Sukses

Kondisi Terkini Banjir Jakarta, Bekasi hingga Subang yang Belum juga Surut

Hujan deras dengan intensitas tinggi di sejumlah wilayah di Tanah Air menyebabkan ribuan warga terdampak banjir

Liputan6.com, Jakarta - Banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air hingga kini belum juga surut. Kondisi tersebut disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi dalam sepekan terkhir. Bahkan di sejumlah titik, tak sedikit warga yang memilih untuk mengungsi. 

Salah satunya terjadi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dilaporkan ada sekitar 7.397 orang mengungsi yang berasal dari enam kecamatan. Banjir di Karawang dipicu hujan dengan intensitas sedang dan limpasan dari aliran Sungai Ciherang.

Sementara, banjir yang melanda 13 kecamatan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) juga disebabkan limpahan air dari daerah lain di hulu.

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, hingga kini ada tiga kecamatan yang terdampak banjir terparah. 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5 

"Data sementara kecamatan yang terdampak parah adalah Kecamatan Sejangkung, Sajingan Besar dan Galing. Untuk kecamatan yang lain masih dalam pendataan," kata Pelaksana Harian (PLH) Kepala BPBD Kabupaten Sambas, Yusran, Selasa (9/2/2021).

Di Ibu Kota sendiri, banjir telah merendam 7 Rukun Warga (RW) di Pejaten Timur, Jakarta Selatan. Hingga hari ini, Selasa (9/2/2021), mereka yang memilh untuk mengungsi tercatat telah mencapai 243 KK. 

Lantas, bagaimana dengan kondisi banjir dan warga di Kampung Melayu, Jakarta Timur? 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 7 halaman

Banjir Belum Surut, 618 Warga Kampung Melayu Mengungsi

Lurah Kampung Melayu, Jakarta Timur Setiawan mengatakan, masih ada ratusan warga yang masih mengungsi akibat banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur, hingga Selasa (9/2/2021).

"Sampai pagi ini warga masih ada yang mengungsi," kata Setiawan saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta hari ini.

Dia menuturkan, jumlah pengungsi banjir hingga Selasa pagi sebanyak 618 jiwa atau 202 kepala keluarga (KK). Jumlah tersebut terdiri dari 334 dewasa, 63 lansia, 123 anak-anak, dan 98 balita.

Mereka kini masih menempati lokasi-lokasi pengungsian yang telah disediakan. 

"Warga mengungsi di aula kantor kelurahan, SDN Kampung Melayu, aula Masjid Ittihadul Ikhwan RW 08, pos RW 07, dan aula Masjid Ruhul Islam RW 07," kata Setiawan.

Sebelumnya Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD Provinsi DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto menyatakan, genangan dan banjir di sejumlah titik di Ibu Kota disebabkan oleh hujan deras.

"Tingginya curah hujan di hulu, menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar Kali terdampak luapan tersebut," kata Sabdo dalam keterangan tertulis, Senin, 8 Februari 2021.

3 dari 7 halaman

Ketinggian Banjir di Pejaten Timur hingga 210 Sentimeter

Banjir juga merendam Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ada pun jumlah warga terdampak sebanyak sebanyak 243 KK.

"Berdasarkan data hingga pukul 07.00 WIB sebanyak 243 KK masih mengungsi akibat banjir," kata Lurah Pejaten Timur, Jakarta Selatan Rasyid Darwis saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (9/2/2021).

Kata dia, banjir tersebut berdampak pada 7 RW, yakni 03, 05, 06, 07, 08, 09, dan 10.

Ratusan KK tersebut kini masih mengungsi di sejumlah lokasi yang telah disediakan. Rasyid mengatakan kedalaman banjir masih bervariasi setiap lokasi.

"Mulai 40 centimeter hingga paling dalam 210 centimeter di RW 05 dan 200 centimeter di RW 08," jelasnya.

4 dari 7 halaman

Banjir Subang, 35.827 Orang Mengungsi

Sebanyak 35.827 orang dari 5.764 kepala keluarga (KK) di Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengungsi akibat banjir, sejak Minggu (7/2/2021), sampai hari ini, Selasa (9/2/2021).

Manajer Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalop PB - BPBD) Jawa Barat, Budi Budiman Wahyu mengatakan, sebanyak 15.014 rumah terdampak banjir yang diakibatkan hujan deras dengan intensitas tinggi menerus berakibat Sungai Cipunagara meluap.

"Pusdalops PB BPBD Provinsi Jawa Barat berada di lokasi kejadian, tengah melakukan asesmen dan evaluasi serta membagikan logistik kepada korban terdampak," ujar Budi.

Berdasarkan data dari Pusdalop PB - BPBD Jawa Barat sampai dengan tanggal 8 Februari 2021 pukul 23.30 WIB, terdapat 11 kecamatan yang terdampak banjir.

