman, termasuk juga membangun kembali aliran lahar agar tidak mengarak ke permukiman penduduk,” imbuhnya.

Adapun jalur evakuasi tersebut menjadi penting, sebab hingga sejauh ini sudah ada rambu evakuasi, akan tetapi jalur evakuasi belum memadai.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menambahkan, warga yang tinggal di beberapa dusun sekitar Gunung Semeru, hendaknya selalu waspada letusan gunung Semeru.

Dusun-dusun yang warganya diimbau untuk waspada erupsi gunung tersebut, antara lain Dusun Curah Koboan, Desa Supiturang dan Dusun Rowobaung, Desa Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, serta Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Ia mengatakan, BPBD Kabupaten Lumajang dan dinas terkait telah menyiapkan sejumlah tempat untuk pengungsian warga, antara lain lapangan di Dusun Kamar Kajang berupa tenda keluarga dua unit, lapangan di Desa Supiturang, SD Negeri 4 Supiturang, SD Negeri Sumberwuluh, halaman pos pantau Gunung Sawur, dan pos komando Balai Desa Supiturang.

"Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dinas Sosial Kabupaten Lumajang juga telah menyiapkan dapur umum dan penyediaan air bersih," tutur, Kamis (3/12/2020).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Assesmen Wilayah Rentan

Hingga 2 Desember 2020 pukul 24.00, gunung Semeru masih mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar. Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pun  melakukan assesmen wilayah rentan di sekitar aliran lahar dingin Gunung Semeru, di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. 

"Teman-teman mengasesmen wilayah-wilayah yang rentan terkena lagi. Karena di situ sudah penuh lahar dingin. Nanti akan meluber ke mana, teman-teman lagi asesmen di situ," ujar Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nurseno, Kamis (3/12/2020). 

Satriyo menuturkan, tujuan asesmen yaitu mengetahui jalur-jalur evakuasi di wilayah tersebut apabila kembali terjadi guguran lahar dingin Gunung Semeru. Sebab, sebagian masyarakat pengungsi sudah kembali ke rumah mereka.   

"Karena masyarakat setempat yang semalam di pengungsian pagi tadi kembali ke rumah untuk melaksanakan kegiatan masing-masing," ujar dia. 

Selain memetakan jalur evakuasi tercepat, asesmen dilakukan untuk memetakan daerah yang perlu pemasangan rambu peringatan. Sebab, lahar dingin yang sekarang memenuhi Sungai Besuk di Desa Curah Kobokan bisa kembali mengalir deras dan meluber ke sekitar lokasi sungai. Apalagi, kawah Gunung Semeru masih ada kemungkinan bergejolak.

"Kami akan tetap mengoptimalkan keselamatan warga terkait pengungsian ini. Kami akan membuat rambu-rambu setelah asesmen ini agar masyarakat tidak mendekat di wilayah yang rentan dan rawan," ujar dia. 

Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik, BPBD Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo menyatakan, sekitar 300 warga Curah Kobokan dan 250 warga Supit Urang, Pronojiwo, Lumajang, telah meninggalkan pengungsian dan pulang ke rumah masing-masing. Padahal tempat tinggal mereka termasuk berada di kawasan ring I.

Di tiap titik rawan, tim gabungan dari TNI, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lumajang, relawan Basarnas tetap siap siaga. Mereka akan memandu warga segera cepat kembali ke pengungsian bila aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali naik.

“Warga menganggap kondisinya aman. Tapi mereka harus patuh ke petugas bila nanti ada peningkatan aktivitas vulkanik,” kata Wawan Hadi Siswoyo, Rabu, (3/12/2020).

Untuk mempermudah evakuasi warga bila ada peningkatan aktivitas vulkanik, disiagakan 6 truk di posko pengungsian serta satu truk di lokasi atau dusun. Gunung Semeru sendiri masih berstatus waspada level II.

“Truk selalu siap siaga di tiap titik tersebut sampai masa tanggap darurat pada 7 desember,” ujar Wawan.

