Sukses

HEADLINE: Gempa Malang di Zona Benioff, Alarm Bencana Besar Berikutnya?

Gempa 6,1 yang mengguncang Malang menguatkan cerita para ahli soal ancaman sumber gempa subduksi lempeng selatan Jawa. BMKG sebut ini alarm. Bencana besar mengintai?

Liputan6.com, Jakarta - Rodai terlihat pasrah. Begitu pun dengan sang ibu, Suyati (70). Mereka tetap biarkan barang-barangnya berserakan tertimbun material reruntuhan bangunan rumah.

Tempat tinggal Rodai yang terletak di Kabupaten Tulungagung rusak parah imbas dari guncangan gempa magnitudo 6,1 di Malang, Sabtu 10 April 2021. Ia kini bingung harus kemana lagi mencari dana untuk kembali membangun rumahnya yang hancur.

"Semoga dapat (bantuan). Kalau tidak, ini berat buat kami (untuk membangun kembali)," kata pria berusia 35 tahun tersebut.

Gempa berkedalaman 80 km di Malang, telah menyebar getarannya ke sejumlah daerah. BMKG mencatat ada 24 wilayah yang merasakan guncangan gempa dengan skala I hingga IV MMI.

Menurut peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Endra Gunawan, zona gempa sebenarnya sudah dapat terlihat, terlebih pada era digital saat ini.

"Kita lihat ke google earth saja, di sepanjang barat Sumatera, ke selatan Jawa itu kan warna berbeda agak hitam biru-biru gitu. Itulah zona subduksinya. Gempa-gempa itu sumbernya di situ, karena pertemuan dua lempeng itu tadi," kata Endra saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (12/4/2021).

Dia mengungkapkan, pada 2020 pernah mempublikasikan kajian terkait potensi gempa yang bisa saja terjadi pada waktu tertentu di masa depan. Kekuatan lindu itu dinilainya cukup besar.

"Potensi gempa itu ada di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa Timur bahkan selatan Jawa bagian barat. Khusus selatan Jawa bagian tengah dan timur ini, potensinya 8,8 (magnitudo)," kata dia.

Namun demikian, dia menekankan gempa yang terjadi di Malang tidak terkait dengan analisisnya. Kendati berada dalam sesar dan subduksinya yang sama. "Kalau di-overlay-kan antara lokasi kemarin dengan potensi itu, itu tidak match," ucap dia.

Gempa yang terjadi di Malang tersebut menurutnya, hanya terjadi pada bagian samping saja. Bukan  pada bidang utama gempanya. "Yang terjadi di Malang itu adalah gempa di bagian bawahnya. Itu bukan pada analisis kami yang utama tadi, tapi di pinggirnya," jelas Endra.

Kendati bukan berada pada bidang utama, Ia menegaskan tidak berarti daerah itu terbebas dari ancaman bencana besar. Menurutnya, dalam hal kegempaan, segala kemungkinan tersebut bisa terjadi.

"Selalu ada kemungkinan (gempa) di bidang utamanya. Kalau saya ambil contoh 2011, Tohoku Jepang. Sebelum gempa utama magnitudo 9,1 terjadi, terjadi gempa awalan magnitudo 7 yang kemudian men-trigger gempa besarnya. Bedanya dua hari setelah gempa awalannya," terang Endra.

Bencana yang dikenal dengan nama Gempa Tohoku atau Gempa Fukushima itu terjadi pada 11 Maret 2011 lalu. Perkotaan hancur imbas dari gempa dahsyat tersebut. Bahkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi juga roboh.

Dalam tragedi itu, 18 ribu lebih orang tewas. Sebagian mereka meregang nyawa akibat tsunami. Bahkan pemerintah setempat menyebutkan jumlah tewas mencapai 3.700 orang, yang sebagian besar akibat dari gempa Tohoku dan tsunami.

Endra sekali lagi menegaskan, kendati gempa di Malang bermagnitudi 6, potensi bencana lebih besar masih bisa terjadi. "Potensi itu ada tapi relatif kecil. Kita harus melakukan kajian lebih dalam, analisis cepat," imbuh dia.

Sementara itu menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, Zona Gempa Selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan. Gempa yang terjadi pada Sabtu 10 April itu tidak termasuk megathrust tapi masuk dalam zona benioff.

"Benioff adalah lempeng yang sudah melengkung, kalo megathrust itu masih landai dan lebih dangkal 45-50km, kalau di atas itu sudah di atas itu benioff, disebut gempa menengah karena 80 (kedalamannya)," ujar Daryono kepada Liputan6.com, Senin (12/4/2021).

Selain itu, Benioff sumber gempanya jarang dan cenderung agak terbaikan. Kebalikan dari megathrust yang sering disorot karena memiliki potensi yang mengancam lantaran dapat memicu tsunami.

"Dan selama ini kan kita memang kayak demam megathrust," katanya.

