Liputan6.com, Jakarta Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati menyatakan alasan naiknya harga tahu dan tempe di pasaran.Â
Kata dia, hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan harga kedelai impor yang meningkat per kilogramnya.Â
"Kedelai impor dari Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 9.200 - Rp 9.500 per kilogram telah berdampak terhadap produksi tahu-tempe saat ini," kata Suharini berdasarkan keterangan tertulis, Selasa (5/1/2021).Â
Advertisement
Suharini menjelaskan, kenaikan harga kedelai tersebut terjadi setelah China meningkatkan kuota impor kedelai sebesar 60 persen.
Lalu, para pengrajin tahu tempe sempat melakukan penghentian produksi pada 1-3 Januari 2021.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kenaikan Harga 20 Persen
Suharini mengatakan, sempat terjadi kekosongan tahu dan tempe. Akibatnya, para penjual di pasar tradisional menaikkan harga.
"Pada tanggal 4 Januari 2021, DKPKP juga melakukan pemantauan tahu-tempe di pasar tradisional, dan tahu-tempe sudah ada di pasar dengan penyesuaian harga. Kenaikan harga tahu-tempe sekitar Rp 2.000 atau 20 persen," papar dia.Â
Karena hal itu, saat ini pihaknya tengah berusaha untuk menonjolkan kedelai lokal di Jakarta. Selain itu, dia juga telah berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian untuk menstabilkan harga pasar.
"Pemerintah akan menonjolkan kedelai lokal yang saat ini baru mencukupi 30 persen kebutuhan kedelai dalam antisipasi kebutuhan kedelai impor," jelasnya.
Advertisement