Liputan6.com, Semarang: Volume ekspor hasil industri logam emas Indonesia di pasaran dunia relatif kecil. Para eksportir hanya mampu menyumbang devisa US$ 300 juta per tahun. Padahal, pasar dunia mampu menyerap US$ 30 miliar. Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Industri Kecil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Agus Cahanaya di Semarang, Jawa Tengah, Ahad (17/11).
Daya serap pasar emas dunia saat ini sebetulnya masih terbuka lebar. Sayangnya, Indonesia tidak mampu memenuhinya lantaran daya saing para eksportir yang berjumlah tujuh perusahaan masih lemah dibanding negara lain. Emas dunia selama ini dikuasai Italia dan India. Selain kalah dalam desain, orientasi para pengrajin emas di Tanah Air masih pada upaya memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Kebutuhan pasar emas di dalam negeri sekitar 130 ton per tahun. Jumlah itu dipenuhi oleh sekitar tujuh hingga sepuluh ribu pengrajin.
Selain itu, desain pengrajin emas di dalam negeri masih berpola tradisional dengan mengutamakan kadar berat emas murni atau karat. Padahal konsumen emas di dunia tidak mementingkan masalah karat. Mereka lebih mementingkan nilai estetika. Ini tentu dapat dimaklumi lantaran masyarakat dunia memandang emas sebagai aksesoris bukan barang investasi.(YYT/Yudi Sutomo)
Daya serap pasar emas dunia saat ini sebetulnya masih terbuka lebar. Sayangnya, Indonesia tidak mampu memenuhinya lantaran daya saing para eksportir yang berjumlah tujuh perusahaan masih lemah dibanding negara lain. Emas dunia selama ini dikuasai Italia dan India. Selain kalah dalam desain, orientasi para pengrajin emas di Tanah Air masih pada upaya memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Kebutuhan pasar emas di dalam negeri sekitar 130 ton per tahun. Jumlah itu dipenuhi oleh sekitar tujuh hingga sepuluh ribu pengrajin.
Selain itu, desain pengrajin emas di dalam negeri masih berpola tradisional dengan mengutamakan kadar berat emas murni atau karat. Padahal konsumen emas di dunia tidak mementingkan masalah karat. Mereka lebih mementingkan nilai estetika. Ini tentu dapat dimaklumi lantaran masyarakat dunia memandang emas sebagai aksesoris bukan barang investasi.(YYT/Yudi Sutomo)