Ia menambahkan, aktivitas vulkanik Gunung Semeru tetap tinggi dengan mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar. Namun gugurannya sudah tak sejauh seperti hari – hari sebelumnya. Pada Selasa, 2 Desember, awan panas guguran tercatat sejauh 2,5 kilometer.

“Ya tetap ada aktivitas vulkanik, tapi sudah tak seperti awal-awal erupsi. Sekarang juga harus diwaspadai banjir lahar dingin,” ucap Wawan.

Wawan menyatakan, tidak ada korban jiwa maupun warga luka atau sakit terdampak erupsi Gunung Semeru. Untuk memantau kondisi kesehatan warga, ada petugas puskesmas terdekat disiagakan di tiap titik lokasi maupun dusun.

“Tim medis akan terus memantau kesehatan warga. Alhamdulillan tak ada korban,” ujar Wawan.

BPBD Lumajang mengimbau pada pihak manapun yang hendak membantu warga terdampak bencana Gunung Semeru. Agar menyalurkan bantuannya melalui posko pengungsian di Lapangan Kamar Kajang.

"Kamar Kajang jadi titik utama penyaluran. Siapapun yang mau bantu kami minta lewat pos ini, lalu didata sebelum didistribusikan ke warga agar bisa lebih tepat sasaran,” ujar Wawan.

Sebab dikhawatirkan penyaluran bantuan oleh lembaga kemanusian atau siapapun itu berjalan sendiri dapat menimbulkan kecemburuan warga. Sebab tak menutup kemungkinan akan terjadi penyaluran ganda.

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Semeru dan Sejarah Erupsinya

Gunung Semeru yang berada di wilayah Kabupaten/Kota Lumajang dan Malang, Jawa Timur, telah puluhan kali mengalami erupsi. Erupsi gunung tertinggi di pulau Jawa ini mulai tercatat sejak 1818. Sejak tahun itu, Semeru setidaknya tercatat sudah 86 kali erupsi.

Berikut data letusan Gunung Semeru seperti dikutip dari situs resmi PVMBG Kementerian ESDM.

1818

8 Nopember

1829

Februari

1830

15-16 Desember

1832

18 April

1836

3-5 Agustus

1838

Juli, Agustus

1842

Januari-Maret

1844 - 1845

September 1844-Juli 1845

1848

Februari-4 Agustus

1851

Januari

1856

10 September

1857

13 Agustus-September

1860

April-Juni

1864

Juli

1867

April, Mei

1872

23 Oktober

1877

April, September

1878

?

1884

11 Desember

1885

Januari, April, Juli, September. Leleran lava.

1886

Januari, April, Juli, Agustus

1887

Februari-Maret. Leleran lava 10 September-10 Oktober

1888

Februari, Maret, Mei, Oktober

1889

Leleran lava, Januari-Maret, Juni, Oktober, Desember

1890

Januari-Desember

1891

Februari-Mei. Leleran lava

1892

Maret-April

1893

Januari-Mei, September

1894

Februari

1895

22 Mei-10 Juli, 1 Oktober leleran lava, lahar. Tanah garapan rusak

1896

Mei-Juni

1897

Januari. Leleran lava

1898

Februari. Leleran lava

1899

Januari, Maret Agustus, Desember

1900

29 Maret-11 April. Leleran lava

1901

29-30 Januari

1903

26 Maret-Juni

1904

2-16 Januari

1905

4 Agustus

1907

7-10 Januari

1908

Januari-Desember

1909

September-Desember. Awan panas. Tanah garapan rusak.

1910

Januari-Desember

1911

Januari, Februari. Leleran lava dan awan panas. Tanah garapan rusak.

Nopember-Desember

1912

28 Agustus

1913

23 Juni

1941 - 1942

Letusan dalam celah radial. Leleran lava. 21 September 1941-Februari 1942. Letusan sampai di lereng sebelah timur pada ketinggian antara 1.400 dan 1.775m. Titik letusan sebanyak 6 tempat. Leleran lava masuk ke B. Semut dan menimbuni Pos Pengairan Bantengan. Aliran lava sepanjang 6,5 km.

