Liputan6.com, Jakarta - Pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu masih terus dilakukan.
Bahkan, operasi pencarian yang seharusnya berakhir pada Senin, 18 Januari 2021 itu kembali diperpanjang 3 hari ke depan hingga Kamis, 21 Januari 2021.
"Saya mengumumkan bahwa pelaksanaan operasi SAR kita perpanjang tiga hari lagi," ujar Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito di Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Jakarta Utara, Senin, 18 Januari 2021.
Advertisement
Dan pada hari ini, Selasa (19/1/2021) atau di hari ke-11 operasi, area pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dipersempit.
"Kita lebih fokus kepada sektor yang selama ini kita bisa mendapatkan banyak objek-objek pencarian. Jadi kita tidak lagi menyebarkan terlalu jauh. Kita lebih fokus ke situ," kata Rasman di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Jakarta Utara, Selasa (19/1/2021).
Berikut deretan perkembangan terkini pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pencarian Diperpanjang 3 Hari Lagi
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memperpanjang pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 selama tiga hari.
"Saya mengumumkan bahwa pelaksanaan operasi SAR kita perpanjang tiga hari lagi," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito di Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Jakarta Utara, Senin, 18 Januari 2021.
Dengan perpanjangan ini, maka masa pencarian akan tetap dilanjutkan hingga Kamis 21 Januari 2021. Adapun keputusan untuk mencari korban Sriwijaya Air SJ 182 sudah berkonsultasi dengan berbagai pihak.
"Yang jelas pertama adalah kemanusiaan ya. Sampai saat ini secara resmi dari DVI baru beberapa yang teridentifikasi. Tentunya Tim SAR gabungan berusaha semaksimal mungkin melakukan evakuasi korban, semakin banyak jumlah kantong yang kita temukan akan semakin bermanfaat bagi DVI dalam membantu proses identifikasi," ungkap Bagus.
Selain itu, banyak waktu yang hilang saat SAR Sriwijaya Air SJ 182 dilakukan karena faktor cuaca.
"Dan tentunya ada hari-hari yang hilang karena cuaca jelek dan ini kita kompensasi dengan perpanjangan," kata Bagus.
Advertisement
Total 310 Kantong Jenazah Korban Ditemukan
Hingga Senin sore, 18 Januari 2021, tim penyelam hanya berhasil menemukan dua bagian tubuh korban pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ 182.
Temuan tersebut menggenapkan total 310 kantong jenazah berisi bagian tubuh korban Sriwijaya Air SJ 182 selama 10 hari pencarian, atau sejak insiden kecelakaan pesawat tersebut terjadi pada Sabtu 9 Januari 2021 lalu.
"Untuk hari ini kita baru mendapatkan dua kantong jenazah, dua kantong serpihan kecil badan pesawat serta potongan besar badan pesawat. Sehingga total 310 kantong jenazah, 60 kantong kecil bagian pesawat dan 55 potongan besar pesawat. Tentunya selain FDR dan (bagian) CVR yang telah ditemukan," kata Kepala Basarnas, Bagus Puruhito di JICT II, Jakarta Utara, Senin, 18 Januari 2021.
Bagus mengakui bahwa temuan timnya pada hari ini cukup sedikit jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Hal ini patut dimaklumi, pasalnya sejak pagi cuaca di lokasi dominan mendung. Ditambah sebelumnya telah diguyur hujan sehingga cukup menyulitkan tim penyelam.
"Walaupun cuaca hari ini jelek, namun tim SAR gabungan masih tetap semangat melaksanakan operasi pencarian semaksimal mungkin," jelas Bagus.
Total 34 Korban Pesawat Berhasil Diidentifikasi Tim DVI
Hari ke-11 proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air bernomor penerbangan SJ-182, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri mengatakan telah mengidentifikasi 34 korban.
Kabiddokpol Pusdokkes Polri Kombes Hery Wijatmoko menerangkan, 23 korban di antaranya telah diserahkan kepada pihak keluarga.
"Sampai hari ini kami sudah berhasil mengidentifikasi 34 korban dan 23 korban sudah diserahkan kepada keluarga," kata Hery di RS Polri Kramatjati Jakarta pada Selasa (19/1/2021).
