Liputan6.com, Jakarta Siklon tropis Seroja yang menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal April 2021 tak hanya menyisakan kerusakan infrastruktur serta korban jiwa. Usai badai yang memporak-porandakan wilayah timur Indonesia itu, sejumlah fenomena bermunculan.
Diawali dengan munculnya sebuah pulau baru di wilayah Rote Ndao. Pulau yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai itu terlihat usai badai menghantam. Selang sehari kemudian, sebuah danau terlihat di Kota Kupang, yang diikuti dengan munculnya sejumlah mata air.
Baca Juga
Warga sendiri mengaku ketakutan jika air di danau yang makin hari kian tinggi akan merendam wilayah sekitar. Namun, ahli gempa dan seismologis dari ITB Bandung, Wahyu Triyoso menampik ketakutan itu.
Advertisement
Menurutnya, fenonema di Kota Kupang adalah hal yang biasa terjadi dan sangat logis jika melihat apa yang terjadi belakangan. Dengan melihat bentuk tanah dan kemudian adanya bencana badai siklon tropis, terbentuknya danau itu wajar saja.
"Menurut hemat saya, secara geomorfologi dilokasi itu sudah punya bakat semacam cekungan, begitu ada air tumpah maka terjadi (danau). Apalagi menurut informasi itu bekas sawah, berarti memang punya bakat dihuni air limpahan dari langit yang turun mendadak banyak. Jadi itu sifatnya temporer menurut saya," ujar Wahyu kepada Liputan6.com, Senin (19/4/2021).
Karena curah hujannya yang memang tinggi, lanjut dia, bisa diterima kalau daratan menjadi jenuh dan air terkumpul di wilayah cekungan yang tak bisa lagi mengurai tumpahan air dari langit itu.
"Itu kan tidak biasa, mendapat debit air yang luar biasa dan dijatuhkan begitu, tidak langsung terserap, kan pori-pori tanah punya kapasitas jenuh daya resap, jadi bukan sesuatu yang aneh, itu wajar," ujar peraih gelar PhD dari Tokyo University itu.
Selain itu, dia mengatakan juga mengetahui soal munculnya sejumlah mata air di danau tersebut serta rumah warga di sekitar danau. Hal ini pun menurut dia tetap bisa dijelaskan dan merupakan peristiwa biasa.
"Saya sempat baca, tapi itu sepertinya air tanah yang di bawah yang ikut naik, artinya masih dalam logika dengan model hidrologi atau hidrogeologi. Saya pikir masih seperti ilmu fisika begitu," jelas Wahyu.
Sementara terkait dengan munculnya pulau baru, dia menilai itu tak berhubungan dengan gempa. Sama halnya dengan tak ada hubungannya antara siklon tropis dengan kegempaan.
"Kalau hemat saya, (pembentukan pulau baru) bukan kaya pelepasan energi gempa. Kalau itu cukup permanen, usia (pulau) bisa puluhan tahun," ujar Wahyu.
Sebenarnya, lanjut dia, untuk mengetahui soal terbentuknya pulau itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan pemetaan morfologi yang sudah diinisiasi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulu bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
"Kalau pemerintah memanfaatkan peta dari Badan Informasi Geospasial (BIG), maka daerah mana yang akan ada siklon, daerah kantong daerah rendah bisa muncul seperti yang sekarang. Jadi bisa diantisipasi," Wahyu menandaskan.
Â
Â
Â
Sementara itu, peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mudrik Rahmawan Daryono mengatakan belum bisa bicara banyak karena belum melihat langsung pulau yang baru terbentuk itu.
"Saya belum melihat langsung, jadi belum bisa bicara banyak. Bisa macam-macam penyebabnya sehingga harus dilihat langsung. Misalnya, bisa jadi karena tektonik," ujar Mudrik kepada Liputan6.com, Senin (19/4/2021).