Di antaranya adalah Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Ciasem, Kecamatan Blanakan, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Legon Kulon, Kecamatan Subang, Kecamatan Cibogo, Kecamatan Cipunagara, Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Patokbeusi dan Kecamatan Tambakdahan.

Budi menambahkan dari 11 kecamatan yang terdampak banjir, meliputi 75 desa atau kelurahan di Kabupaten Subang. Sehari sebelumnya tak hanya banjir, Kabupaten Subang juga terjadi lima kejadian tanah longsor.

5 dari 7 halaman

Banjir Indramayu Meluas ke 24 Kecamatan

Permukiman yang berada di daerah aliran Sungai Cimanuk, Sungai Cipanas, Sungai Cipelang, dan Sungai Cilalanang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terendam akibat tingginya debit air dari wilayah hulu. Menurut data Pusdalops PB BPBD Jabar, sebanyak 24 kecamatan di Indramayu terdampak banjir tersebut.

Manajer Pusdalops BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu mengatakan, banjir tersebut merendam ratusan rumah dan kini ada 5.450 jiwa mengungsi.

"Total pengungsi 5.450 orang," kata Budi, Selasa (9/2/2021).

Data sementara, rumah yang terdampak banjir antara lain di Desa Bojongsari, Kecamatan Indramayu sebanyak 327 unit rumah Terendam. Sedangkan, di Desa Penganjang, 342 rumah terendam.

Adapun sejumlah lokasi yang dijadikan pengungsian. Di antaranya, Masjid Annur Kertanegara, SMK Muhammadiyah Haurgeulis, Masjid Al Fuqron Haurgeulis, Masjid Al Istiqomah, SDN Gandamulya Haurgeulis, SMP PUI haurgeulis, SMK Al Irsyad Cipancuh, SDN I Haurgeulis, Sumber Mulya, dan Lebak Sukajati.

BPBD Jabar telah berkoordinasi dengan BPBD Indramayu melakukan kaji cepat di lokasi banjir. Selain itu, warga sekitar berinisiatif menambak limpasan air dari kali sehingga air tidak mencapai ke daerah permukiman warga.

"Pusdalops PB BPBD Provinsi Jawa Barat sedang melakukan kaji cepat dan evakuasi di Kecamatan Haurgeulis," tutur Budi.

6 dari 7 halaman

Banjir di Karawang Meluas ke Puluhan Desa

Banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, meluas ke puluhan desa dari 16 kecamatan. Banjir yang sudah terjadi sepekan terakhir itu membuat 7.397 orang mengungsi.

Dalam laporan Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Jabar pada Senin pukul 21.00 WIB, banjir meluas ke enam kecamatan dari sebelumnya 10 kecamatan.

Ke-6 kecamatan yakni Kecamatan Kotabaru, Kecamatan Banyuasri, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kecamatan Batujaya, Kecamatan Cilebar, dan Kecamatan Pakisjaya.

Banjir terparah tercatat di Kecamatan Cikampek tepatnya di Desa Dawuan Tengah dengan jumlah kepala keluarga (KK) terdampak mencapai 1.662 atau 3.453 jiwa. Jumlah pengungsi sebanyak 3.453 jiwa. Adapun ketinggian air berkisar 40-150 cm.

Selain itu, di Kecamatan Telukjambe Barat tepatnya di Desa Karangligar. Terdapat 708 kepala keluarga (KK) atau 2.098 jiwa terdampak banjir. Adapun ketinggian air mencapai 20-150 cm.

Total jumlah warga terdampak banjir di Karawang mencapai 10.963 KK atau 31.928 jiwa. Sedangkan rumah yang terdampak sebanyak 8.011, 12 rumah ibadah, 8 sekolah, dan 410 hektare sawah.

"Jumlah pengungsi 3.225 KK atau 7.397 jiwa," kata Manajer Pusdalops PB BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu dalam keterangannya yang dikutip Selasa (9/2/2021).

 

7 dari 7 halaman

Status Banjir Bekasi, Siaga Bencana

Banjir yang melanda Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tersebar di 97 titik di 17 desa yang berada di 12 kecamatan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, Henri Lincoln mengatakan, kondisi terakhir banjir di Kabupaten Bekasi masih dalam status siaga bencana.

"Karena banjir di satu kecamatan belum masif di semua desa, situasi masih terkendali dan masih bisa kita atasi, maka statusnya siaga bencana. Belum ditingkatkan menjadi tanggap darurat bencana," kata Lincoln, Selasa (9/2/2021).

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bekasi, Muhammad Said menjelaskan, status tanggap darurat bencana dapat diberlakukan apabila banjir terjadi secara masif di sebagian besar desa dan kecamatan.

Indikator lainnya untuk status tanggap darurat bencana, yakni apabila genangan air memakan waktu berhari-hari untuk surut.

"Kondisi banjir di Kabupaten Bekasi saat ini masih bisa dikendalikan, dan genangan air masih mengalir," celetuknya.