Liputan6.com, Jakarta - Lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan di sekitar perairan Kepulauan Seribu setelah hilang kontak pada pukul 14.40 WIB Sabtu, 9 Januari 2021.
Perlahan, satu per satu barang-barang yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mulai ditemukan. Mulai dari puing pesawat, tangga darurat, hingga bagian tubuh.
Baca Juga
Di balik kisah pilu tersebut, ada orang-orang yang masih diberi kesempatan hidup lantaran batal menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Advertisement
Salah satunya seperti Asrizal Nur dan keluarga. Asnur, sapaan akrabnya, pada 7 Januari 2021 akan berangkat ke Pontianak menggunakan penerbangan maskapai lain.
Dia pun bersama istri dan kedua anaknya telah membawa hasil rapid test Covid-19 sebagai persyaratan penerbangan.
Namun sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, mereka mendapat penolakan karena tidak dilengkapi dengan Swab PCR.
"Saya ditolak karena harus ada hasil swab PCR yang sebelumnya tidak diberitahukan pihak maskapai," ujar Asnur kepada Liputan6.com melalui telepon, Minggu, 10 Januari 2021.
Asnur mengungkapkan, setelah ditolak, ia akhirnya duduk terlebih dahulu di Bandara Soetta sembari mencari maskapai lain.
Saat itu, Asnur pun berencana memesan tiket ke Pontianak menggunakan Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari 2021 namun urung dilakukan karena mengingat mahalnya biaya swab test PCR untuknya bersama istri dan 2 anaknya.
Berikut kisah mereka yang batal naik pesawat nahas Sriwijaya Air SJ 182 karena satu dan lain hal dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rapid Test Buat Nyawa Paulus dan Indra Terselamatkan
Paulus Yulius Kollo salah satu nama yang ada di dalam manifest pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak, ternyata terhindar dari kecelakaan maut pada Sabtu, 9 Januari 2021.
Paulus bersama temannya bernama Indra Wibowo selamat dari insiden itu, lantaran memilih menggunakan KM Lawit ke Pontianak, via Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta, Kamis, 8 Januari 2021 tanpa menginformasikan kembali ke pihak Sriwijaya Air.
Paulus kepada merdeka.com melalui sambungan telepon menceritakan, ia bersama enam orang temannya berangkat dari Makassar ke Pontianak transit Jakarta menggunakan maskapai Sriwijaya Air, pada Senin, 4 Januari 2021.
Namun, karena hanya bermodalkan rapid test biasa, Paulus Yulius Kollo dan Indra Wibowo tidak diperkenankan untuk melanjutkan penerbangan ke Pontianak. Menurut Paulus awalnya ia sempat protes ke maskapai, karena pembatalan keberangkatan itu tidak dilakukan langsung di Makassar.
"Saya ke Pontianak untuk kerja, saya kerja di perusahaan yang pasang jaringan telepon seluler. Kami dari Makassar tanggal 4 sore mau ke Pontianak transit di Jakarta. Saya dengan teman Indra Wibowo yang namanya urutan kedua di manifest itu tidak lanjut, karena katanya masuk Kalimantan Barat wajib swab, sedangkan kami dua hanya rapid test saja. Teman kami empat orang itu langsung berangkat tanggal 5 pagi karena punya hasil swab," cerita Paulus, Minggu, 10 Januari 2021.
Setelah berdiskusi dengan petugas Sriwijaya Air di Bandara Soekarno-Hatta, mereka berdua diminta untuk penjadwalan ulang (Reschedule) keberangkatan ke hari Sabtu, 9 Januari 2021.
Namun, karena tidak punya uang lebih untuk melakukan swab test, Paulus Yulius Kollo dan Indra Wibowo yang bermodalkan rapid test memilih menggunakan KM Lawit Rute Jakarta-Pontianak, melalui pelabuhan Tanjung Priuk, Jumat, 8 Januari 2021.
