Sukses

Tragedi AACC Bandung 13 Tahun Lalu, 11 Penonton Tewas dalam Konser Musik

Tragedi dimulai sejalan dengan konser usai, kepanikan terjadi saat para penonton membubarkan diri. Sebagian mereka jatuh bertumpuk di dekat pintu masuk bagian dalam.

Liputan6.com, Jakarta - Grup musik metal asal Kota Kembang, Beside, melangsungkan konser peluncuran album perdana mereka berjudul Against Ourselves di Gedung Asia Africa Cultural Center (AACC), Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, 9 Februari 2008 lalu. Sekitar 500 remaja menyesaki ruang utama.

Dimulai pukul 19.00 WIB, suasana pengap dan panas ruangan tidak menyurutkan ratusan remaja malam mingguan sembari bergoyang menikmati sajian musik keras sang pujaan. Asap rokok dan aroma minuman keras memenuhi ruangan.

Mereka headbang, moshing, hingga slam dance, menari dengan gaya berkelahi. Dilansir dari Koran Tempo berjudul 'Sabtu Malam Itu di Jalan Braga' edisi 12 Februari 2008, dua gadis bersaudara berusaha menikmati musik di tengah ratusan penonton.

"Banyak yang mabuk. Ruangan terasa sangat panas dan pengap," kata Sisca (17) yang malam itu bersama adiknya, Novi (15).

Lewat dua lagu. Tampak mereka saling berbagi minuman, termasuk vokalid Beside, Agung. "Hanya bir," begitu pengakuan rekan sesama pemain Beside.

Suasana makin menggila. Berbagai hal tak terduga dilempar ke udara. "Ada yang melempar cai ompol (air kencing) dalam plastik. Saya kena," ujar bocah 11 tahun, sebut saja Boris.

15 menit sebelum konser usai, panitia konser membagi-bagikan minuman. Masuk pukul 20.30 WIB, mendadak ratusan remaja menjebol pintu jeruji besi Gedung AACC. Mereka gerombolan yang tidak kebagian tiket dan kemudian tersulut seseorang yang memaksa panitia membuka akses masuk.

Alhasil, suasana dalam gedung makin kacau. Tragedi dimulai sejalan dengan konser usai, kepanikan terjadi saat para penonton membubarkan diri.

 

 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Tragedi Terjadi

Sejumlah besar penonton yang mulai tidak tahan dengan suasana ruangan berusaha keluar. Celakanya, mereka bertabrakan dengan ratusan orang yang berebut masuk.

"Sebagian mereka jatuh bertumpuk di dekat pintu masuk bagian dalam," kata Nandi, salah seorang petugas keamanan panggung malam itu.

Sisca dan Novi turut berusaha beranjak keluar. Meski sudah berpegangan tangan, Sisca terpisah dari adiknya. Dia terinjak-injak, namun berhasil ditolong orang. Sementara adiknya entah kemana. "Tak ketemu."

Hatinya kacau. Sisca pulang ke Gang Sindang Asih VII, Babakan Tarogong, dan melaporkannya kepada sang ayah, Bagja. Bergegas langsung ke Jalan Braga, sayangnya Novi tetap tidak ditemukan. Seseorang menyarankan mencari ke rumah sakit.

"Saya kemudian ke rumah sakit Hasan Sadikin," katanya.

Bagja lantas menemukan putrinya terbujur kaku bersama sembilan jenazah lainnya. Hatinya hancur. Sambil menahan tangis, dia kabarkan ke istrinya, Eneng, di rumah.

Harian Kompas edisi 10 Februari 2008 menuliskan, awalnya diketahui 9 orang tewas dengan satu di antaranya perempuan. Dua hari kemudian, korban bertambah menjadi 11 orang.

Korban terakhir yang dilaporkan meninggal dunia adalah Entis Sutisna (23) yang wafat pada 13 Februari 2008 setelah koma dan dirawat di RS Immanuel, Bandung. Warga Cigugur Tengah, Cimahi Tengah, Kota Cimahi itu terinjak-injak saat kericuhan konser terjadi. 

Penonton konser saat itu, Agi Mukti (15) menceritakan, satu per satu penonton mulai pingsan saat insiden kepanikan, termasuk dirinya.

"Saya selamat karena ada orang yang menolong. Saya tidak tahu siapa mereka, mungkin panitia," terang Agi.

 

3 dari 3 halaman

Tiga Orang Jadi Tersangka

Berdasarkan Harian Kompas edisi 10 Februari 2008, polisi menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Mereka adalah AAS, Y, dan H yang merupakan panitia penyelenggara konser musik band beraliran metalcore itu.

Kapolwiltabes Bandung Kombes Bambang Suparsono kala itu menyampaikan, ada unsur kelalaian yang menyebabkan para penonton mengalami luka-luka hingga meninggal dunia. 

Kesalahan pertama adalah menutup pintu Gedung AACC. Kedua, penjualan tiket masuk yang tidak sesuai dengan izin awal, yaitu 750 tiket.

"Kami menemukan 15 bonggol tiket, masing-masing bonggol berisi 100 tiket. Kemungkinan masih ada juga tiket lain yang dijual di luar gedung," tutur Bambang.

Polisi juga menemukan 29 botol bir dan minuman keras, termasuk satu botol kecil cairan tiner di lokasi kejadian.

"Barang-barang itu memang ditemukan di TKP. Namun, berdasarkan hasil visum, semua korban meninggal karena kekurangan oksigen. Usia mereka rata-rata 14 sampai 16 tahun," ujar dia.

Ketiganya dijerat pasal 359 dan 360 dengan ancaman hukuman penjara lima tahun sebab melakukan kelalaian yang menyebabkan kematian dan luka-luka orang lain.

Selain itu, tiga perwira polisi dicopot karena dianggap lalai menjalankan tugas. Mereka adalah Kasat Intelkam Polwiltabes Bandung AKBP Sony Sanjaya, Kasat Intelkam Polresta Bandung Tengah AKP Singgih dan Kapolsekta Sumur Bandung AKP Ogianto.

Hanya saja, itu tak berlangsung lama. AKBP Sony Sonjaya sempat menjadi Kasat Tipikor di Polda Jabar dan kemudian menjadi Kapolres Bandung.

 

Â