Kemungkinan penyebab lainnya, lanjut dia, karena pulau yang terbentuk itu di perairan, maka bisa jadi pula karena adanya perpindahan pasir. Namun, dia tetap tak mau berspekulasi sebelum datang langsung ke lokasi.
"Kalau di pinggir pantai seperti itu bisa karena proses perpindahan pasir, karena musim abrasi pantai itu hal yang biasa. Tapi kalau yang kemarin belum bisa disebut seperti itu kalau belum diteliti langsung," tegas Mudrik.
"Setahu saya, kalau ada fenomena seperti itu, teman-teman dari Badan Geologi akan mengirimkan tim untuk rapid assessment," dia memungkasi.
Yang jelas, fenomena munculnya pulau baru seperti terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sesuatu yang lazim terjadi. Bahkan, hasil survei global yang dilakukan para peneliti dari Duke University and Meredith College di Raleigh N.C. pada 2011 menyatakan bahwa Bumi memiliki 657 pulau baru akibat endapan.
Para peneliti tersebut mengidentifikasi sebanyak 2.149 pulau akibat endapan di seluruh dunia dengan menggunakan citra satelit, peta topografi dan tabel navigasi. Jumlah baru itu jauh lebih banyak daripada 1.492 pulau yang diidentifikasi dalam survei 2001, yang dilakukan tanpa bantuan citra satelit.
Pulau akibat endapan tersebut seringkali terbentuk sebagai rantai endapan pasir dan sedimen sempit, rendah dan panjang di lepas pantai, yang sejajar dengan satu pantai tapi terpisah dari pantai dengan teluk, muara dan laguna.
Tak seperti lahan tetap, pulau akibat endapan itu muncul, hilang, berpindah dan terbuat lagi pada waktu lain sebagai akibat dari gelombang, ombak dan arus serta proses fisik lain di lingkungan samudra bebas.
Semua pulau tersebut ditemukan di sepanjang semua benua kecuali Kutub Selatan dan di semua samudra, dan pulau akibat endapan itu terdiri atas rata-rata 10 persen garis pantai benua di Bumi.
Bumi belahan utara adalah tempat bagi 74 persen pulau akibat endapan tersebut. Pulau akibat endapan membantu melindungi pantai daratan utama yang rendah terhadap erosi dan kerusakan akibat badai, dan dapat jadi habitat penting margasatwa.
Negara yang memiliki lebih banyak pulau akibat endapan adalah Amerika Serikat. AS memiliki 405 pulau endapan termasuk pulau akibat endapan di sepanjang garis pantai Kutub Utara di Alaska.
"Ini memberi bukti bahwa pulau akibat endapan memang ada di setiap iklim dan di setiap gabungan ombak-arus," kata anggota tim studi tersebut, Orrin H. Pilkey, dari Duke University.
"Kami menemukan di mana pun ada potongan datar tanah di sebelah pantai, pasokan pasir yang cukup, gelombang yang cukup untuk memindahkan pasir atau endapan, dan peningkatan permukaan air laut belakangan ini yang membuat garis pantai jadi bengkok, maka pulau akibat endapan tentu ada," kata Orrin Pilkey.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pulau dan Danau Baru
Sebuah pulau tiba-tiba saja muncul usai terjangan siklon tropis Seroja di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau baru tersebut berada di wilayah Dusun Sai, Desa Tolama, Kecamatan Loaholu, Kabupaten Rote Ndao.
Pulau kecil di perairan Rote Ndao itu pertama terlihat oleh warga pada Minggu, 4 April 2021. Warga pun telah mengukurnya dengan cara berjalan di atas gundukan tanah yang berupa pasir dan batu itu. Panjangnya sekitar 150 langkah dan hanya 200 meter dari bibir pantai.
Menurut Sekretaris Daerah NTT, Marius Ardu Jelamu, munculnya pulau tersebut pas sekali saat Paskah, sehingga banyak masyarakat yang ingin menamainya dengan Pulau Paskah.
