Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKIÂ Jakarta mencatat kebutuhan sayuran di ibu kota mencapai 1.500 ton per hari. Sehingga menjadi peluang besar bagi petani setempat apabila ingin mengembangkan potensi tersebut.
"Ini bagi saya luar biasa, kalau 50 persen saja bisa kita penuhi sendiri, itu akan menjadi potensi besar sekali," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati di Jakarta, Kamis (25/3/2021).
Baca Juga
Namun, lahan terbatas mengakibatkan pasokan sayuran di DKI Jakarta belum sepenuhnya disuplai sendiri. Sehingga sebagian besar masih harus didatangkan dari daerah lain.
Advertisement
Suharini pun mendorong masyarakat memanfaatkan lahan yang tidak digunakan menjadi produktif seperti di gang-gang atau pekarangan rumah.
Sistem pertanian yang dilakukan yakni pertanian perkotaan atau "urban farming" di antaranya dengan cara hidroponik dan memanfaatkan modul tanaman bertingkat untuk menyiasati lahan terbatas.
Suharini menyakini selama masa pandemi Covid-19 juga mendorong tingkat konsumsi masyarakat khususnya makanan sehat untuk menjaga imunitas termasuk dari bahan sayuran.
"Ada peningkatan konsumsi untuk menjaga imunitas tinggi, ada yang tiba-tiba mencari rempah untuk bahan minuman, ini peluang yang harus kita dapatkan," ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kelompok Tanu di Jakarta
Sementara itu, petani yang tersebar di DKI Jakarta kini menggenjot pertanian salah satunya Kelompok Tani Pemuda Kelapa Harapan.
Saat ini, kelompok itu sudah bisa memenuhi sebagian kebutuhan sayuran di Pulau Kelapa, Pulau Harapan dan sekitarnya di Kepulauan Seribu memanfaatkan "green house".
Begitu juga Kelompok Tani New Garden Hydro yang berasal dari Karang Taruna Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan juga mengembangkan pertanian perkotaan.
Tak hanya memenuhi kebutuhan warga sekitar, produk sayuran kelompok tani ini juga menembus salah satu pasar modern di Jakarta Selatan.Â
Advertisement