Hery menerangkan saat ini pihaknya lebih mengutamakan pemeriksaan menggunakan DNA. Pasalnya menurut Hery seiring dengan berjalannya waktu pemeriksaan menggunakan sidik jari kurang efektif lantaran rusaknya jaringan tubuh korban Sriwijaya Air.
"Pemeriksaan yang saat ini digunakan, kami lebih menitikberatkan pada pemeriksaan DNA forensik karena semakin lama semakin ada keterbatasan untuk pemeriksaan yang lain termasuk sidik jari," tutur dia.
Advertisement
Area Pencarian Dipersempit
Tim SAR gabungan kembali mencari puing dan korban pesawat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Proses evakuasi memasuki hari ke-11 pada Selasa (19/11/2021).
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman menerangkan, secara umum operasi SAR pada hari ke-11 tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hanya saja, karena objek yang dicari semakin sedikit, area pencarian pun dipersempit.
"Kita lebih fokus kepada sektor yang selama ini kita bisa mendapatkan banyak objek-objek pencarian. Jadi kita tidak lagi menyebarkan terlalu jauh. Kita lebih fokus ke situ," kata Rasman di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Jakarta Utara, Selasa (19/1/2021).
Rasman menerangkan, operasi SAR untuk menemukan puing dan korban pesawat Sriwijaya Air kali ini dibagi menjadi empat sektor dengan luas masing-masing sektor kurang lebih sekitar 15 sampai 30 meter.
Dia juga mengatakan, Tim SAR gabungan tetap memantau objek-objek dari Sriwijaya Air SJ 182 yang mengapung di atas permukaan laut.
"Nanti di situ penyelam akan mencari objek-objek," ujar Rasman.
Rasman menyebut, jumlah penyelam yang dilibatkan dalam operasi SAR pencarian para korban Sriwijaya Air SJ 182 hari ini sekitar 300 personel.
Sementara, terkait kapal yang diturunkan untuk melakukan pencarian, Rasman menyebut jumlahnya 60 unit. Ditambah lagi, 21 unit alutsista seperti sea raider, jetski, RIB, dan perahu karet.
"Kemudian kapal yang punya kemampuan deteksi bawah air kita masih punya tiga," ucap dia.
Evakuasi Terkendala Gelombang Tinggi
Rasman menyebut, tim gabungan khususnya penyelam mengalami kendala akibat cuaca buruk pada hari ke-11.
Rasman mengatakan, situasi di sekitaran perairan Kepulauan Seribu diterpa anging kencang. Akibatnya, gelombang tinggi pun muncul.
"Hari ini kondisi cuaca sangat tidak bersahabat. Sangat tidak menguntungkan untuk dilakukan penyelaman. Data terakhir yang saya terima di lapangan, tinggi gelombang 1,5 meter sampai 2,5 meter dengan kecepatan angin sekitar 31 knot," ucap dia.
Rasman mengatakan, gelombang tinggi dengan angin yang kencang mengancam keselamatan tim penyelam yang ditugaskan untuk melakukan pencarian pesawat Sriwijaya Air di bawah laut.
"Artinya ini sangat riskan apabila dilaksanakan penyelaman. Karena berbahaya bagi rekan-rekan kita. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada yang turun, masih ada di kapal. Kapal pun juga sekarang berlindung di belakang pulau. Supaya tidak terombang ambing oleh gelombang yang cukup tinggi," kata dia.
Rasman menyebut, pihaknya akan terus memantau perkembangan cuaca untuk memulai pencarian puing maupun korban pesawat Sriwijaya Air.
"Mudah-mudahan cuacanya mendukung, tidak terlalu lama kondisi seperti ini sehigga rekan-rekan kita bisa turun ke lapangan," terang dia.
Advertisement
Serpihan Banyak Ditemukan di Barat dan Selatan FDR
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, banyak serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan di arah barat dan selatan lokasi ditemukannya alat perekam data atau flight data recorder (FDR).
"Serpihan banyak ditemukan di arah barat dan selatan dari FDR," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho di Jakarta, Senin, 18 Januari 2021, seperti dikutip dari Antara.