Namun, Pemprov NTT sendiri menganggap biasa adanya fenomena ini. Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi mengatakan, cuaca ekstrem hingga bencana di wilayahnya menyebabkan kemunculan beberapa pulau baru.
Menurutnya, fenomena kemunculan pulau baru sering terjadi. Bahkan, sebelum bencana banjir dan longsor tempo hari, beberapa kali muncul daratan baru.
"Banyak sekali pulau yang begitu hujan, dia tenggelam tapi begitu airnya surut dia muncul kembali, tapi itu perlu penelitian lebih lanjut," kata Josef saat konferensi pers secara daring, Rabu (14/4/2021).
Dia tak memungkiri isu kemunculan pulau baru tengah merebak di NTT. Bahkan tak hanya satu, pulau baru disebut muncul di beberapa lokasi, salah satunya di Kabupaten Rote Ndao.
"Ada isu yang berkembang di seluruh Indonesia bahwa akibat siklon tropis seroja ini ada pulau yang muncul di NTT ada beberapa pulau, ada tanah yang nongol di atas permukaan laut," kata dia.
Meski begitu, Pemprov NTT tak ingin langsung mengklaim daratan yang baru muncul itu sebagai pulau baru. Sebab kata dia, perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa daratan baru itu sebagai pulau baru yang muncul setelah terjadi bencana.
"Tapi ini kita mesti uji dulu apakah ini memang akibat dari bencana yang kemarin atau memang biasa ada di NTT ini," kata dia.
Tak hanya itu, badai siklon tropis Seroja yang melanda NTT juga berdampak pada munculnya satu danau baru seluas dua hektare di RT14/RW06, Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, tepat sehari setelah munculnya pulau baru di Rote Ndao.
"Danau ini mulai terbentuk saat badai siklon tropis Seroja melanda daerah ini. Pada Senin (5/4/2021) pagi kami melihat air semakin meluas dan mengenangi seluruh lahan pertanian milik petani. Luasan genangan air semakin meluas," kata Hendrik Lasa, warga RT14/RW06, Kelurahan Sikumana di Kupang, Minggu (18/4/2021).
Ia mengaku pada lahan yang telah terbentuk menjadi danau itu sebelumnya digunakan sebagai lahan pertanian milik warga untuk menanam palawija.
Akibat adanya danau itu, seluruh tanaman pertanian seperti jagung, kacang, buncis dan kelapa yang siap panen semua tengelam air danau yang baru terbentuk itu.
Henrik Lasa mengatakan, setelah puluhan tahun berdomisili di kawasan itu belum pernah mengalami peristiwa seperti ini.
"Kejadian ini baru pertama kali terjadi sehingga kami sangat kwatir akan munculnya bencana baru karena ketinggian air terus bertambah," katanya seperti dikutip Antara.
Menurut dia, ketinggian air danau terus bertambah karena air yang mengalir dari mata air Tangkolo dan sumber mata air baru di kawasan itu semakin banyak.
"Ada belasan sumber mata air baru yang muncul disekitar danau ini sehingga ketinggian air terus bertambah. Kami khawatir bisa berdampak luas dan menimbulkan bencana baru ke kawasan pemukiman warga di Sikumana apabila air danau ini terus bertambah tinggi," kata Hendrik Lasa.
Sementara itu Batz Sebaneno (38), warga setempat lainnya mengatakan sejak danau ini terbentuk pada dua pekan lalu sejumlah sumber mata air baru muncul dalam rumah penduduk.
"Kami sudah tidak bisa masak dalam dapur karena air muncul dalam rumah sejak danau ini terbentuk. Bahkan di depan rumah kami juga ada muncul sumber mata air baru," katanya.
Â
Advertisement
Deretan Pulau Baru di Dunia
Tak ada yang aneh dengan kemunculan pulau dan danau baru di Nusa Tenggara Timur (NTT) usai wilayah itu dihantam badai siklon tropis Seroja. Tak hanya Indonesia, ratusan pulau baru sudah terbentuk di seluruh dunia sejak dulu.
