Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan kelompok Salamullah Lia Aminuddin alias Lia Eden meninggal dunia. Kabar itu diketahui dari akun Facebook Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk).
Dituliskan, Lia Eden mengembuskan napas terakhir pada Jumat 9 April 2021.
"Lia Eden (Lia Aminudin) yang sejak 1995 meyakini terus menerima bimbingan malaikat Jibril telah meninggal Jumat lalu, 9 April," kata pegiat Sejuk, Tantowi Anwari saat dikonfirmasi, Minggu (11/4/2021).
Advertisement
Sebelum meninggal dunia, lika-liku perjalanan hidup Lia Eden cukup disorot dan sempat menghebohkan Indonesia.
Misalnya saja seperti disampaikan Tantowi, Lia Eden pernah dijebloskan ke jeruji besi pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, wanita kelahiran Jakarta, 21 Agustus 1947 tersebut dijerat menggunakan pasal penodaan agama.
"Di masa bulan madu negara MUI, era kepemimpinan Presiden SBY, Lia Eden dipenjara dua kali (2006 dan 2008) dengan pasal penodaan agama," jelas Tantowi.
Tak cukup sampai di situ, Lia Eden juga pernah meramalkan akan ada gempa besar melanda Jakarta akhir Mei 2015. Ia juga sempat mengatakan akan adanya kedatangan kendaraan UFO (unidentified flying object) di Jakarta.
Berikut sederet kisah perjalanan pimpinan kelompok Salamullah Lia Aminuddin atau Lia Eden yang sempat menggemparkan Indonesia hingga meninggal dunia dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Latar Belakang Lia Eden
Lia Eden dilahirkan dan diberi nama asli Syamsuriati pada 21 Agustus 1947 di Surabaya. Ibunya bernama Zainab, dan bapaknya bernama Abdul Ghaffar Gustaman, seorang pedagang dan pengkhutbah Islam.
Sebelum dianggap aneh, Lia adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai perangkai bunga. Namanya sempat ngetop setelah mempunyai acara khusus tentang merangkai bunga di TVRI.
Berbagai sumber menulis, Lia mengaku perubahan terjadi saat dia melihat sebuah bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap di atas kepalanya. Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersantai dengan kakak mertuanya di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada 1974.
Peristiwa ajaib kedua yang mampu mengubah prinsip hidupnya terjadi pada malam 27 Oktober 1995. Saat itu ia salat dan merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda.
Sang pemimpin rohani ini akhirnya mengaku sebagai Malaikat Jibril. Setelah itu Lia Eden mengaku dia menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997.
Selama proses bimbingan, Lia Eden harus melewati berbagai ujian. Termasuk pengakuan-pengakuan kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril.
Dalam penyuciannya, ia mengatakan, Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Dan ia mengatakan bahwa dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia.
Lia merasa sebagai penyebar wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril. Berbagai karya ia lahirkan, lagu, puisi, syair dan juga buku 232 halaman berjudul, "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir" yang ditulis dalam waktu 29 hari.
Mengaku Dapat Wahyu dari Malaikat Jibril dan Pelajari Aliran Lintas Agama
Lia Eden sudah beberapa kali menggemparkan Indonesia. Dia membuat geger pada 1997 usai mengaku mendapat wahyu dari Malaikat Jibril sehingga dia mempelajari aliran lintas agama. Meski beragama Islam, dia kemudian mempelajari agama Kristen.
Dia juga mempelajari reinkarnasi dalam ajaran Hindu dan mengklaim sebagai titisan Bunda Maria. Dia menyatakan putranya, Ahmad Mukti sebagai Yesus Kristus. Dia pun lalu mendeklarasikan agama baru, Salamullah.
Beberapa ajaran Salamullah yang membuat heboh antara lain, salat dalam dua bahasa sah, mengonsumsi babi halal, dan mengadakan ritual penyucian.
Pada Agustus 1999 silam, Lia bersama 75 orang jemaah Salamullah menggelar ritual perang melawan Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul. Dilakukan di bibir pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Tujuannya membasmi Nyi Roro Kidul, tokoh mitologi Samudera Hindia yang dianggap simbol kemusyrikan.
"Allahu Akbar. Lepaskanlah hamba dari kutukan Roro Kidul," Lia Eden saat itu berteriak di hadapan 75 jemaah Salamulah, usai bersama menggelar salat selama 45 menit.
Sambil berteriak, Lia menghunus sebilah keris di depan dadanya. Heroik. Namun tak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya luka yang diakibatkan keris itu. Toh Lia juga dikenal mampu menyembuhkan orang sakit.
"Saya mendapat karunia besar dari Allah," kata Lia.