"Sampai di Jakarta kami diberitahukan jika masuk Kalimantan Barat wajib bawa hasil Swab, kami enam orang jadi empat teman langsung berangkat Pontianak karena punya punya hasil swab, sedangkan saya dengan Indra Wibowo batal karena hanya bawa hasil rapid antigen biasa. Kami tanya swab di Jakarta harganya 2,6 juta per orang, tapi tidak punya uang. Tanggal 8 bos dari Pontianak telepon saya dan tanya harga swab, saya jawab harganya per orang 2,6 juta, makanya bos bilang kalau begitu pake kapal laut saja makanya tanggal 8 saya dengan Indra Wibowo naik kapal Lawid rute Jakarta-Pontianak, di pelabuhan Tanjung Priok," jelas Paulus.
Dirinya baru mengetahui telah terjadi kecelakaan pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182, di Kepulauan Seribu setelah handphone miliknya mendapatkan sinyal.
Walaupun syok dan menangis sendirian di dalam kapal setelah mendapat informasi kecelakaan itu, Paulus bersyukur atas kebesaran Tuhan.
"Kapal sudah mau sandar di pelabuhan baru ada sinyal jadi baru saya liat banyak informasi kalau pesawat Sriwijaya Air, yang saya batal naik itu jatuh di Kepulauan Seribu. Keluarga dan teman-teman telepon tanya kabar dan saya jelaskan kalau saya batal terbang dengan Sriwijaya Air dan pake kapal laut ke Pontianak," kata dia.
"Nama saya masuk manifest pertama dan Indra Wibowo nama kedua. Nama kami masih masuk manifest mungkin karena kami berangkat ke Pontianak pakai kapal laut, tidak menginformasikan ke pihak Sriwijaya Air terkait Reschedule atau penjadwalan ulang ke tanggal 9 kemarin. Saya baru saja sampai Pontianak dan sangat bersyukur kepada Tuhan," tutup Paulus.
Advertisement
Asnur Sekeluarga Selamat karena Mahalnya Swab Test
Gagal berangkatnya penyair melayu Asrizal Nur ke Pontianak dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menjadi keberkahan bersama keluarganya.
Hal itu dikarenakan pria yang kerap disapa Asnur akan berangkat ke Pontianak menggunakan Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak dan mengalami kecelakaan di Kepulauan Seribu.
Asnur menceritakan pada 7 Januari 2021 akan berangkat ke Pontianak menggunakan penerbangan maskapai lain.
Dia pun bersama istri dan kedua anaknya telah membawa hasil rapid test Covid-19 sebagai persyaratan penerbangan.
Namun sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, mereka mendapat penolakan karena tidak dilengkapi dengan Swab PCR.
"Saya ditolak karena harus ada hasil swab PCR yang sebelumnya tidak diberitahukan pihak maskapai," ujar Asnur kepada Liputan6.com melalui telepon, Minggu, 10 Januari 2021.
Asnur mengungkapkan, setelah ditolak, ia akhirnya duduk terlebih dahulu di dalam Bandara Soetta sembari mencari maskapai lain. Saat itu, Asnur pun berencana akan memesan tiket ke Pontianak menggunakan Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari.
"Saya akan memesan tiket pesawat itu yang mengalami kecelakaan," terang Asnur.
Setelah dipikir panjang, Asnur memutuskan untuk membatalkan memesan tiket. Hal itu tidak terlepas dari biaya menginap di hotel dekat bandara, mengikuti swab PCR 2 kali 24 jam dengan biasa per orang sebesar Rp 800 ribu, dan biaya pembatalan tiket apabila hasil dari swab test tidak memungkinkan.
"Belum lagi kondisi di Pontianak kita tidak tahu seperti apa, ya dibatalkan," ucap Asnur.
Kedatangan Asnur ke Pontianak untuk menemui anaknya Jalaluddin Fauziah Nur yang menempuh Pendidikan di IAIN Pontianak.
Selain itu, Asnur mendapatkan undangan dari para guru se-Pontianak sebagai narasumber penulisan dan pembacaan puisi.
"Saya batalkan di terminal 3 Soekarno-Hatta untuk tidak berangkat," tutup Asnur.
(Muhammad Sulthan Amani)