Liputan6.com, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengingatkan kepada seluruh orangtua untuk terus memperhatikan dan mengawasai para anak saat mendapatkan informasi mengenai tragedi ledakan bom bunuh diri di Gereja katedral Makassar.
Menurut KPAI, dalam peristiwa yang menimbulkan 14 korban luka-luka itu, banyak informasi yang tak layak dikonsumsi anak-anak.
"Tentunya berbagai informasi yang massif dan berseliweran terkait bom gereja katedral Makassar akan dibaca anak anak. Yang mengundang mereka bereaksi berbagai pernyataan di media sosialnya," ujar Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi KPAI Jasra Putra dalam keterangannya, Minggu (28/3/2021).
Advertisement
Menurut Jasra, berbagai foto mau pun video terkait aksi teror di depan Gereja Katedral ini kemungkinan akan sangat mudah didapat para anak. Maka dari itu, Jasra meminta para orang tua terus mendampingi sang anak.
"Untuk itu penting orangtua menghindari dari informasi yang tidak layak di konsumsi anak, seperti perdebatan tiada ujung di publik. Yang membawa anak dalam perlakuan salah dan mengancam jiwanya seperti dalam saling persekusi, kekerasan gender berbasis online, bahkan menjadi berhadapan hukum," kata Jasra.
"Untuk itu orangtua sebagai yang terdekat anak sangat penting mendampingi dan menghadirkan diskusi itu di dalam ruang keluarga," Jasra menambahkan.
Jasra berharap anak-anak mendapatkan informasi yang layak, yang menempatkan anak-anak dalam tumbuh kembang yang maksimal. Membangun edukasi yang lebih dominan pada kepekaan nilai-nilai kemanusiaan.
"Karena kebutuhan mereka yang besar dalam tumbuh kembangnya mensyaratkan kondisi dorongan dan intervensi yang bertujuan baik. Jangan sampai kebutuhan besar itu dipenuhi reaksi yang berujung mengancam jiwanya," kata dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tumbuh dalam Media Ujaran Kebencian
Dia menyebut, tak jarang foto dan video terkait aksi teror beredar masif di media sosial dengan narasi yang tak sesuai kenyataan.
Jasra khawatir hal tersebut masuk ke dalam pikiran sang anak tanpa penyaringan yang matang.
"Akhirnya menjadikan anak-anak lebih bertumbuh ke arah penyebaran kebencian ke orang lain, bahkan ke teman-temannya sendiri yang ikut menyikapinya. Jangan sampai anak-anak digiring dalam konflik tak berkesudahan yang berakibat buruk," kata dia.
Advertisement