Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Andi M Faisal Bakti, MA menilai, larangan mudik Lebaran 2021 yang telah ditetapkan pemerintah, bisa dikomunikasikan kepada seluruh masyarakat dengan menggunakan beragam media.
"Komunikasi tentu penggunaan media, supaya menjangkau lebih luas anggota masyarakat. Media konvensional, media modern, media elektronik, media sosial, dan mungkin media dengan sifatnya mulut ke mulut," ujar Andi kepada Liputan6.com, Minggu, 28 Maret 2021.
"Penyampaian komunikasi Two step Flow of Publicion, artinya pemerintah menyampaikan untuk masyarakat dan media, dengan harapan bisa terbaca oleh orang-orang mempunyai akses ke media. Dan yang membaca menyampaikan kepada masyarakat," sambung dia.
Advertisement
Menurut Andi, apabila pemerintah sudah menggunakan seluruh media dan memanfaatkannya dengan baik, maka perlahan masyarakat akan mengerti soal larangan mudik Lebaran 2021.
"Apalagi sekarang masih bulan Maret, April, Mei, masyarakat semakin mengerti bahwa pemerintah ini melarang pulang (mudik Lebaran) untuk menjaga kesehatan," terang Andi.
Seperti diketahui sebelumnya, pemerintah memutuskan melarang mudik Lebaran 2021. Keputusan tersebut dihasilkan dari rapat tiga menteri yang disampaikan oleh Menko PMK Muhadjir Effendy.
"Ditetapkan tahun 2021 mudik ditiadakan, berlaku untuk seluruh ASN, TNI, Polri, BUMN, swasta maupun pekerja mandiri juga seluruh masyarakat," kata Muhadjir dalam Konpers daring, Jumat, 26 Maret 2021.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Imbauan Pemerintah Harus Maksimal dan Tetap Santun
Kemudian, Andi menyebut, pemerintah juga harus menggunakan bahasa yang santun saat memaksimalkan menggunakan beragam media untuk menyosialisasikan larangan mudik Lebaran 2021.
"Jangan bahasa yang menohok, menyinggung masyarakat. Bahasa yang santun lah," ucap dia.
Andi menilai, adanya larangan mudik ini bisa dijadikan sebagai pembelajaran bagi masyarakat Indonesia yang memang selalu suka berkumpul.
"Masyarakat kita kan suka kumpul-kumpul (komunal), masyarakat berjemaah, dan itu memang susah diubah. Penyakit Covid-19 ini kan baru, enggak ada orang yang punya pengalaman tetang penyakit ini, sehingga susah untuk memberitahu ke orang," kata Andi.
Dia pun menegaskan, di tengah pandemi Covid-19 ini, pemerintah juga harus mampu menjelaskan bahayanya apabila membuat kerumunan masyarakat.
Sehingga, Andi menyarankan agar masyarakat dapat melakukan silaturahmi dengan menggunakan daring saja.
"Kita bisa melakukan sistem berkerumun dengan temuan manusia, yaitu teknologi. Kan sekarang kita bisa WhatsApp, bisa zoom. Kumpul keluarga lewat Zoom dan bisa saling mengirimkan kebutuhan lewat transfer. Inilah yang disebut New Normal kita harus bersama teknologi. Kita bisa mengikuti ilmu pengetahuan, mengikuti saran ilmuan," jelas Andi.
Â
(Daffa Haiqal Nurfajri)
Advertisement