Pengakuannya ini diperkuat dengan pengakuan lain bahwa ia tak pernah belajar tentang pengobatan. Menurutnya, kemampuannya itu didapat usai salat tahajjud. Lia Eden merasa tubuhnya menggigil dan berkeringat. Kemudian tangannya seperti dituntun untuk mengobati orang sakit.
"Pegangan saya selama pengobatan hanya Surat Al-Fatihah," kata Lia sang pemimpin Tahta Suci Eden saat itu.
Advertisement
2 Kali Dipenjara
Sebelum ngetren istilah berhijrah, Lia Eden sendiri secara berbusana sudah beberapa kali mengubah gaya. Ia sudah "berhijrah".
Awal kemunculannya, Lia mengenakan kerudung atau hijab yang ketat. Kemudian mulai Januari 2005, semua ia lepas.
Lia memilih menggunduli kepalanya. Tak dibiarkan sehelai rambutpun tumbuh di kepalanya. Pakaiannya juga lebih mendekati gaya ethical fashion, yakni mengenakan bentangan kain putih 7 meter yang hanya dililit-lilit. Tanpa mutilasi kain dengan gunting, juga tanpa luka lubang jarum akibat jahitan.
Gaya berpakaian Lia diikuti para pengikutnya. Sebagai aksesoris, ada simbol mahkota surga dan tanda lulus ujian Tuhan.
Kerajaan Tahta Suci Eden pernah dianggap kerajaan aneh cenderung sesat. Ini mengingat Lia pernah dipenjara pada 29 Juni 2006 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selama 2 tahun karena dianggap terbukti menodai agama, melakukan perbuatan tak menyenangkan, dan menyebarkan kebencian. Saat itu Lia berkomentar cukup nyeleneh.
"Kalau saya dibebaskan, saya akan memohon kepada Tuhan supaya lumpur di Sidoarjo dan Gunung Merapi bisa reda. Jika saya tidak bisa membuktikan, biarlah saya dihukum mati," ucap Lia Eden.
Kemudian pada 2 Juni 2009 Lia juga dipenjara 2 tahun 6 bulan. Dia dinilai terbukti menista dan menodai agama. Vonis itu setelah polisi menyita ratusan brosur yang dinilai berisi penistaan agama.
Ajarannya Dinyatakan Sesat
Pada 1998, Lia Eden menyebut dirinya Imam Mahdi yang muncul di dunia sebelum hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia.
Lia menyebut dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria dan mengatakan bahwa anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Yesus Kristus.
Lia sukses meyakinkan banyak orang, mulai dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, aktor teater, dan juga pelajar. Mereka semua dibaptis sebagai pengikut Salamullah.
Pada Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan Salamullah ini karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran mengenai ajaran Islam.
Kelompok ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.
Kelompok Salamullah mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im akan muncul kembali di dunia.
Sejak 2003, kelompok Salamullah memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar kebenaran. Kemudian berubah nama yang kini dikenal sebagai Kaum Eden.
Advertisement
Doakan KPK
Komunitas Lia Eden menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan Jakarta. Mereka menyebut, kehadirannya merupakan petunjuk Tuhan agar memberikan dukungan untuk mengakhiri perseteruan antara KPK dan Polri.
"Kami mengikuti arahan Tuhan untuk ke sini. Kami tidak berpihak. Kami netral di sini dan datang ke sini mau memberikan doa," ujar pemimpin komunitas tersebut, Lia Eden, di Gedung KPK, Jakarta, Senin, 16 Februari 2015.
Komunitas Lia Eden menyambangi KPK dengan menggunakan jubah serba putih. Lia Eden mengatakan, Tuhan pasti akan turun tangan dan membantu semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini.
"Saya mencoba untuk mengikuti hati nurani saya. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, supaya Tuhan bisa turun tangan," pungkas perempuan yang memiliki nama asli Lia Aminuddin tersebut.
Puluhan komunitas Eden ini sempat diterima pihak KPK. Usai bertemu orang KPK, Lia Eden Cs pun merasa yakin masalah yang dihadapi lembaga tersebut berakhir dalam waktu dekat.
Usai kehadiran Komunitas Eden, KPK kembali didatangi kelompok lain yang menyatakan dukungannya agar KPK tetap konsisten memberantas korupsi di tengah masalah yang menimpa.
Kelompok ini merupakan perkumpulan nelayan dari Ujung Kulon, Banten. Mereka datang membawa sebuah boneka tikus raksasa sebagai simbol koruptor yang dianggap semakin besar ketika KPK mulai dilemahkan.
Komunitas lain yang ikut menyambangi KPK yakni berasal dari Perguruan Cimande Tari Kolot. Mereka menggelar atraksi kuda lumping yang dilakukan dua penari, Kasnan dan Ali. Keduanya sempat kesurupan saat tiba di halaman Gedung KPK.
