Liputan6.com, Jakarta Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Deni Irvani mengatakan bahwa hanya 61 persen warga yang potensial bersedia divaksin Covid-19. Hal ini berdasarkan survei nasional yang dilakukan SMRC secara tatap muka pada 28 Februari-8 Maret 2021.
"Proporsi ini masih di bawah target vaksinasi terhadap minimal 70 persen warga untuk bisa mencapai herd immunity (kekebalan komunal) nasional," jelas Deni dikutip dari siaran persnya, Senin (29/3/2021).
"Secara umum, jika vaksin Covid-19 sudah tersedia, ada 62.4 persrn warga yang bersedia divaksin, 27,2 persen tidak pasti mau divaksin, dan 10.3 persen tidak menjawab," sambungnya.
Advertisement
Kendati begitu, dia menyampaikan ada beberapa figur berpengaruh yang dapat meningkatkan kesediaan masyarakat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Adapun Prabowo dan sosok dokter dinilai dapat berperan penting untuk meningkatkan masyarakat divaksin.
"Jika tahu Prabowo Subianto sudah divaksin, ada 73.3 persen yang pasti mau divaksin, 20.8 persen tidak pasti mau divaksin, dan 5.9 persen tidak menjawab," katanya.
Sementara itu, 73,6 persen responden bersedia ikut vaksinasi apabila mengetahui dokter sudah divaksin Covid-19. Disisi lain, hanya 66,4 persen responden yang mau divaksin, setelah mengetahui Presiden Jokowi sudah vaksinasi.
"Jika tahu Presiden Jokowi sudah divaksin, ada 66.4 persen yang pasti mau divaksin, 23,4 persen tidak pasti mau divaksin, dan 10,2 persen tidak menjawab," ujar Deni.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perlombaan untuk mengembangkan vaksin penting dalam usaha membentuk kekebalan komunitas. Namun ada ketimpangan dalam kemampuan mengamankan dosis vaksin bagi masing-masing negara. Ikuti liputan VOA selengkapnya.
Peran Tokoh Adat
Selain itu, tokoh agama dan tokoh adat juga dapat menjadi figur untuk mengajak masyarakat agar mau divaksin.
Berdasarkan survei, 60,2 persen responden mau divaksin jika mengetahui tokoh agama suda disuntik vaksin.
"Jika tahu tokoh adat atau suku sudah divaksin, ada 65,1 persen yang pasti mau divaksin, 25,5 persen tidak pasti mau divaksin, dan 9,4 persen tidak menjawab," tutur Deni.
Adapun survei eksperimen berskala nasional ini dilakukan pada 23-26 Maret 2021 dengan melibatkan 1.401 responden yang dipilih secara acak. Desain eksperimen diterapkan dengan membagi sampel kedalam 7 kelompok secara acak.
Setiap kelompok mendapat satu pertanyaan yang berbeda dengan kelompok lainnya. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon
Advertisement