Liputan6.com, Jakarta Ketum Golkar Airlangga Hartarto gencar melakukan safari politik ke sejumlah tokoh politik dan ketua partai. Langkah Airlangga dinilai sebagai upaya membangun koalisi menuju Pemilu 2024.
Setelah Ketum NasDem Surya Paloh, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Airlangga menggelar pertemuan dengan Ketum PPP Suharso Monoarfa. Safari politik Airlangga dengan ketiga parpol tersebut dinilai langkah yang tepat.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno menilai, peluang koalisi Golkar, Gerindra, NasDem dan PPP sangat terbuka. PPP melengkapi koalisi tersebut dengan representasi pemilih Islam.
Advertisement
“NasDem dan Gerindra kan punya tarikan napas sejarah politik yang beririsan. NasDem itu Surya Paloh pernah jadi orang penting di Golkar. Gerindra Prabowo adalaah juga pernah jadi orang penting di Golkar. keduanya punya tarikan napas sejarah jadi kalau dilihat dari ideologi, mereka punya napas perjuangan yang sama,” kata Adi saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (1/4).
“Nah kenapa PPP? tentu Golkar-Nasdem dan Gerindra inikan dianggap partai nasionalis. Untuk menggenapi koalisi, biasanya selalu ada variabel representasi pemilih partai islam,” tambah Adi lagi.
Dia juga melihat, PPP memiliki chemistry yang pas dengan Golkar dan Gerindra. Sehingga dia meyakini, safari politik Airlangga bukan sekadar bicara politik kebangsaan semata.
“Karena bicara kebangsaan kan bisa diomongkan dalam rapat kabinet. Karena 4 partai ini kan satu kolam kaolisi di pemerintah,” kata Adi lagi.
Adi kemudian bicara siapa calon presiden dan wakil presiden yang bakal diusung dalam koalisi nasionalis-religius tersebut. Menurut dia, peluang Prabowo dan Airlangga sangat besar dalam koalisi ini untuk diusung sebagai calon.
“Setidaknya, untuk 2024, Golkar itu punya jagoan sendiri. Entah nantinya RI1 atau RI2. Kalau dihitung rata-rata, Airlangga ketum parpol besar paling rasional maju di pilpres. Prabowo juga layak diperhitungkan, karena capres dua kali, pimpinan parpol besar,” terang Adi.
Untuk elektabilitas, Adi Prayitno memiliki argumentasi sendiri. Menurut dia, hal tersebut bukan menjadi kendala besar. Terlebih, bendera parpol di belakang Airlangga adalah partai besar.
“Sekalipun elektabilitas tidak menjulang, Airlangga ketum parpol Golkar yang cuma butuh partner koalisi partai menengah untuk menggenapi 20 persen (presidential threshold). Golkar 12 persen, tinggal cari partai yang elektabilitas 8 persen, ada NasDem ada PKB, kalau bicara tentang kans politik, selain Prabowo, Airlangga capres paling rasional secara kalkulasi politik,” ujar Adi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Capres Angin Surga
Sementara untuk calon presiden yang digadang di dalam survei, Adi mengibaratkan nama-nama yang moncer dalam survei sebagai capres angin surga. Sebab, nasibnya belum jelas ketimbang capres yang punya kekuatan di partai.
“Kalau Ganjar, Anies, Ridwan Kamil, menurut saya capres angin surga. Mereka tidak punya keistimewaan. Ganjar boleh elektabilitasnya oke, tapi penentunya ada di Megawati,” tutur dia.
Belum lagi bicara tentang persaingan internal parpol. Di dalam PDIP ada nama Puan Maharani dan Tri Rismaharini. Sehingga, menurut dia, Ganjar masuk dalam kategori capres angin surga.
“Keputusan parpol belum tentu ke Ganjar, makanya saya bilang capres angin surga. Elektablitas boleh tinggi, tapi sekali lagi, masih ada nama Puan dan Risma bisa jadi saingan,” kata Adi.
Kata Adi, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil juga belum terbaca sampai sekarang, parpol mana yang mau mengusung. Sehingga jika dianalisis, maka capres elektabilitas vs capres ketum parpol, yang paling berpeluang adalah capres ketua umum parpol.
Advertisement