Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengaku khawatir perilaku warga usai mendapat hasil tes negatif rapid antigen. Hasil tersebut dianggap menjadi indikator utama terbebas dari Covid-19, dan menurunkan upaya pencegahan penularan.
"Kami khawatir warga kita begitu dites rapid antigen negatif terus mereka bisa tenang ini yang sedikit membuat kita khawatir," ujar Widya dalam diskusi virtual yang dikutip pada Sabtu (17/4/2021).
Widya meminta warga jangan terlena. Sebab, hasil tes utama dan menjadi rujukan seseorang dinyatakan positif atau negatif dari Covid-19 adalah tes menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Advertisement
Di Jakarta, ujar Widya, Dinas Kesehatan melakukan testing dengan dua metode yaitu PCR dan rapid antigen. Adanya tes berdasarkan antigen berdasarkan kebijakan pemerintah pusat yang membolehkan screening awal menggunakan rapid antigen.
Meski demikian, Widya menegaskan jumlah kapasitas testing PCR lebih banyak dibanding rapid antigen. Dalam satu pekan terakhir, testing PCR di Jakarta mencapai 6.988 orang, sedangkan rapid antigen berjumlah sekitar 3.000 orang.
Widya juga mengingatkan, menurunnya kualitas protokol kesehatan di masyarakat dapat berdampak dengan penambahan jumlah kasus. Sebab selama 2 pekan terakhir, ia menyebutkan kasus harian di Jakarta mengalami tren peningkatan.
"Harian kita sudah mulai peningkatan 200, 200, khawatir nanti bergerak terus," kata Widya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Protokol kesehatan ketat
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, tren tertinggi kasus aktif di DKI terjadi pada Januari-Februari di angka 25.000 lebih pasien isolasi di rumah sakit atau tempat-tempat isolasi yang disediakan pemerintah. Memasuki Maret, tren kasus aktif mulai menurun drastis di angka 6.988 kasus.
Merujuk data tersebut, Widya mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan tetap diterapkan secara ketat. Sebab, pengabaian upaya pencegahan penularan Covid-19 dapat berdampak kembali meningkatkan kasus.
Ia menambahkan, tingginya jumlah kasus aktif juga disebabkan dari kapasitas testing DKI. Per minggu, kata Widya, DKI melakukan tes dengan metode polymerase chain reaction (PCR) 68.000 lebih. Angka itu, melebihi standar dari WHO.
"Angka ini melebihi angka WHO tetapi 68.000 tadi memang menurun meskipun masih tinggi menurut standar WHO tetapi untuk standard DKI sendiri kita biasa pernah di posisi 90 ribu," ucapnya.
Â
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka
Advertisement