1945

12-18 Juni

1946

Awan panas. Tanah garapan rusak. Pebruari-Mei, Oktober-Desember. Pembentukan kubah (Adnawidjaja, 1947)

1947

Maret-Juni

1950

Juli, 23 Nopember-Desember, lava mengalir ke Besuk Sat dan guguran lava masuk ke Besuk Semut

1951

Nopember. Aliran lava masuk ke Besuk Semut

1952

Aliran lava masuk sampai ke Totogan Malang dan aliran lava ke Besuk Kobokan  sampai di Curah Lengkong

1953

Guguran vulkanik meningkat

1954

Nopember, aliran lava melalui Besuk Kobokan

1955 - 1957

Kegiatan terus berlangsung, 22 Februari dan 4 Mei 1957 aliran lava

1958

27 April terjadi aliran lava sepanjang 1 km melalui Kali Glidik, terjadi pula pembentukan kubah lava

1959

Mei

1960

April, Mei, Agustus

1961

Letusan tipe stromboli dengan tinggi abu lk 3000m di atas puncak (Sumopranoto, 1961, dalam Kusumadinata, 1979). Bahan letusan dilemparkan sampai Recopodo, hutan di sekitar hulu Besuk Sat dan Besuk Tompe terlewati. Aliran lava terjadi di Kali Glidik, Besuk Sat, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

1963

5 Mei mulai jam 14.10 terjadi awan panas dan aliran lava melanda Curah Lengkong, Kali Pancing dan Besuk Semut, awan panas mencapai 8 km dari kawah. Letusan berlangsung hingga akhir Juli.

1967

Letusan terjadi pada bulan September dan pembentukan kubah lava ditik letusan 1963 pinggir kawah selatan (hulu Kali Glidik, Besuk Bang dan Besuk Kobokan) mencapai ketinggian 3.730m (54m di atas puncak Mahameru). Lahar terjadi di lembah kali Glidik, Besuk Kobokan dan Kali Rejali.

1968

Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung. Banjir lahar membawa korban 3 orang penduduk Desa Sumber Wungkil.

1969

Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung.

1972

Pertumbuhan kubah lava masih berlangsung terus mencapai ketinggian 3.744,5m dpl. Awan panas guguran kadang-kadang terjadi melalui Kali Glidik sampai batas hutan. Di akhir tahun, letusan terjadi setiap 5 sampai 45 menit dengan tinggi asap maksimum 500m di atas bibir kawah, pasir dan debu terlontar sejauh 1km.

1973

Pembentukan kubah lava masih berlangsung selama Agustus. Letusan mencapai lk 1.000m sering terjadi yang disertai aliran lava. Guguran lava pijar meningkat dan meluncur ke Besuk Sat dan Besuk Kobokan mencapai jarak 2 km dari puncak, membakar hutan.

1974

Kegiatan terus berlangsung, kubah lava makin tinggi.

1975 - 1976

Letusan di kawah utama disertai aliran lava.

1977

1 Desember terjadi guguran lava menghasilkan awan panas guguran berjarak 10 km di Besuk Kembar  dengan volume endapan 6,4 juta m3 . Sebagian awan panas ini menyeleweng ke Besuk Kobokan. Sawah dan tegal seluas 110ha rusak di Desa Sumberurip, hutan pinus 450ha dan 1 jembatan rusak terbakar dan 2 buah rumah bilik hanyut.

1978

Letusan masih terjadi dengan tinggi asap maksimum mencapai 800m di atas tepi kawah. Awan panas guguran terjadi di Besuk Kembar 3 kali dalam bulan Maret dan 15 kali dalam bulan Mei dengan jarak luncur maksimum 7km.

1979

Letusan masih terjadi, guguran disertai awan panas meluncur ke Besuk Kembar mencapai jarak maksimum 3 km.

