Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina mengatakan, naiknya harga kedelai yang memicu produsen tahu dan tempe menghentikan sementara produksinya harus dijadikan momentum untuk menguatkan produksi dalam negeri.
Dengan meningkatkan kedelai di dalam negeri, maka akan semakin mengurangi impor yang masih menjadi opsi.
Baca Juga
"Tentunya hal tersebut harus diimbangi dengan peran Pemerintah untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dari dalam negeri, sehingga kebutuhan kedelai untuk industri dapat dipenuhi tanpa harus impor," kata Nevi dalam keterangan tulis, Selasa (5/12/2010).
Advertisement
Politisi PKS ini mengingatkan, tahun 1992 Indonesia pernah melakukan swasembada kedelai, saat itu produksi dari petani kedelai Indonesia mencapai 1,8 juta ton per tahun. Untuk itu menurutnya fakta tersebut mesti dijadikan landasan bagi pemerintah untuk kembali mengoptimalkan kedelai produksi dalam negeri.
"Ini ada peluang bagi pemerintah untuk mengoptimalkan kedelai dalam negeri, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai," jelas Nevi.
Selain itu, dia berharap pemerintah dapat memperbaiki tata niaga kedelai dalam negeri. Hal ini bisa menciptakan kestabilan harga.
"Selain itu dibutuhkan kolaborasi aktif antara Kementerian dan Lembaga terkait serta melibatkan pelaku industri dan UMKM agar dapat menciptakan stabilitas harga kedelai," kata Nevi.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Peredaran Tahu Tempe di Sidoarjo Segera Normal
Para perajin tahu dan tempe di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mulai berproduksi setelah mogok produksi selama tiga hari sejak 1 sampai 3 Januari 2021 akibat kenaikan harga bahan baku kedelai. Bahan baku dari sebelumnya Rp 7 ribu menjadi Rp 9 ribu perkilogramnya.
Salah satu produsen tahu asal Desa Sepande, Sidoarjo, Muhammad Farid, mengatakan akibat kenaikan harga bahan baku ini dirinya terpaksa menaikkan harga jual tahu ke pengecer.
"Kalau dari kami selaku produsen setiap satu papan kami jual seharga Rp 29 ribu dari harga biasanya sekitar Rp 27 ribu," katanya seperti dikutip dari Antara, Senin (4/1/2021).
Ia mengatakan, dari satu papan itu kemudian dipotong sendiri sesuai dengan permintaan para pengecer tahu dan selanjutnya dijual ke masyarakat.
"Biasanya satu papan tahu dipotong menjadi 36 biji, sekarang dipotong menjadi 40 biji," katanya.
Ia berharap harga kedelai bisa kembali normal seperti semula karena sejak pandemi berlangsung pihaknya sudah mengurangi jumlah produksi tahu miliknya.
Advertisement