Liputan6.com, Garut: Letusan di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat, belum mereda. Hingga pukul 10.00 WIB hari ini, tercatat ada lima letusan fluktuatif dengan asap putih dan abu-abu. Letusan berwarna abu-abu gelap mengindikasikan akan terjadi ledakan besar selanjutnya. Namun semuanya belum dapat dipastikan kapan terjadi. Demikian dikemukakan Zumarma Wirakusuma Direktur Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam wawancara telepon dari Garut dengan reporter Ira Koesno di Studio SCTV Jakarta, Rabu (13/11) siang.
Zumarma mewanti-wanti, letusan berwarna abu-abu gelap itu masih harus dilihat secara menyeluruh. Apalagi, semburan yang disertai uap panas tersebut dibarengi letusan berwarna putih. Karena itu, pihaknya masih terus-menerus mengamati letusan tersebut. Pada kesempatan ini, Zumarma mengklarifikasi bahwa alat pencatat gempa atau seismograf tidak mati. Memang, sekitar Gunung Guntur sempat terjadi mati listrik, kemarin, tapi, seismograf jalan terus.
Sejumlah letusan kecil yan terjadi dari tadi malam hingga pagi ini, membuat sekitar Gunung Papandayan, tepatnya Desa Arjuna dan Desa Cileleuy, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, diselimuti debu. Menurut pemantauan Tim Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia Garut yang bersiaga 24 jam, letusan-letusan kecil yang terjadi diduga berasal dari enam kawah baru. Saat ini, suasana di sekitar Gunung Papandayan mulai mendung. Dikhawatirkan jika hujan turun akan terjadi aliran lahar dingin dan banjir lumpur. Karena itu warga yang berada di sepanjang aliran Sungai Cibereum sudah diminta untuk meninggalkan desanya. Tercatat kawasan yang paling rawan berada di sebelah selatan Gunung Papandayan.
Sementara itu, arus pengungsi sejak tadi malam terus berdatangan antara lain dari Desa Pasir Talang, Pangauban, Cilati, dan Salam yang jaraknya sekitar satu kilometer dari kawasan gunung. Saat ini, paling kurang seribu pengungsi ditampung di delapan tempat antara lain di Masjid Agung Cisurupan, Sanggar Pesirahan Anak Dinas Sosial Jabar, dan Simpang Bayungbong [baca: Gunung Papandayan dalam Status Siaga].
Sejumlah pos komando penampungan dilaporkan membutuhkan bantuan obat-obatan antibiotik dan analgesik. Di Masjid Agung saja, tiap hari dibutuhkan 300 tablet obat tersebut. Tapi, persediaan tidak ada sama sekali. Padahal, ratusan pengungsi dewasa mengeluh mual-mual dan pening. Sedangkan beberapa anak berumur di bawah lima tahun mulai terserang disentri.
Lain dengan bantuan makanan yang sudah mulai mengalir deras. Bantuan sudah bergulir dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Sedangkan kebutuhan air bersih dipasok dengan menggunakan tangki susu milik Koperasi Unit Desa Kecamatan Cisurupan sebanyak 5.000 liter per hari.(TNA/Patria Hidayat)
Zumarma mewanti-wanti, letusan berwarna abu-abu gelap itu masih harus dilihat secara menyeluruh. Apalagi, semburan yang disertai uap panas tersebut dibarengi letusan berwarna putih. Karena itu, pihaknya masih terus-menerus mengamati letusan tersebut. Pada kesempatan ini, Zumarma mengklarifikasi bahwa alat pencatat gempa atau seismograf tidak mati. Memang, sekitar Gunung Guntur sempat terjadi mati listrik, kemarin, tapi, seismograf jalan terus.
Sejumlah letusan kecil yan terjadi dari tadi malam hingga pagi ini, membuat sekitar Gunung Papandayan, tepatnya Desa Arjuna dan Desa Cileleuy, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, diselimuti debu. Menurut pemantauan Tim Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia Garut yang bersiaga 24 jam, letusan-letusan kecil yang terjadi diduga berasal dari enam kawah baru. Saat ini, suasana di sekitar Gunung Papandayan mulai mendung. Dikhawatirkan jika hujan turun akan terjadi aliran lahar dingin dan banjir lumpur. Karena itu warga yang berada di sepanjang aliran Sungai Cibereum sudah diminta untuk meninggalkan desanya. Tercatat kawasan yang paling rawan berada di sebelah selatan Gunung Papandayan.
Sementara itu, arus pengungsi sejak tadi malam terus berdatangan antara lain dari Desa Pasir Talang, Pangauban, Cilati, dan Salam yang jaraknya sekitar satu kilometer dari kawasan gunung. Saat ini, paling kurang seribu pengungsi ditampung di delapan tempat antara lain di Masjid Agung Cisurupan, Sanggar Pesirahan Anak Dinas Sosial Jabar, dan Simpang Bayungbong [baca: Gunung Papandayan dalam Status Siaga].
Sejumlah pos komando penampungan dilaporkan membutuhkan bantuan obat-obatan antibiotik dan analgesik. Di Masjid Agung saja, tiap hari dibutuhkan 300 tablet obat tersebut. Tapi, persediaan tidak ada sama sekali. Padahal, ratusan pengungsi dewasa mengeluh mual-mual dan pening. Sedangkan beberapa anak berumur di bawah lima tahun mulai terserang disentri.
Lain dengan bantuan makanan yang sudah mulai mengalir deras. Bantuan sudah bergulir dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Sedangkan kebutuhan air bersih dipasok dengan menggunakan tangki susu milik Koperasi Unit Desa Kecamatan Cisurupan sebanyak 5.000 liter per hari.(TNA/Patria Hidayat)