1980

Letusan berlangsung setahun penuh, terjadi guguran diselingi awan panas ke Besuk Kobokan dan Besuk Kembar.

1981

Letusan - letusan kecil, lava mengalir lewat tepi kawah masuk ke Besuk Kembar dan membentuk lidah lava. Pada 28 Maret terjadi guguran lidah lava di Besuk Kembar diikuti awan panas guguran yang menyeleweng pada ketinggian 1.400m dpl dan masuk ke Besuk Bang mencapai jarak maksimum 10 km dari tepi kawah, tumpukan endapannya 6,2 juta m3.

Suhu ladu atau endapan awan panas di dekat Dukuh Supit Tengah 120°C. Pada 29 Maret dan antara 3 dan 4 April terjadi beberapa kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 7 km.

1982

Bulan Mei terjadi peningkatan jumlah letusan, guguran semuanya masuk ke Besuk Kembar, kadang disertai awan panas guguran mencapai jarak maksimum 3,5km dari kawah.

1983

Letusan berlangsung sepanjang tahun, guguran dan awan panas mencapai jarak luncur 3km di Besuk Kembar.

1984

16 Januari terjadi guguran kubah lava lama disertai awan panas guguran masuk ke Besuk Kobokan mencapai jarak luncur 2-4 km.

1985

Letusan terjadi pada bulan Mei disertai awan panas guguran.

1986 - 1989

Letusan terus berlangsung diikuti awan panas guguran dengan tinggi asap maksimum 1,2 km di atas tepi kawah, berselingan dengan pembentukan kubah lava.

1990

November - Desember terjadi guguran kubah lava menghasilkan awan panas dan Kawah Jonggring Seloko terbuka sampai saat ini.

1992

Letusan stromboli dengan pembentukan kubah lava dan lidah lava sepanjang 1,5km dari kawah pada November - Desember.

1994

2 Februari-15 Februari.

- 2 Februari terjadi 9 kali letusan asap putih tebal dengan ketinggian 500m dan 34 kali guguran lava ke Besuk Kembar mencapai lk 1000m, disertai dengan meningkatnya gempa tremor selama 7 hari sebelum 3 Februari 1994.

- 3 Februari pukul 03.50 terjadi letusan dan suara dentuman disertai hujan abu dan guguran lava membentuk awan panas guguran dari kubah lava dan lidah lava yang terbentuk sejak tahun 1992. Aliran awan panas guguran ini masuk ke Besuk Kobokan mencapai 11,5 km, ke Besuk Kembar 7,5 km dan ke Besuk Bang lk 3,5 km. Volume awan panas tersebut diperkirakan mencapai 6,8 juta m3.

Korban yang meninggal terlanda awan panas sebanyak 7 orang dan 2 orang hanyut oleh lahar pada tanggal 13 Februari 1994. Selanjutnya kegiatan berangsur menurun kembali menuju normal dengan aliran awan panas mencapai jarak lk 200-750m dari puncak.2002.

2002

- 11 Maret 2002 status Semeru dinaikkan dari Normal menjadi Waspada sehubungan dengan adanya peningkatan jumlah gempa-gempa vulkanik dangkal maupun dalam sejak Januari 2002 dan mencapai puncaknya di April 2002, masing-masing 10 dan 57 kali.

- Terjadi peningkatan gempa tremor harmonis serie pertama di Maret 2002 sampai dengan Juni 2002. Guguran lava pijar pun ikut meningkat secara tajam sejak April 2002 (610 kali) hingga Agustus 2002 (484 kali), namun sejak September hingga Desember 2002 menunjukkan penurunan (93-151 kali) kembali.

- Penurunan guguran lava pijar digantikan oleh kemunculan aliran awan panas yang cukup signifikan di Desember 2002, yang mengikuti munculnya kembali serie kedua gempa-gempa tremor harmonis sejak Agustus 2002. Gempa-gempa tremor harmonis ini mencapai puncaknya di bulan Desember 2002, dan sampai tanggal 3 Januari 2003 telah terjadi beberapa kali gempa tremor harmonis dengan amplitudo maksimum mencapai 4 mm.

