Sukses

IDI Jabar Dukung Vaksinasi Covid-19, tapi Tunggu Hasil Uji Fase Ketiga

Eka mengatakan, uji vaksin Covid-19 fase ketiga mesti diselesaikan guna mengetahui hasil yang nantinya diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Liputan6.com, Bandung - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jabar Eka Mulyana menegaskan, pihaknya mendukung vaksinasi Covid-19 yang akan dilakukan di Indonesia, termasuk di wilayah Jawa Barat, asal itu dilakukan setelah uji vaksin fase ketiga selesai.

Pernyataan itu disampaikan untuk meluruskan kabar yang sempat beredar yang menyatakan bahwa pihak IDI menolak  vaksinasi Covid-19. Eka menegaskan kabar tersebut kurang tepat.

"IDI tetap mendukung pelaksanaan vaksinasi. IDI merekomendasikan agar menunggu hasil uji vaksin fase ketiga yang itu yang akan selesai awal tahun depan," kata Eka saat dihubungi, Minggu (13/12/2020).

Eka mengatakan, uji vaksin Covid-19 fase ketiga mesti diselesaikan guna mengetahui hasil yang nantinya diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebelum tahapan uji vaksin belum selesai, IDI tidak merekomendasikan vaksinasi.

"Harus memastikan, jadi uji vaksin ini sudah melewati tahap-tahap awal dulu, fase ketiga fase akhir, sayang kalau tinggal satu dua langkah lagi fasenya tidak di selesaikan," kata Eka.

Selama menanti vaksinasi, Eka mengimbau, agar masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat mesti kompak memutus rantai penularan sehingga pandemi tak terus meluas. Dengan begitu, diharapkan korban jiwa tak terus berjatuhan.

"Caranya simpel, kalau kita ingin beraktivitas dengan aman kuncinya satu disiplin protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Sosialisasi Vaksin

Eka melanjutkan, vaksinasi ini harus disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Jangan sampai informasi terkait vaksinasi atau pandemi ini hanya dianggap isapan jempol atau kabar hoaks.

Disinggung terkait skala prioritas peserta vaksinasi, Eka menyampaikan, suntik vaksin pertama-tama harus bagi kalangan tenaga medis. Pasalnya, tenaga medis dinilai rentan terpapar karena bersinggungan langsung dengan pasien positif Covid-19.

"Tenaga medis dulu karena mereka yang langsung berhadap dengan pasien. Kedua, yang berisiko rentang usia sampai 59 tahun. Setelah itu baru yang lainnya," tandas Eka.Â