Liputan6.com, Jakarta - Aliran Kali Ciliwung melewati beberapa kota administratif di DKI Jakarta, salah satunya di kawasan Jalan Manggarai Utara, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan. Beberapa warganya masih tinggal di bantaran kali.
Seperti halnya, Yeti yang tinggal bersama tiga anaknya. Bahkan sebagian rumahnya yang berukuran 5x5 meter abis diterjang banjir pada Februari tahun 2018.
Rumah Yeti dan para tetangga rata-rata dibangun dua lantai. Mereka beralasan, lantai atas dapat difungsikan sebagai tempat aman saat banjir tiba.
Advertisement
Menurut Yeti, sebelum tahun 2000, masyarakat di pinggiran Kali Ciliwung masih memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Mulai dari mencuci, mandi hingga untuk memasak makanan.
"Dulu mah airnya masih lumayan bersih. Malahan dulu beberapa kali sempat anak saya nemuin bulus (di Kali Ciliwung)," kata Yeti kepada Liputan6.com, Sabtu (10/4/2021).
Namun, setelah disediakan tempat mandi, cuci, kakus (MCK) di tengah rumah warga oleh Pemprov DKI masyarakat hanya memfungsikan Kali Ciliwung ketika mesin air mati. "Jadi tempatnya (MCK) digunakan bareng-bareng sama tetangga yang lain. Buat nyuci, mandi," ucapnya.
Kendati tinggal di pinggiran kali, masyarakat tak berani buang sampah ke Ciliwung. Sebab tempat sampah untuk warga telah disediakan dan akan diambil oleh petugas kebersihan. Untuk biaya kebersihan, setiap keluarga dikenakan biaya sebesar Rp 15 ribu setiap bulan.
Sebagai ibu rumah tangga dan aktif di Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan Manggarai, Yeti menyebut sampah-sampah plastik rumah tangga seperti botol minum dapat didaur ulang. Seperti kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi.
Apalagi keluarganya dapat menghabiskan sebanyak empat botol minuman plastik ukuran 1 liter.
"Kadang sampah botol minum dijual sama anak saya ke pengepul. Lumayan buat jajan," ujar dia.
Lanjut dia, sampah kantong plastik yang ada di bawah rumahnya pun, seringkali dibakar bersama sampah-sampah lainnya. Menurut dia, tindakannya dapat dikategorikan sebagai solusi sampah di sekitar rumahnya.
"Soalnya warga sini sudah enggak buang sampah ke kali. Biasanya dikumpulin dulu depan rumah, baru dibawa ke tempat sampah depan," jelas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penanaman Pohon
Sementara itu, untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sungai, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) sebagai pelayanan air minum di wilayah Barat DKI Jakarta ikut serta dalam sejumlah kegiatan kepedulian air.
Salah satunya yakni bersama Gerakan Ciliwung Bersih untuk bebersih sungai.
Selian itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat ikut serta dalam penanaman pohon loa di bantaran Kali Ciliwung, Taman Maju Bersama (TMB) Gintung, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Menurut Anies, pohon Loa memiliki akar yang dapat mengikat tanah sehingga ekosistem sungai dapat terjaga dan terhindar dari erosi.
Sebab saat ini, terdapat ada perubahan paradigma antara manusia dan alam. Yakni, kehadiran manusia, dahulu bisa menaklukan alam dengan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Lanjut dia, kini manusia tidak dapat menaklukan alam, namun harus hidup bersama alam.
"Jadi saat kita bicara naturalisasi, maka bagaimana kita hidup bersama dengan siklus alam. Contohnya sungai yang memiliki pasang dan surut. Sehingga kita harus membangun dengan mengikuti siklus tersebut," kata Anies saat menghadiri Hari Air Sedunia, Senin (22/3/2021).
Advertisement