Sukses

Warga Tuna Netra di Banyuwangi Mendapatkan Kartu Identitas dengan Teks Braile

Saat ini penyandang disabilitas, khususnya tuna netra di Kabupaten Banyuwangi bisa mendapatkan identitas Kartu Tanpa Kependudukan (KTP), Kartu Keluarga (KK) hingga Akte Kelahiran dengan teks braile.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini penyandang disabilitas, khususnya tuna netra di Kabupaten Banyuwangi bisa mendapatkan identitas Kartu Tanpa Kependudukan (KTP), Kartu Keluarga (KK) hingga Akte Kelahiran dengan teks braile. Upaya ini dilakukan agar warga tuna netra bisa membaca identitasnya sendiri menggunakan teks braille.

Kabid Pendataan Sipil, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Banyuwangi, Saifudin mengatakan, untuk mendapatkan identitas braille, warga cukup datang ke kantor dinas, tanpa perlu datang ke kantor desa.

"Syarat untuk mendapatkan identitas braille, warga tuna netra cukup membawa fotocopy KTP, KK dan akte kelahiran. Jadi sekarang punya dua, yang KTP, KK dan akte biasa sama yang braile," kata Saifudin, Sabtu (5/12).

Saat ini, kata Saifudin, masih banyak warga disabilitas di Banyuwangi yang belum memiliki identitas. Harapannya, warga tidak malu menyampaikan kondisinya, karena semua warga memiliki hak dan kesempatan yang sama.

"Saat ini masih ada 250 warga disabilitas yang tercatat di Dispenduk. Masih banyak yang belum mencatatkan diri. Jadi harapannya bisa aktif melaporkan kondisinya. Di Banyuwangi penduduknya lebih dari 1,7 juta. Kami butuh kerjasamanya, jangan malu, harus percaya diri," katanya.

 

Bila belum memiliki KK, akte kelahiran dan KTP, khusus bagi yang penyandang tuna netra, sekaligus akan mendapatkan identitas braille.

"Kalau yang belum punya, ya harus ngajukan pembuatan KTP, KK dan Akte, nanti secara otomatis akan dibuatkan yang braille," ujarnya.

Lewat identitas braille, warga tuna netra harapannya bisa membaca identitasnya sendiri, mulai berapa nomor nomor identitas kependudukannya hingga detail lainnya. Sebelumnya, lewat identitas nyang sama dengan Kebanyakan orang, warga tuna netra hanya bisa mendengarkan.

"Sementara ini sudah ada 5-6 warga yang mencatatkan diri dengan identitas braille. Sebelumnya warga tuna netra hanya bisa dengar isi di kartu identitasnya, nah sekarang bisa baca. Jadi ini pakai kertas, khusus untuk braille," ujar Saifudin.

Bentuk fisik identitas braille sendiri berbahan kertas khusus dengan cetakan huruf braile. Seperti KTP, butuh setidaknya 3 lembar dan KK 4-5 lembar kertas braille.

 

"KTP butuh 3 lembar, sementara KK 4-5 lembar. Sebelumnya, gagasan identitas braile untuk warga tuna netra sudah ada di Pasuruan, sekitar 3 kecamatan. Kami telah melakukan MoU untuk kerjasama pembuatan identitas braille," katanya.

Sementara itu, pendiri Yayasan Aura Lentera Banyuwangi yang fokus mengadvokasi warga disabilitas, Indah Catur Cahyaningtyas (38) mengapresiasi upaya Pemkab Banyuwangi yang telah memberikan perhatian kepada warga disabilitas, khususnya tuna netra.

"Intinya kami mengapresiasi Pemkab Banyuwangi yang telah memberikan identitas braille, karena para penyandang disabilitas, khususnya tuna netra akhirnya bisa membaca identitasnya, nomor NIK nya," kata Indah.

 

(*)