Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat terdapat penurunan gizi buruk dan stunting di Kota Depok. Hal itu tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mencegah anak terkena gizi buruk dan stunting.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita, penanganan gizi buruk dan stunting diperlukan percepatan penurunan, koordinasi serta sinkronisasi hingga sinergitas bersama dengan seluruh pihak.
"Atas penanganan tersebut gizi buruk dan stunting di Kota Depok alami penurunan," ujar Novarita, Sabtu (27/3/2021).
Advertisement
Novarita menjelaskan, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pastikan bayi mendapatkan gizi dan kesehatan yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, 40 persen berada pada faktor lingkungan dengan menciptakan sanitasi yang baik dan tersedianya air bersih.
"10 persen dari faktor genetik, 20 persen faktor pelayanan kesehatan, dan 30 persen dari faktor perilaku pola asuh," ucap Novarita.
Selain itu, pencegahan gizi buruk dan stunting diperlukan dua faktor intervensi, yakni intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik. Apabila kedua intervensi tersebut dilakukan secara terintegrasi, akan memperkuat percepatan penurunan gizi buruk dan stunting.
"Maka dari itu diperlukan penanganan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, hingga evaluasi," ucapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Setiap Tahun Angka Gizi Buruk dan Stunting Menurun
Sementara itu, Kasi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Depok, Rien Pramindari mengatakan, angka gizi buruk dan stunting di Kota Depok mengalami penurunan.
Tercatat angka gizi buruk dari 2016 sebanyak 85 anak, 2017 sebanyak 83 anak, 2018 sebanyak 76 anak, 2019 sebanyak 64 anak, dan 2020 sebanyak 72 anak.
"Angka anak gizi buruk mengalami penurunan di tiap tahunnya, begitupun dengan stunting," kata Rien.
Rien mengungkapkan, untuk anak stunting di Kota Depok pada 2016 sebanyak 8.717 anak, 2017 sebanyak 7.743 anak, 2018 sebanyak 6.751 anak. Namun, pada 2019 terjadi peningkatan atau penambahan sebanyak 5.241 anak.
"Tetapi pada 2020 terjadi penurunan kembali dan tercatat sebanyak 5718 anak atau 5,3 persen," pungkas Rien.
Advertisement