Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan keterangan terkait bencana yang terjadi di berbagai daerah di Tanah Air hingga 14 April 2021.
Salah satunya BNPB mencatat, Indonesia memiliki hampir 75.000 desa. Dari total tersebut, 53.000 desa di antaranya berada di kawasan rawan bencana.
"Ternyata cukup mengagetkan kita semua karena hampir 75.000 desa yang ada di Indonesia, saat ini 53.000 desa atau kelurahan berada di daerah rawan bencana," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan, Rabu, 14 April 2021.
Advertisement
Menurut dia, BNPB pun telah melakukan pemetaan terhadap desa-desa yang memang rawan beragam bencana.
"Lebih dari 51 juta keluarga di Indonesia tinggal di daerah rawan bencana," ucap Lilik.
Selain itu, BNPB mencatat, sebanyak 1.118 bencana terjadi di berbagai daerah di Tanah Air dalam kurun 1 Januari-14 April 2021.
Berikut 5 pernyataan terkini BNPB terkait bencana yang terjadi di Indonesia belakangan ini dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
53.000 Desa di Indonesia Berada di Kawasan Rawan Bencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, Indonesia memiliki hampir 75.000 desa. Dari total tersebut, 53.000 desa di antaranya berada di kawasan rawan bencana.
"Ternyata cukup mengagetkan kita semua karena hampir 75.000 desa yang ada di Indonesia, saat ini 53.000 desa atau kelurahan berada di daerah rawan bencana," ujar Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan, Rabu, 14 April 2021.
Advertisement
Sebut 51 Juta Keluarga Indonesia Tinggal di Daerah Rawan Bencana
Lilik menyebut, BNPB telah melakukan pemetaan terhadap desa-desa yang rawan beragam bencana.
Hasil pemetaan menunjukkan, 5.744 desa berada pada kawasan rawan tsunami, 45.973 desa rawan gempa bumi dan 2.160 desa rawan gunung api.
Kemudian, 34.716 desa rawan longsor, 37.497 desa rawan kebakaran hutan dan lahan, 41.236 desa rawan kekeringan serta 47.430 desa rawan banjir.
"Lebih dari 51 juta keluarga di Indonesia tinggal di daerah rawan bencana," ucap Lilik.
Buat Konsep Desa Tangguh
Menurut Lilik, BNPB telah mengusung konsep desa tangguh untuk mengantisipasi bencana. Melalui konsep ini, desa tangguh bencana harus melaporkan kondisi daerahnya masing-masing dengan rapor Penilaian Ketangguhan Desa (PKD).
"Ini yang dilakukan awal sebelum BNPB, BPBD mengintervensi ketangguhan yang ada di desa tersebut," kata dia,
Lilik menjelaskan, ada lima indikator penilaian ketangguhan sebuah desa. Pertama, kualitas dan akses layanan dasar. Kedua, dasar sistem penanggulangan bencana. Ketiga, pengelolaan risiko bencana.
"Keempat, kesiapsiagaan darurat. Dan kelima kesiapsiagaan pemulihan yang ada di masing-masing desa," tandas Lilik.
Advertisement
Catat 1.118 Bencana di Tanah Air hingga 14 April 2021
BNPB mencatat sebanyak 1.118 bencana terjadi di berbagai daerah di Tanah Air dalam kurun 1 Januari-14 April 2021.
Berdasarkan keterangan dari BNPB di Jakarta, Rabu, 14 April 2021, kejadian bencana alam yang paling banyak melanda adalah bencana banjir, diikuti dengan puting beliung dan tanah longsor.
Rincian bencana alam tersebut, yakni 473 kejadian banjir, 305 peristiwa puting beliung, 217 kejadian tanah longsor, 17 kejadian gempa bumi, 90 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), satu peristiwa kekeringan, dan 15 kejadian gelombang pasang dan abrasi.
Akibat bencana alam tersebut, 4.901.400 orang terdampak dan mengungsi, sedangkan 472 jiwa meninggal dunia dan 60 orang hilang serta 12.872 jiwa luka-luka.
Sementara itu, bencana alam mengakibatkan 137.719 unit rumah rusak yang terdiri atas 24.987 unit rumah rusak berat, 25.926 unit rumah rusak sedang, dan 86.806 rumah rusak ringan.
Selain itu, 2.547 fasilitas umun rusak yang meliputi 1.316 fasilitas pendidikan, 926 fasilitas peribadatan, 305 fasilitas kesehatan, 402 kantor, dan 297 jembatan rusak.
Bencana Terbanyak di Jabar
Selain bencana alam, pada 13 April 2020 pemerintah menetapkan penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional nonalam.
Jumlah kejadian bencana terbanyak terdapat di Jawa Barat (284), disusul Jawa Timur (157), Jawa Tengah (156), dan Aceh (76).
(Cinta Islamiwati)
Advertisement