Sukses

Basarnas Mamuju: Evakuasi Korban Gempa Terkendala Kurangnya Alat Berat

Kepala Basarnas Mamuju, Saidar Rahmanjaya mengatakan, saat ini pihaknya membutuhkan alat berat untuk melakukan evakuasi terhadap korban gempa pada Jumat (15/1/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Basarnas Mamuju, Saidar Rahmanjaya mengatakan, saat ini pihaknya membutuhkan alat berat untuk melakukan evakuasi terhadap korban gempa pada Jumat (15/1/2021). Hingga kini, Tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi terhadap korban yang tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa magnitudo 6,2.

"Kendala yang paling utama adalah kita kekurangan alat berat ya itu, kekurangan alat berat untuk membongkar istilahnya reruntuhan-reruntuhan," kata Saidar saat dihubungi merdeka.com, Jumat.

Dia mengatakan, alat berat dibutuhkan tim SAR gabungan untuk mengangkat reruntuhan bangunan seperti beton dan juga besi.

"Karena kondisinya rata-rata beton itu masalahnya, atau peralatan eksprikasi ini bisa untuk membuka jalur-jalur yang keras termasuk itu juga beton dan besi. Jadi kita masih kekurangan alat itu, makanya kami menunggu ini bantuan dari Makassar dan Palu," ungkap dia.

Ia menjelaskan, alat itu kini sedang dibutuhkan tim SAR gabungan untuk evakuasi korban gempa karena memang kurangnya personel dan juga alat-alat evakuasi.

"Saya rasa itu yang paling utama (alat berat), kekurangan peralatan sama personel kita masih terbatas. Karena kita di Mamuju ini kan kantor baru, baru berdiri satu tahun dari Januari 2020 ya ketemu Januari. Makanya kita diuji satu tahun berdiri," jelas Saidar.

Dia menegaskan, yang sekarang dibutuhkan adalah peralatan yang dibutuhkan untuk evakuasi korban gempa. "Itu yang paling penting peralatan alat besar ini. Karena ini sebagian besar korban ini kan istilahnya masih di dalam bawah reruntuhan, reruntuhan rumah atau gedung yang roboh gitu," kata Saidar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

BNPB: Warga Majene Rasakan Gempa Kuat Selama 5 hingga 7 Detik

Gempa magnitudo 6,2 mengguncang Majene, Provinsi Sulawesi Barat pada Jumat dini hari (15/1/2021). Warga pun merasakan getaran yang kuat akibat gempa Majene itu.

"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majene menginformasikan warganya merasakan gempa kuat selama 5 hingga 7 detik," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati, dalam keterangannya, Jumat.

Dia menyebut, gempa yang berpusat 6 km timur laut Majene, Sulawesi Barat ini membuat warga panik dan keluar rumah. Berdasarkan, laporan yang diterima Pusat Pengendali Operasi BNPB pada dini hari tadi, masyarakat masih berada di luar rumah mengantisipasi gempa susulan.

"Hal serupa dirasakan warga Kabupaten Polewali Mandar. BPBD setempat menginformasikan gempa dirasakan warga cukup kuat sekitar 5 hingga 7 detik. Guncangan memicu kepanikan hingga keluar rumah," ucap Raditya.

Sementara itu, berdasarkan analisis peta guncangan BMKG yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa magnitido 6,2 ini memicu kekuatan guncangan IV - V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah dan II MMI di Makasar, Sulawesi Selatan.

Skala Mercalli tersebut merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa. Deskripsi BMKG pada skala V MMI menunjukkan getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

Sedangkan IV MMI, skala ini menunjukkan pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela dan pintu berderik serta dinding berbunyi.

Kemudian Skala III MMI menunjukkan adanya getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Berikutnya II MMI, ini menunjukkan adanya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gempa magnitudo 6,2 terjadi pada pukul 01.28 WIB yang berpusat 6 km timur laut Majene. Pusat gempa memiliki kedalaman 10 km. Berdasarkan pemodelan BMKG, gempa tidak memicu terjadinya tsunami.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka