Liputan6.com, Jakarta Politisi senior Sabam Sirait menilai wacana periodesasi masa jabatan Presiden hingga tiga kali menjabat merupakan wacana yang dihembuskan oleh sementara pihak untuk menggangu stabilitas nasional.
"Wacana tiga periode presiden hanya mau bikin kacau saja," kata Sabam, yang saat ini berusia 84 tahun dan sudah berpolitik sejak zaman Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo, saat dihubungi beberapa saat lalu.
Baca Juga
Penulis buku Meniti Demokrasi Indonesia yang melakukan interupsi dalam sidang DPR saat Soeharto berkuasa ini mengatakan bahwa dua periode Presiden sudah sangat ideal. Hal ini juga sudah cukup untuk menjalankan kebijakan-kebijakan Presiden yang telah dijanjikannya saat kampanye.
Advertisement
"Buat apa ada wacana tiga periode. Dua periode sudah cukup," kata Sabam, yang juga menulis buku Politik Itu Suci dan dikenal sebagai tokoh nasional pro-demokrasi.
Sabam, sebagai pendiri PDI tahun 1973 yang kemudian berubah menjadi PDI Perjuangan pada tahun 1998, pun sangat setuju dengan sikap PDI Perjuangan yang disampaaikan Ketua DPP PDI Perjuangan, Ahmad Basarah.
Sabam sepakat bahwa masa jabatan presiden yang diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 berlaku dua periode sudah cukup ideal dan tidak perlu diubah.
Isu perpanjangan jabatan presiden 3 periode diembuskan pendiri Partai Ummat, Amien Rais. Amien mengatakan bahwa ada skenario untuk mengubah ketentuan dalam UUD 1945 soal masa jabatan presiden dari 2 periode menjadi 3 periode.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tanggapan Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo sendiri menaruh curiga kepada pihak yang mengusulkan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Sebab usulan ini bakal merugikan dirinya.
"Ada yang ngomong presiden dipilih 3 periode itu, ada 3 (motif) menurut saya. Satu ingin menampar muka saya, yang kedua ingin cari muka padahal saya sudah punya muka, yang ketiga ingin menjerumuskan. Itu saja," kata Jokowi.
Advertisement