Sukses

Diskusi Pemikiran Jalaludin Rakhmat Mendadak Dibatalkan, Ini Penjelasan Pihak Unisba

Edi membantah pembatalan diskusi karena keputusan pihak rektorat.

Liputan6.com, Jakarta - Diskusi membedah pemikiran Jalaludin Rakhmat yang mengusung tema 'Membincang Komunikologi Kang Jalal' batal digelar.

Diskusi daring tersebut rencananya digelar hari ini, Kamis, 18 Februari 2021, atas nama Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba). Rektor Unisba, Edi Setiadi mengatakan pembatalan diskusi tersebut bukan datang darinya namun oleh pihak Dekanat Fikom Unisba. Pihaknya justru mendukung acara tersebut.

"Yang membatalkan dekan Fikom, rektor mendukung karena ini bicara keilmuan bukan bicara pribadi," tegas Edi kepada Liputan6.com, Kamis (18/2/2021).

Dia mengaku sudah meminta pihak fakultas agar diskusi itu tak digiring ke ranah lain. Namun fokus menyasar ke area keilmuan.

"Tolong kawan-kawan arahkan harus fokus kepada ilmu komunikasinya. Itu pesan saya ke dekan," katanya.

Edi enggan menegur pihak Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unisba atas pembatalan ini. Sebagai akademisi dirinya mengaku tak terbiasa menghalang-halangi aspirasi pihak dekan yang memilih untuk membatalkan acara itu.

"Saya tidak terbiasa menyumbat aspirasi orang," ujarnya.

Sementara itu, Dekan Fikom Unisba, Septiawan Santana Kurnia menyatakan bahwa pembatalan tersebut lantaran ketidaksiapan tatanan dan nilai-nilai saat ini. Septiawan tak bisa secara gamblang mengurai latar belakang pihaknya memutus untuk mengurungkan diskusi itu.

"Karena memang belum siap aja secara tatanan, orientasi. Enggak ada ketakutan kok. Tidak ada tekanan. Sekali lagi bukan ketakutan, saya nyatakan enggak, bukan tekanan," ujar Septiawan kepada Liputan6.com, Kamis (18/2/2021).

Septiawan sendiri mengamini jika pembatalan diskusi itu dilakukan oleh pihaknya. Ia berujar, ketidaksiapan dari nilai-nilai itu termasuk di kampus maupun nilai di masyarakat. 

"Saya bilang semuanya, karena perguruan tinggi kan tidak hanya ditopang oleh dirinya sendiri, tapi ada lingkungannya kan? Sebut saja stakeholder-lah. Ya itu ada ketidaksiapan," katanya.

 

 

 

 

2 dari 2 halaman

Tidak Siap

Ketika ditanya apakah ketidaksiapan ini berhubungan dengan latar belakang ilmuwan komunikasi itu, Septiawan enggan untuk membeberkannya.

"Wah itu bukan wilayah saya, urusan saya itu akademis ya," ucap Septiawan.

Kendati begitu ia mengapresiasi sumbangsih gagasan Jalaluddin Rakhmat dalam bidang keilmuan Komunikasi di Tanah Air.

"Yang jelas itu gagasannya memang bagus sekali kalau menurut kami ya," pungkas dia.

Sementara itu, Santi Indra Astuti, panitia pelaksana diskusi mengatakan, pembatalan oleh pimpinan kampus itu diputuskan untuk mengantisipasi risiko terburuk yang akan terjadi terhadap kampus Unisba.

Santi menyebut, pada saat perencanaan digelarnya diskusi bersama pimpinan kampus, terdapat pembicaraan soal dampak terkait afiliasi Jalaluddin Rakhmat dengan suatu kelompok tertentu. 

"Pimpinan sih mengakomodasi diskusi dengan kami ya. Jadi artinya kami tuh diberi ruang untuk mengungkapkan pendapat kami seperti apa, termasuk membicarakan soal detail teknis soal mitigasi risiko dan sebagainya," katanya kepada Liputan6.com, Kamis (18/2/2021).

Detail teknis di dalamnya mitigasi risiko itu adalah, perkara orang-orang di luar akan menyeret diskusi bukan menjadi diskusi keilmuan. Tapi yang dikuatirkan Pak Jalal akan terus dikaitkan dengan afiliasi beliau di ranah Syiah dan sebagainya.

Santi mengaku keputusan pembatalan itu usai dilakukan pertemuan susulan antar pimpinan kampus Unisba. Santi mengatakan tidak mengetahui isi pertemuan tersebut karena berbeda waktunya dengan pertemuan dengan panitia.

Santi menyebutkan, pembatalan diskusi kepakaran Jalaluddin Rakhmat berdasar pada diterbitkannya surat resmi dari Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba. Dalam surat itu tertulis pembatalan diskusi tersebut pertimbangan kelembagaan dan padatnya agenda kampus.

"Kami mendapatkan opsi untuk menunda diskusi tersebut karena waktunya tidak tepat. Ada juga menyebutkan bahwa momentumnya tepat. Terdapat pula opsi tetap menggelar tapi bukan atas nama kampus. Secara pribadi saya inginnya atas nama kampus, jadi kalau dilaksanakan secara kelompok atau perorangan kayaknya tidak," kata Santi.