Menurut salah seorang pendukung KPK itu, kesurupan untuk mengusir arwah jahat yang tengah berada di KPK.
"Kita coba usir setan yang ada. Karena kalau tidak ada KPK bisa lebih hancur negara ini," kata dia.
Ramalkan Gempa Besar di Jakarta
Kemudian, Lia Eden juga sempat meramalkan akan ada gempa besar melanda Jakarta akhir Mei 2015. Terkait hal ini, Lia mengirim surat ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk memberi peringatan.
Gubernur yang biasa disapa Ahok itu mengaku sudah menerima surat peringatan tersebut. Hanya saja dia tidak mau membacanya karena takut terpengaruh.
"Akhir Mei? Aku nggak baca lah, aku suruh asistenku saja yang baca. Nanti saya baca, saya jadi pengikut kali. Jadi tergoda," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat, 29 Mei 2015.
Meski telah menerima surat peringatan dari Lia Eden, tapi Ahok mengaku tidak mau ambil pusing dengan isi surat itu. Terlebih ancaman gempa besar yang akan melanda Jakarta.
"Lia Eden kasih surat ke saya, utusan luhur kudus, aduh macam-macam segala. Aduh kita nggak usah pikir roh kudus-roh kudus lah. Sudah pusing," pungkas Ahok.
Advertisement
Kabarkan UFO Akan Datang
Tak cukup sampai disitu, Lia Eden juga mengabarkan tentang kedatangan kendaraan UFO (unidentified flying object) di Jakarta.
Dia mengatakan, kendaraan tersebut akan ditumpangi malaikat Jibril yang mendarat di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Karena itulah, Lia Eden mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi yang isinya meminta izin untuk mendaratkan UFO tersebut.
"Untuk itu, kami mengharapkan perkenan Presiden Jokowi bersedia memberi izin pendaratan UFO kami. Adapun pendaratan UFO Jibril sudah pernah kami sinyalkan melalui penampakan UFO kami itu di atas Monas dan terekam oleh ponsel 2 pemuda di Monas," tulis perempuan yang sudah pernah mencicipi bui penjara lantaran tuduhan penistaan agama ini dalam surat kepada Presiden Jokowi di Jakarta yang diterima Liputan6.com, Jumat, 29 Mei 2015.
Surat itu dikirimkan dalam sebuah boks biru berisi 7 amplop surat dan beberapa DVD yang ditujukan kepada sejumlah pihak.
Lia menuturkan, kedatangan Jibril ke Jakarta adalah untuk mengangkat para rasul Eden menuju ke kediaman barunya di luar angkasa.
"Yaitu di surga yang kedua dan itu merupakan surga utama darussalam. Namun setelah pengangkatan itu, proses kiamat pun akan semakin bergejolak nyata," ujar dia.
Menurut dia, pengangkatan para rasul Eden ke surga darussalam ini adalah yang perdana.
"Kami akan menayangkan suasana surga yang di luar angkasa tersebut dan kami akan tayangkan mendunia dengan maksud membuktikan para rasul Eden tidaklah digondol alien. Melainkan dibawa oleh malaikat Jibril."
Lia menganggap dirinya sebagai penyebar wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril. Dia juga pernah menyebut dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria, ibu dari Isa. Sementara anaknya, Mukti Day adalah reinkarnasi Isa dan Fathun Nur Day sebagai reinkarnasi Musa.
Meninggal Dunia
Lama tak terdengar, Lia Eden dikabarkan meninggal dunia oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk). Dikatakan Sejuk, Lia Eden mengembuskan napas terakhir pada Jumat 9 April 2021.
"Lia Eden (Lia Aminudin) yang sejak 1995 meyakini terus menerima bimbingan malaikat Jibril telah meninggal Jumat lalu, 9 April," kata pegiat Sejuk, Tantowi Anwari saat dikonfirmasi, Minggu (11/4/2021).
Tantowi menyebut, Lia Eden pernah dijebloskan ke jeruji besi pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, wanita kelahiran Jakarta, 21 Agustus 1947 tersebut dijerat menggunakan pasal penodaan agama.
"Di masa bulan madu negara MUI, era kepemimpinan Presiden SBY, Lia Eden dipenjara dua kali (2006 dan 2008) dengan pasal penodaan agama," ujar dia.
"Selamat jalan, Lia Eden. Beristirahatlah dalam kemenangan yang maha damai. Estafet perjuanganmu berlanjut senantiasa: urusan setiap warga dengan Tuhannya tidak bisa dibatasi dan dikurangi oleh negara, apalagi dipenjara," kata Tantowi.
Advertisement