Sukses

Secercah Cahaya bagi Aisyah, Gadis Cilik Hidup Sebatang Kara karena Covid-19

Seorang perempuan mendatangi rumah Aisyah di Kelurahan Benda Baru, Pamulang, Tangsel dan mengaku sebagai kakak kandungnya.

Liputan6.com, Jakarta Nasib Aisyah Alusa, gadis cilik sebatang kara yang ditinggal ibunya karena Covid-19 di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai menemukan secercah cahaya. 

Seorang perempuan bernama Alma datang ke rumah Aisyah di kawasan Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangsel. Dia mengaku sebagai kakak kandung Aisyah.

Kabar tersebut dibenarkan oleh Aisyah. Dihubungi Liputan6.com melalui saluran telepon, Aisyah yang masih dalam perawatan pasien corona di Rumah Lawan Covid-19 Tandon Ciater, Tangsel mengaku mengenal Alma.

"Iya kenal (Alma). Kakak Aisyah," jawabnya singkat dari balik telepon, Rabu (20/1/2021).

Aisyah menuturkan, semasa ibunya masih hidup, beberapa kali Alma menghubunginya dan berbicara lewat telepon. Aisyah pun berkesempatan berkenalan dengan kakak kandungnya itu.

"Dulu kenalnya lewat telepon, suka nelepon mamah," kata Aisyah.

Saat ini yang Aisyah tahu, Alma tinggal bersama keluarga almarhum ayah kandungnya.

Saat ditanya apakah Aisyah mau bila suatu hari nanti dijemput dan diajak tinggal bersama sang kakak, gadis 10 tahun itu menjawab dengan mantab.

"Mau, sama kakak Aisyah," katanya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kisah Pilu Aisyah

Virus Covid-19 membuat bocah perempuan 10 tahun di Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), hidup sebatang kara.

Kisah pilu ini menimpa Aisyah Alusa beberapa hari lalu. Bagaimana tidak, baru Jumat, 15 Januari 2021 lalu, dia ditinggal untuk selama-lamanya oleh sang ibu lantaran terpapar virus Covid-19.

"Ayahnya sudah terlebih dulu meninggal saat Aisyah masih usia 2 tahun," ujar Marliansyah A Baset, Ketua RW 18, Benda Baru, Kecamatan Pamulang, tempat di mana Aisyah tinggal bersama sang ibu, saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (19/1/2021).

Baset pun menceritakan kejadian malang yang menimpa bocah kelas 4 SD itu. Berawal pada Jumat pagi, almarhumah Rina, ibu kandung Aisyah, mengeluh pusing, batuk dan demam kepada ibu-ibu yang berada di gang rumahnya. Lalu, oleh beberapa warga, Rina diantar ke Puskesmas Benda Baru untuk berobat.

Saat tiba di puskesmas, Rina di-rapid test dan menunjukan hasil yang reaktif terhadap Covid-19. Lantas, oleh puskesmas dirujuk dan diantar ke Rumah Sakit Permata untuk dilakukan swab PCR test.

"Hasilnya positif Covid-19, akhirnya dikasih pilihan, mau dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 atau isolasi mandiri. Akhirnya, karena kepikiran Aisyah sendirian di rumah, almarhumah memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah," tutur Baset.

Sesampainya di rumah, Aisyah yang mengawasi dan memberi makan ibunya. Hingga akhirnya Sabtu sore sekitar pukul 17.30 WIB, Aisyah coba membangunkan ibunya yang masih terlelap tidur untuk siap-siap salat Magrib berjemaah, tapi sang ibu tidak kunjung bangun.

Tubuh kaku sang ibu, terus dia guncang-guncangkan. Berharap mata sang ibu terbuka, merespons Aisyah yang terus saja membangunkannya dengan keras.

Hingga akhirnya, Aisyah menangis sembari terus memanggil sang ibu. Warga mendengar dan melihat Aisyah menangis langsung berkumpul di depan rumah kontrakan tempat tinggal Aisyah dan ibunya.

"Kami juga serba salah, karena kami tahu almarhumah kena Covid-19. Akhirnya tidak boleh ada warga yang masuk, saya langsung hubungi kelurahan, puskesmas dan Polsek Pamulang," tutur Baset.

Hingga akhirnya, dokter puskesmas datang dengan APD lengkap, mengecek langsung kondisi almarhumah dan dinyatakan almarhumah sudah meninggal sejak Sabtu sore. Jasad pun dirapikan di atas tempat tidur, sembari menunggu Satgas Covid-19 datang untuk memakamkan.

"Karena sudah malam, pemakaman tidak bisa dilakukan di malam hari, petugas baru bisa datang keesokan harinya, dengan jaminan jam 06.00 pagi sudah datang," kata Baset.