Sukses

Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka, Disdik DKI Pastikan Siswa yang Sekolah Sehat

Uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah ini melibatkan 85 sekolah yang sudah lolos penilaian dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah mulai hari ini, Rabu (7/4/2021) hingga Jumat, 29 April 2021.

Uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah ini melibatkan 85 sekolah yang sudah lolos penilaian dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Kriteria penilaian itu mulai dari sarana prasarana protokol kesehatan hingga kondisi kesehatan guru dan tenaga pendidik lainnya.

Humas Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta Sonny Juhersoni memastikan, peserta didik yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah hari ini dalam kondisi sehat.

Karena, kata dia, pihaknya mewajibkan pihak sekolah untuk melaporkan kondisi kesehatan peserta didik sebelum uji coba dilaksanakan.

"Bahkan ke depannya, pihak sekolah harus melaporkan kondisi kesehatan para peserta didik setiap 2 minggu sekali melalui aplikasi Jakarta Kini (Jaki)," ujar Sonny saat ditemui di SMKN 28 Jakarta Selatan, Rabu (7/4/2021).

Menurut dia, laporan tersebut merupakan rekap dari skrining kondisi kesehatan yang dilakukan sekolah setiap hari melalui Google Form.

"Kalau dari sekolah itu setiap hari skriningnya melalui Google Form untuk mengetahui anak itu sehat atau tidak. Nah kalau setiap 2 minggu itu melalui aplikasi Jaki. Kalau anak tidak sehat, tidak boleh ke sekolah," kata Sonny.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Siswa Tak Berturut-turut ke Sekolah

Sonny menjelaskan, para peserta didik tidak pergi ke sekolah selama 5 hari berturut-turut namun selang-seling.

"Saat di rumah, orangtua diharapkan bisa mendampingi anaknya belajar dari rumah secara daring," ucap dia.

Sonny pun berharap, orangtua bisa bekerjasama dengan guru dalam mengontrol kondisi kesehatan anak-anaknya.

"Jadi sekarang ini metodenya blended learning ya lebih tepatnya, bukan PTM (pembelajaran tatap muka). Karena selang-seling, hari ini belajar di sekolah, besok belajar online di rumah. Jadinya orangtua memang harus sering komunikasi sama guru," papar Sony.

Sonny pun mengapresiasi para orangtua murid yang telah mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka ini.

Menurut dia, tanpa adanya dukungan dan kepercayaan orangtua, PTM ini tidak akan berjalan lancar.

 

3 dari 4 halaman

Tanggapan Sekolah dan Siswa

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite SMKN 28 Jakarta Selatan Hacky mengungkapkan, hampir seluruh orangtua murid SMKN 28 menginginkan anaknya belajar di sekolah.

Terlebih lagi, kata dia, SMK merupakan pendidikan vokasi, di mana yang diutamakan adalah praktik, dibandingkan teori.

"Syukurnya tidak ada yang protes sih ya saat sekolah mau dibuka. Soalnya anak-anak sudah bosan juga. Apalagi kan mereka vokasi ya dan kelas 11 juga sekarang kan lagi PKL (Pelatihan Kerja Lapangan), kalau di rumah tuh semua jadi pusing, anaknya, orangtuanya," kata Hacky.

Hacky mengatakan, respon anak-anak terhadap pembelajaran tatap muka juga sangat baik. Berdasarkan laporan yang masuk, kata dia, anak-anak sangat antusias.

Bahkan kata Hacky, para peserta didik memohon kepada pihak sekolah agar tidak membatasi jumlah peserta didik yang hadir setiap harinya.

"Anak-anak antusias ya, karena sudah setahun tidak bertemu temannya. Anak-anak bahkan bilang 'pak mengapa tidak semua saja (murid yang masuk ke sekolah)' tapi kita kasih pemahaman bahwa mereka tetap harus jaga jarak makanya dibatasi," terang dia.

Seperti yang dikatakan Hacky, salah satu siswa SMKN 28 Aghvan mengaku sangat senang dengan kebijakan belajar tatap muka ini.

Aghvan berharap, ke depannya pembelajaran tatap muka bisa tetap dilaksanakan karena selama pembelajaran online, mereka tidak bisa praktik dengan maksimal karena fasilitasnya ada di sekolah.

Selain itu, kata dia, selama belajar daring juga sering mengalami kendala internet atau sinyal yang terputus.

"Lebih senang belajar offline kaya gini soalnya kan fasilitasnya di sekolah lebih lengkap, kalau di rumah itu terbatas, apalagi sinyal suka terputus karena kalau online kan tergantung sama internet. online juga jadi lebih banyak teori," ujar Aghvan.

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber : Merdeka

4 dari 4 halaman

Guru Disuntik Vaksin Covid-19, Siap Belajar Tatap Muka?