Daryono menambahkan, gempa ini pusatnya ada di dalam lempeng yang sudah menujam. Itu disebut sebagai gempa intraslab. "Gempa intrasalab berkarakteristik mampu meradiasikan/memancarkan guncangan yang lebih dahsyat dari gempa sekelasnya di sumber lain, seperti di sumber sesar," terangnya.

Lindu di Malang tersebut, Daryono menambahkan, patut disyukuri karena gempa ini menengah dan tidak berpotensi tsunami. Selain itu, gempa tersebut tidak memunculkan gempa susulan yang banyak.

Data BMKG mencatat, hingga pukul 12.00 WIB, baru 11 kali gempa susulan yang kekuatannya 3,1. Kalau di sesar bisa sudah mendekati 100 gempa susulan.

"Gempa intraslab selatan Malang dengan karakter miskin gempa susulan (lack of aftershocks) memberi petunjuk dan kabar baik kepada kita sehingga kecil kemungkinan akan terjadi gempa yang lebih besar pada sumber tersebut," ujar dia.

Dia menegaskan, selama ini para ahli banyak bercerita soal ancaman sumber gempa subduksi lempeng selatan Jawa. Namun respons yang ada mengatakan hanya membuat takut masyarakat. "Tapi gempa Malang ini menjadi alarm, bahwa gempa dari zona subduksi ini adalah benar dan itu dibuktikan oleh gempa ini," katanya.

Alarm berikutnya, Daryono meminta mitigasi bencana terus ditingkatkan. Mitigasi itu terkait dengan struktur membangun rumah antigempa. Karena gempa itu tidak membunuh dan melukai, karena yg membunuh dan melukai adalah rumah yang roboh

"Solusi mitigasi bencana gempa bumi itu membangun rumah tahan gempa, kalau memang rumah tahan gempa itu kan memang strukturnya bagus, semennya tidak diirit-irit, memang rumah semi mahal tapi ini menjadi solusi, seperti di Jepang itu karena rumahnya kuat," ujar Daryono.

Kalau tidak demikian, masyarakat dapat mencoba membangun rumah yang bahannya ringan dari kayu dan bambu. Ia meminta tidak boleh membangun rumah asal jadi karena dapat membahayakan kala terjadi bencana.

"Jadi tidak boleh rumah dibangun asal jadi, saya sarankan bangun rumah tahan gempa, karena kita liat fakta sejarah, gempa di sana (Malang) berulang, dan ada juga potensi tsunaminya," jelas Daryono. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Kejadian Lumrah

Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Surabaya, Amien Widodo angkat bicara terkait gempa yang mengguncang Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021).

Menurutnya, penyebab gempa tersebut karena adanya aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa.

“Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa,” ujarnya, Minggu (11/4/2021)

Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini menjelaskan, kejadian ini adalah hal yang lumrah terjadi mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar seluruh masyarakat tetap waspada dengan adanya bencana yang hadir di Indonesia. Sebab, Indonesia berada di wilayah cincin api atau ring of fire.

"Saya perlu mengingatkan bahwa kita ini berada di wilayah ring of fire, di wilayah cincin api, oleh karena itu aktivitas alam dapat terjadi setiap saat baik itu gempa dan yang lain-lainnya kapan saja," kata Jokowi dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (11/4/2021).

Dia mengingatkan kepada seluruh pemerintah daerah untuk terus mengingatkan kepada masyarakat agar saling bekerja sama. Sehingga jika terjadi bencana sudah ada kesiapsiagaan yang dimiliki oleh daerah.

"Saya mengingatkan kepada gubernur, bupati, dan wali kota untuk terus mengimbau masyarakat untuk mempererat kerja sama dan meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan akan datangnya sebuah bencana," ucap Jokowi.

Sementara itu Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma menyalurkan tiga truk bantuan untuk warga terdampak bencana gempa bumi di Malang, Jawa Timur. Selain itu, Risma mendirikan posko pengungsi dan dapur umum untuk para warga terdampak.

"Bantuan logistik sudah dikirimkan. Yaitu 2 truk di Kabupaten Lumajang dan 1 truk di Kabupaten Malang. Kami juga sudah mendirikan posko pengungsi dan dapur umum," jelas Risma dikutip dari siaran persnya, Senin (12/4/2021).

Dia juga memberikan perlindungan sosial dan layanan kepada warga terdampak yang masuk kategori kelompok rentan. Risma menginstruksikan agar ibu hamil yang akan melahiran serta para lansia mendapatkan lokasi pengungsian sementara yang lebih aman.

Untuk posko pengungsi, Risma menyatakan saat ini ada sebanyak 13 lokasi. Namun, nantinya tempat pengungsian akan disatukan menjadi dua lokasi saja.

"Karena yang ada saat ini pun ada yang tidak aman. Jadi kita sudah menyiapkan tempat yang baik di lapangan dan kita dirikan dapur umum di situ," kata Risma.

3 dari 3 halaman

16 Wilayah Terdampak Gempa

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan, data hingga Minggu 11 April 2021 pukul 16.00 WIB tercatat ada 16 Kabupaten Kota yang terdampak gempa Malang.

"Yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuran, Kabupaten Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Kediri," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam konferensi pers virtual di Jakarta pada Minggu, 11 April.

Selain itu, lanjut dia, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Batu, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Bondowoso.

"Sedangkan korban meninggal ada 8 orang. Yaitu 5 orang di Lumajang, tiga orang di Malang. Sementara yang terluka, ada 39 orang," ujar dia.

Sementara wilayah terdampak yang terparah dialami Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di tempat ini dilaporkan ada 1.285 rumah mengalami kerusakan.

“Terparah di Kecamatan Ampelgading, dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, itu yang terparah. Di Kecamatan Ampelgading, kerusakan parah terutama di Desa Wirotaman,” kata Bupati Malang M Sanusi di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, 11 April 2021.

Untuk bantuan pembangunan, lanjut Sanusi, saat ini masih dalam proses penghitungan. Pemerintah pusat menyatakan siap memberikan bantuan rehabilitasi rumah warga. Pemkab Malang juga sudah menerima laporan adanya bantuan dari para pengusaha dan Bank Jatim untuk perbaikan rumah kepada warga Kabupaten Malang.

"Bantuan pembangunan masih dihitung, secara khusus, dari pengusaha dan perbankan sudah menyalurkan bantuan untuk menangani bangunan yang ambruk," ujar Sanusi.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan warga yang terdampak gempa akan mendapat bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Untuk korban yang rumahnya rusak berat dikucurkan bantuan sebesar Rp 50 juta, yang sedang mendapat Rp 24 juta, dan rusak ringan sebesar Rp 10 juta.

"Berikutnya sambil menunggu rumah itu selesai dibangun, kemudian ada bantuan tunggu hunian sebesar Rp 500 ribu untuk sewa rumah untuk korban yang rumahnya rusak berat dan rusak sedang ke arah berat," katanya.

Mantan Menteri Sosial itu meminta informasi bantuan dari BNPB tersebut disampaikan langsung kepada warga terdampak gempa bumi dengan magnitudo 6,1 di Kabupaten Lumajang.

"Kami imbau kepada semua warga untuk tetap waspada terhadap ancaman gempa bumi, namun jangan panik," katanya.

Untuk penanganan dampak bencana gempa di beberapa wilayah di Jawa Timur, BNPB akan mengucurkan dana siap pakai sebesar Rp 1 miliar.  Uang itu akan disalurkan ke masing-masing daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.

“Kami akan menyalurkan dana siap pakai untuk membantu dapur lapangan sebesar Rp1 miliar. Akan disalurkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui BPBD,” kata Kepala BNPB Letjend Doni Monardo di Ampelgading, Kabupaten Malang, Minggu, 11 April 2021.

Doni menambahkan pihaknya tidak hanya menyiapkan bantuan dana sebesar Rp1 miliar, tetapi juga telah melakukan langkah lain mengenai rumah warga yang rusak sedang dan ringan. Pembangunan bisa dilakukan secara swakelola, dengan pendanaan yang diajukan ke BNPB.

Bantuan untuk pembangunan rumah tersebut, jelas dia, bisa diperoleh dengan cara pemerintah daerah mengajukan pendanaan kepada BNPB dengan menyertakan nama dan alamat warga, termasuk Nomor Induk Kependudukan (NIK).

"Itu bisa dibangun secara swakelola. Sebelum diusulkan, pemerintah daerah harus mencantumkan daftar nama di desa atau kelurahan,” kata Doni

Ia menegaskan, jumlah bantuan untuk pembenahan rumah terdampak gempa Malang nominalnya berbeda-beda, tergantung tingkat kerusakan. Untuk rumah yang rusak berat, pemerintah pusat menyiapkan dana stimulan Rp 50 juta, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak ringan sebesar Rp10 juta.

Doni menambahkan untuk rumah yang mengalami rusak berat, juga akan mendapatkan bantuan tenaga dari unsur TNI/Polri, serta Kementerian PUPR, untuk melakukan pembangunan. Ia mengharapkan, perbaikan rumah dengan kerusakan sedang dan ringan akibat gempa Malang bisa dilakukan secepat mungkin.

Ia juga mengingatkan, pantai selatan Jawa termasuk salah satu wilayah yang berisiko tinggi terkena gempa. Karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tetap tenang.

Program pelatihan terkait langkah antisipasi bencana yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang dibantu BMKG, BNPB serta Basarnas didukung TNI dan Polri harus lebih sering dilakukan. "Bukan untuk membuat warga panik, tetapi ini bagian dari kesiapsiagaan dan kewaspadaan kita," ujar Doni.

Doni berharap warga yang tinggal di kawasan rawan bencana, harus mendapatkan pelatihan dan edukasi agar bisa mempersiapkan diri pada saat terjadi bencana. “Kewaspadaan, kesiapsiagaan masyarakat harus dibangun dari masyarakat sendiri. Kepemimpinan kepala desa, ketua RT, RW ini penting, sehingga bisa mengajak masyarakat lebih siap menghadapi risiko yang terjadi," kata Doni.