- 23 Desember 2002 terjadi 8 kali letusan di kawah utama.

- 25 Desember 2002 terjadi 1 kali letusan.

- 26 dan 27 Desember 2002 terjadi juga letusan di kawah utama masing-masing 7 dan 8 kali, yang diikuti oleh guguran lava pijar memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 250 meter pada  27 Desember 2002.

- 29 Desember 2002 terjadi letusan di kawah utama sebanyak 7 kali.

- 30 Desember 2002 awan panas guguran berjarak 5.000 meter memasuki bagian hulu Besuk Bang. Awan panas berikut terjadi pada 13 Desember memasuki bagian hulu Besuk Bang dengan jarak luncur 5000 meter. Pada 16 Desember 2002 awan panas guguran kembali memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 4000 meter.  Awan panas berikutnya terjadi pada tanggal 25 Desember 2002 memasuki bagian hulu Besuk Kobokan sejauh 5.000 meter. Pada tanggal 28 Desember dua kali aliran awan panas guguran (17:26 dan 17:30) memasuki bagian hulu Besuk Kobokan, masing-masing sejauh 4000 meter.

- Pukul 19.00 pada 29 Desember 2002 satu seri aliran awan panas guguran turun memasuki Besuk Bang sejauh 9000 m mendekati dusun Supit Timur di sisi barat Besuk Bang, dan dusun Rawabaung di sisi timur Besuk Bang, masing-masing di ketinggian 750m dpl. Dusun Supit Timur terletak di punggungan yang terjepit di pertemuan antara sungai Besuk Bang dan Besuk Supit.

- Aliran awan panas berikutnya terjadi pada 30 Desember 2002 pukul 07:20 memasuki Besuk Bang sejauh 2.000 m, dan kembali pada pukul 10:00 awan panas guguran memasuki Besuk Bang sejauh 2000 meter.

- Pada 29 Desember 2002 dari pukul 17.00 hingga pukul 21.00 WIB, seismograf di Pos Pengamatan Semeru di G unungSawur, mencatat pula adanya gempa banjir yang diperkirakan memasuki Besuk Bang, dan Besuk Kembangan.

Sejauh ini tidak terjadi korban jiwa maupun kerusakan rumah atau fasilitas umum baik di dusun Supit Timur maupun di dusun Rawabaung. Pagi 30 Desember 2002, Dusun Supit Timur telah dikosongkan oleh sebagian penduduknya, terutama anak-anak dan orang tua berusia lanjut. Para pemuda dan lelaki dewasa lainnya tetap berjaga-jaga di malam hari demi keamanan dusun tersebut secara keseluruhan.

2004

20 Januari 2004 terjadi Awan panas guguran yang masuk ke Besuk  Bang sejauh 2.500 m kemudian pada 7 oktober kembali terjadi awan panas dengan jarak luncur 1.000 m ke Besuk Bang. Awan panas terjadi dengan frekwensi lebih banyak pada November dan Desember dengan jarak luncur antara 1.000- 3.000 m menuju Besuk Bang.

2005

29 Desember 2005 terjadi awan panas guguran yang masuk ke Besuk Bang sejauh masing-masing 1.000, 1.500 dan 2.500 m.

2007

15 Nopember 2007 terjadi awan panas guguran yang masuk ke Besuk Bang sejauh 1.000 m.

2008

- 15 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian sekitar 600 m. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 2.500 m.

- 17 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian sekitar 500 m. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 2.000m.

- 18 Mei 2008 terjadi 3 kali guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian 500-600 meter. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 500, 1500, dan 2.500m.

- 19 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 1.500 meter.

- 21 Mei 2008 terjadi 6 kali guguran awan panas. Arah awan panas ke Besuk Bang, Besuk kembar dan Besuk Kobokan dengan jarak luncur 1.000-3.000 m.

- 22 Mei 2008 terjadi 4 kali guguran awan panas. Arah awan panas ke Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.