Berikut beberapa pulau baru yang muncul dan tercatat di sejumlah negara dan kawasan dengan segala keunikannya yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Nishinoshima, Jepang
Pulau Nishinoshima yang berada di Selatan Tokyo, Jepang dilahirkan oleh aktivitas vulkanik gunung berapi bawah laut samudera Pasifik. Pulau itu terbentuk dari material vulkanik yang terus keluar sehingga terjadi timbunan pasir dan bebatuan.
Para ahli vulkanologi Jepang mengklaim suhu bebatuan itu berkisar hingga 1.000 derajat Celsius. Pulau itu ditemukan oleh pesawat Penjaga Pantai Jepang pada November 2013.
Pulau yang awalnya bernama Niijima ini terletak sekitar 300 meter sebelah tenggara pulau Nishinoshima yang tak berpenghuni, yang berada di wilayah Ogasawara.
Pulau yang tergabung terus tumbuh saat lava mengalir ke segala arah. Pada Maret 2014, pulau itu sudah tiga kali lipat dari ukuran sebelumnya dan masih meluas pada Oktober 2015.
2. Hunga Tonga, Oseania
Pada akhir 2014, satelit NASA melihat sebuah pulau baru yang muncul di Pasifik Selatan. Pulau yang dilahirkan oleh letusan gunung bawah laut itu berada di antara dua pulau tua di Kerajaan Tonga, Oseania.
Oleh penduduk setempat, pulau baru ini disebut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai. Ilmuwan NASA menyatakan pulau berusia enam tahun itu merupakan pulau pertama di Bumi, sejak adanya satelit dan radar yang mampu menghasilkan gambar resolusi tinggi.
Material yang ditemukan di pulau tersebut berupa lumpur yang lengket. Material hasil erupsi yang sudah berinteraksi dengan air tentu akan berkurang kepadatannya, apalagi tingkat abrasi yang tinggi juga dapat memicu hilangnya pulau muda tersebut.
Menurut jurnal Monitoring and Modelling the Rapid Evolution of Earth’s Newest Volcanic Island: Hunga Tonga Hunga Ha’apai hasil erupsi Surtseyan yang membentuk daratan diprediksi hanya mampu bertahan beberapa bulan. Namun, kenyataannya, Pulau Hunga Tonga masih ada sampai saat ini.
3. Gunung Laut Loihi, Hawaii
Kawasan ini belum terbentuk sebagai pulau. Tapi gunung berapi bawah laut aktif yang disebut Loihi ini bisa menjadi bagian daratan baru berikutnya di Hawaii dalam beberapa milenium.
Gunung Laut Loihi terletak di dekat Pulau Besar Hawaii dan menjulang sekitar 3.000 meter dari dasar laut (lebih tinggi dari Gunung St. Helens, Washington, Amerika Serikat, sebelum meletus pada tahun 1980).
Seperti semua pulau di Hawaii, Loihi adalah gunung berapi titik panas, artinya gunung berapi ini terbentuk oleh area dengan panas tinggi di bawah kerak bumi, bukan di sepanjang batas lempeng tektonik seperti gunung berapi lainnya.
Sementara masih 3.000 meter di bawah permukaan laut, aktivitas vulkanik reguler dan aliran lava baru perlahan-lahan membangun ketinggian Loihi dengan kecepatan sekitar sepersepuluh meter per tahunnya.
4. Pulau Pasir, Carolina Utara AS
Dengan panjang sekitar 1,6 kilometer dan lebar 146 meter, pulau pasir yang terletak di luar Pantai Buxton, Carolina Utara ini merupakan bagian dari Cape Hatteras National Seashore. Meski pulau ini indah, Presiden Cape Hatteras National Seashore Bill Smith mengklaim pulau ini berbahaya.
