Liputan6.com, Jakarta Warga di Jawa Tengah, tepatnya di kaki Gunung Merapi melakukan pendataan digital terhadap salah satu harta karun kekayaan alam di daerahnya, yaitu anggrek. Upaya pelestarian anggrek endemik kaki Gunung Merapi itu dilakukan agar tumbuhan tersebut tidak punah, akibat meletusnya Gunung Merapi.
Pendataan dilakukan oleh Musimin itu juga sebagai upaya meningkatkan kecintaan masyarakat umum pada anggrek dan alam sekitar. Tak hanya itu, Musimin juga membuka kelas adopsi anggrek di hutan.
Selama ini, Musimin hanya menghafal dan memahami seluk beluk tentang anggrek secara mandiri. Hal ini berawal dari tragedi meleutusnya Merapi pada 1994 yang meluluhlantakkan kawasan hutan. Salah satunya disebut Musimin adalah Hutan Bingungan yang menjadi 'kota' anggrek.
Advertisement
Khawatir anggrek endemik akan punah, Musimin pun akhirnya berburu anggrek-anggrek yang selamat dari sapuan wedus gembel.
"Berburu anggrek ini akhirnya jadi kerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan," ujar Musimin, (Minggu 21/2).Â
Dia pun keliling hutan di Gunung Merapi, menyelamatkan satu persatu jenis anggrek yang ditemui. Hingga kini sudah terkumpul 110 spesies anggrek endemik Merapi dari total 173 spesies yang dikoleksinya.
Melihat keseharian Musimin dan kekayaan yang dimilikinya, mahasiswa biologi dan pencinta alam di Yogyakarta layaknya perpustakaan berjalan, terlebih ketika membicarakan anggrek. Bahkan kekaguman juga dilontarkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat bertandang ke kediamannya di Turgo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Musimin, obrolannya dengan Ganjar jadi pemantik pemikirannya untuk memperbaiki tata kelola Anggrek Merapi. Caranya, membuat media sosial dan website yang berisi seluruh data dan informasi yang selama ini hanya dia simpan di pikiran.
"Ini website sudah jadi beberapa konten sudah terupload. Tinggal proses teknis pemasukan data dan penjelasan yang memang memerlukan waktu," katanya.
Selama ini jaringan internet memang jadi kendala Musimin untuk membuka website maupun media sosial. Setelah Ganjar membantu pemasangan WiFi dan pemancar, ia pun merasa lega. Untuk pengelolaan website, anggrekmerapi.com dia dibantu anaknya, Dwi Musimin.
Selain digitalisasi, saat ini Musimin juga membuka program Adopsi Anggrek. Tata cara yang dia terapkan adalah mengajak masyarakat untuk "memiliki" anggrek dengan menanam langsung di alam bebas.
Sejak diusulkan Ganjar sekitar tiga bulan lalu, saat ini sekitar 74 orang telah mengikuti program itu, bahkan satu di antaranya adalah jurnalis asal Prancis.
Cara-cara yang diterapkan Musimin tersebut, menurut Ongky Fradana, pencinta anggrek dan tanaman hias dari Sleman, tergolong langka. Dia sangat mengapresiasi langkah Musimin dalam menularkan kecintaannya terhadap tanaman dan alam.
"Saya dan beberapa teman juga ketularan mencintai anggrek dari Pak Musimin. Sekarang kami membuat komunitas yang diisi pemuda pecinta tanaman dan alam," katanya.
Dengan rentetan daya juang yang sekian lama dalam merawat Anggrek, Musimin memang kayak mendapatkan penghormatan yang tinggi. Hal itu disampaikan Ganjar Pranowo ketika kembali mengunjungi kediaman Musimin pada Minggu (21/2).
"Daya juang beliau luar biasa. Karena upaya beliau banyak anggrek yang masuk kategori langka akhirnya terselamatkan. Dengan proses digitalisasi semoga semakin memperpanjang usia perjuangan beliau dan bisa semakin banyak dimanfaatkan orang yang membutuhkan," katanya.
Â
(*)