Sukses

BMKG Catat Ada 3 Kali Gempa Susulan di Malang

Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, pihaknya mencatat setidaknya sudah tiga kali terjadi gempa susulan di Malang, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, pihaknya mencatat setidaknya sudah tiga kali terjadi gempa susulan di Malang, Jawa Timur.

Diketahui, Kota Malang pada Sabtu (10/4/2021) diguncang gempa Magnitudo 6,1.

"Berdasarkan hasil monitoring kami update hingga detik ini sudah terjadi gempa susulan sebanyak 3 kali dengan magnitudo 3,1, 3,8 dan 3,6," kata Bambang dalam konferensi pers.

BMKG, kata dia, menerima laporan adanya kerusakan di beberapa lokasi akibat gempa bumi.

Namun, Bambang menyebut kerusakan akibat gempa tersebut umumnya dipengaruhi oleh kualitas bangunan dari masyarakat.

"Kalau kualitas yang cukup bagus tentunya tidak akan terlalu berdampak. Juga sangat dipengaruhi juga oleh kondisi geologis setempat. Ini sangat mempengaruhi," kata Bambang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Gempa Guncang Malang

Gempa bumi dengan magnitudo 6,7 di Kota Malang, Jawa Timur dimutkahirkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi 6,1.

Seperti dilansir dari Antara, Sabtu (10/4/2021), dilaporkan pusat gempa berada di laut dengan jarak 96 kilometer arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, dengan kedalaman 80 kilometer.

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), gempa yang terjadi pada pukul 14.00 WIB, juga memicu guncangan sedang hingga kuat di beberapa wilayah Jawa Timur. Sedangkan di Kota Malang, guncangan dirasakan dengan intensitas sedang selama 12 detik.

"Hal serupa dirasakan masyarakat Blitar yang merasakan guncangan kuat selama 30 detik. Mereka berhamburan keluar bangunan karena panik. Di kabupaten Lumajang, masyarakat di sana merasakan guncangan selama 20 detik. BPBD memantau masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati.