Liputan6.com, Jakarta Kementerian Sosial (Kemensos) memastikan kebutuhan para pengungsi gempa Sulawesi Barat (Sulbar) dapat terpenuhi, salah satunya pemulihan psikososial.
"Kemensos memastikan kebutuhan penyintas dapat terpenuhi, terlebih kebutuhan pemulihan psikososial," kata Pekerja Sosial Ahli Muda Kemensos, Dika Yudhistira Rizqy dalam keterangan resminya, Kamis (21/1/2021).
Dia menuturkan, Kemensos sudah mengerahkan tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi para penyintas gempa Sulbar untuk membantu pemulihan trauma yang dirasakan oleh masyarakat terdampak gempabumi.
Advertisement
"Tim LDP Kemensos berasal dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan SDM Program Keluarga Harapan," jelas Dika.
Adapun relawan yang ikut turun sebanyak 30 orang dan tersebar di Kabupaten Majene dan Mamuju untuk kegiatan pelayanan sosial. Hingga hari ini, sebanyak 201 Tagana sudah terlibat dari Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah telah bergabung bersama Tim Kemensos.
"Mereka didatangkan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sosial sekaligus pemulihan psikologis bagi para pengungsi," kata Dika.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dapat Santunan Rp 15 Juta
Kementerian Sosial hingga saat ini masih terus mencari data ahli waris yang keluarganya menjadi korban gempa di Kabupaten Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat untuk diberikan santunan senilai Rp 15 juta.
"Kemensos akan memberikan santunan kepada ahli waris masing-masing sebesar Rp 15 juta," kata Pekerja Sosial Ahli Muda Kemensos Dika Yudhistira seperti dikutip dari Antara, Rabu (20/1/2021).
Hingga hari ini, korban meninggal dunia akibat gempa dilaporkan 91 orang. Namun, Kemensos masih menunggu data valid dari pihak Basarnas.
Pencarian data ahli waris dilakukan oleh tim layanan dukungan psikososial (LDP). Selain itu, tim tersebut juga memberikan pendampingan kepada penyintas, baik di tenda yang didirikan Kemensos maupun tenda mandiri yang didirikan warga.
Untuk mempercepat penanganan korban gempa, Kemensos melibatkan tim LDP pusat empat orang, termasuk mengader personel Tagana, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK), anggota program keluarga harapan, hingga relawan dari berbagai komunitas.
"Total ada 30 orang yang kami sebar di dua kabupaten untuk melakukan kegiatan layanan dukungan psikososial," ujar Dika.
Advertisement