Serpihan pesawat Sriwijaya Air itu, kata Djoko ditemukan menggunakan robot bawah laut atau Remotely Operated Vehicle (ROV) Kapal Riset Baruna Jaya IV milik BPPT.
Saat ini Kapal Baruna Jaya (BJ) IV juga sedang berupaya untuk menemukan alat perekam suara pilot di kokpit atau Cockpit Voice Recorder (CVR) Sriwijaya Air SJ 182 CVR.
ROV BJ IV mengambil gambar-gambar serpihan di dasar laut dalam radius 80 meter dari lokasi FDR ditemukan.
Bagian ekor pesawat tampak dari kamera ROV di barat daya posisi FDR yang juga merupakan tumpukan serpihan yang besar.
Penurunan ROV dilengkapi dengan Ultra Short Baseline (USBL) yang dapat menunjukkan posisi koordinat, sehingga lintasan ROV dan setiap potongan benda yang ditemukan di dasar laut juga dapat ditentukan posisinya.
Data FDR Pesawat Sriwijaya Berhasil Diunduh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada Senin (18/1/2021), berhasil mengunduh data dari Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Captain Nurcahyo Utomo, membeberkan total data dalam FDR berisi catatan 18 penerbangan. Termasuk penerbangan terakhir Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Pontianak yang mengalami kecelakaan.
"Bahwa kami sudah atau sedang mengunduh data FDR dan kami sampaikan bahwa data dari flight data recorder sudah bisa kami dapatkan, sudah berhasil diunduh dengan total adalah 370 parameter, 27 jam dan atau 18 penerbangan, termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan," kata Nurcahyo dalam sebuah video yang diterima.
Saat ini, sebut Nurcahyo, data tersebut tengah didalami. KNKT pun belum bisa mempublikasikan isi dari catatan penerbangan tersebut.
Nurcahyo menyebut, dari data yang telah diunduh, dia mengaku telah mendapatkan petunjuk untuk mencari tahu penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.
"Namun demikian, dari data yang kami peroleh dari data flight data recorder ini, kami mendapatkan beberapa petunjuk untuk bisa didalami lebih lanjut data-data yang kami perlukan untuk keperluan investigasi dan kami juga masih mengharapkan dapat ditemukannya CVR untuk mendukung data-data yang telah kami peroleh dari FDR," jelas Nurcahyo.
Advertisement
Investigasi Libatkan AS dan Singapura
Nurcahyo menyampaikan, KNKT menggandeng dua negara untuk turut menginvestigasi kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182.
Dia mengatakan, partisipasi AS dalam investigasi kecelakaan Sriwijaya Air tersebut berdasarkan ketentuan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO. Di mana negara pembuat pesawat berhak untuk terlibat dalam investigasi kecelakaan pesawat di suatu negara.
"Hal ini sesuai dengan ketentuan dari ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) Annexes 13, di mana negara pembuat dan pendesain pesawat berhak berpartisipasi dalam investigasi," kata Nurcahyo.
Nurcahyo menyebut ada 11 investigator dari AS yang dilibatkan. Kesebelasnya dari beberapa institusi di negeri Paman Sam itu.
"Minggu kemarin telah hadir bersama KNKT untuk berpartisipasi dalam investigasi tim dari Amerika, terdiri dari 4 dari NTSB (Dewan Keselamatan Transportasi Nasional), 4 dari Boeing, 2 dari FEE, dan 1 dari General Electric sebagai pabrik pembuat mesin, jadi total dari Amerika ada 11 orang," ucap dia.
Selain AS, KNKT juga melibatkan tim dari Singapura guna menelisik jatuhnya pesawat dengan rute Jakarta-Pontianak itu.
Menurut Nurcahyo ada dua orang investigator dari negeri Singa itu yang turut mendalami penyebab peristiwa nahas tersebut.
Keduanya dari Transport Safety Investigation Bureau (TSIB) Singapura. Partisipasi dari negara tetangga itu berdasarkan sebuah pakta kerja sama antar negara-negara di Asia Tenggara.
"Dalam hal ini partisipasi sesuai dengan kerja sama negara-negara ASEAN," pungkas Nurcahyo.
(Muhammad Sulthan Amani)
Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Advertisement