Sukses

Sepak Terjang Zulkarnaen, Teroris Bom Bali yang Berakhir dengan Tangan dan Kaki Terborgol

Mengemban pangkat 'panglima', teroris bom Bali 1 itu ternyata menjadi orang penting di Jaringan Islamiyah. Zulkarnaen menjadi aktor penting di balik berbagai peristiwa teroris besar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Buron selama 18 tahun, pelarian teroris bom Bali 1, Zulkarnaen alias Arif Sunarso Panglima Askari, berakhir dengan sebuah sarung dan baju tahanan. Kedua pergelangan kaki dan tangannya pun diborgol ketat.

Tiba di apron kargo Bandara Soekarno Hatta, Zulkarnaen menjadi penumpang rombongan terakhir terduga teroris yang menginjakan kaki ke landasan. Hanya mengenakan sarung, atasan baju tahanan warna oranye bernomor dada 13, dan tanpa alas kaki.

Zulkarnaen berhasil diamankan di Gang Kolibri, Toto Harjo, Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Lampung.

"Setelah sebelumnya, Zulkarnaen DPO Polri selama 18 tahun," ujar Kombes Pol Ahmad Ramadhan, Kabag Penum Mabes Polri, di Apron Kargo Bandara Internasional Soekarno Hatta, Rabu (16/12/2020).

Mengemban jabatan 'panglima', pria yang kini berusia paruh baya itu ternyata menjadi orang penting di Jaringan Islamiyah (JI). Bagaimana tidak, dia menjadi aktor penting di balik berbagai peristiwa teroris besar di Indonesia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Aktor di Balik Kerusuhan Ternate, Ambon, dan Poso

Zulkarnaen juga memiliki keahlian dalam merakit bom high eksplosif atau berdaya ledak tinggi. Lalu, memiliki keahlian dalam membuat senjata api, keahlian dalam dunia militer, termasuk pernah melatih kekuatan militer di Afganistan.

"Dia aktor di balik kerusuhan Ternate, Ambon dan Poso. Lalu pemboman di sejumlah daerah," kata Ramadhan.

Dia juga otak di balik pengeboman Kedubes Pilipina tahun 1999, pengeboman gereja serentak pada malam Natal di 2000-2001, Bom Bali I (2002), Bom Bali 2 (2005), Bom Kedubes Australia (2004) dan Bom JW Mariot (2003).

Bersama dengan Upik Lawanga alias Taufik Bulaga dan ke 21 tahanan teroris lainnya, mereka dibawa ke Rutan khusu napi terorisme.Â