Pulau ini merupakan area pancing sehingga ditakutkan ada kail pancing yang tertinggal dan melukai orang. Selain itu, ikan pari dan hiu suka berada di dekat pulau ini karena adanya sungai kecil di antara pulau dan daratan sepanjang 15 meter dengan arus yang kuat.
Pulau ini diduga terbentuk karena arus dan badai yang secara konstan mengubah pulaunya. Dengan pengaruh kekuatan arus dan badai, kemungkinan pulau pasir tersebut dapat makin besar atau tenggelam di bawah ombak selama satu atau dua tahun lagi.
5. Pulau Sholan dan Jadid, Yaman
Setelah letusan gunung berapi bawah laut selama 25 hari yang eksplosif di Laut Merah pada tahun 2011, satu pulau kecil bernama Sholan muncul di Kepulauan Zubair, rantai kecil pulau vulkanik antara Afrika dan Semenanjung Arab yang masuk wilayah Yaman.
Menurut sebuah laporan di Scientific American, Laut Merah adalah sarang aktivitas seismik dan vulkanik yang dibentuk oleh retakan besar di kerak bumi, di mana dua lempeng tektonik terpisah hampir setengah inci dalam setahun.
Pada 2013, pulau lain bernama Jadid muncul di dekatnya setelah letusan 54 hari.
Kedua pulau tersebut telah menyusut karena erosi dari gelombang dan unsur-unsurnya.
6. Norderoogsand, Jerman
Pada tahun 2003, para peneliti melihat gundukan pasir kecil tumbuh 16 mil di lepas pantai Jerman di Laut Utara.
Dalam 10 tahun, pulau itu muncul sebagai pulau seluas 34 hektare, sudah menjadi rumah bagi 50 spesies tumbuhan berbeda dan beberapa jenis burung, termasuk angsa abu-abu dan elang peregrine.
Pulau yang masih muda, Norderoogsand, tidak biasa karena sebagian besar gumuk pasir di perairan pesisir Laut Utara yang dangkal gagal bertahan dari badai musim dingin yang ganas.
Sebuah artikel di The Telegraph memperingatkan bahwa badai besar masih bisa menghapus Norderoogsand.
7. Tugtuligssup Sarqardlerssuua, Greenland
Selama 60 tahun terakhir, Gletser Steenstrup di barat laut Greenland telah menyusut lebih dari enam mil, sebagian karena perubahan iklim.
Pencairan tersebut telah memunculkan beberapa pulau baru, yang terbaru pada tahun 2014, menurut American Geophysical Union.
Para peneliti percaya pulau itu -dinamai dari gunung yang disebut Tugtuligssup Sarqardlerssuua yang berada di atasnya- mungkin telah membantu menambatkan gletser di tempatnya.
Sekarang Steenstrup menyusut lebih cepat, menghasilkan lebih banyak pulau dan selanjutnya mengubah pantai Greenland.
8. Kavachi, Kepulauan Solomon
Sebagai salah satu gunung berapi bawah laut paling aktif di Pasifik, Kavachi meletus setiap beberapa tahun. Terletak di selatan Vangunu di Kepulauan Solomon, gunung berapi itu telah menciptakan pulau sementara setidaknya sembilan kali sejak 1939, letusan pertama yang tercatat.
Pulau terakhir yang diketahui terbentuk pada tahun 2002, tetapi terkikis oleh gelombang dalam waktu satu tahun.
Letusan pada tahun 2004, 2007 dan 2014 gagal menghasilkan pulau Kavachi baru, tetapi para peneliti baru-baru ini membuat penemuan yang benar-benar luar biasa.
Kamera bawah air menunjukkan hiu, ikan pari, dan makhluk laut tak terduga lainnya yang berkembang biak di perairan asam yang mendidih di dalam dan sekitar gunung berapi yang terendam.
9. Pulau Danau Pinto, California AS
Badai ekstrem yang dipicu oleh El Niño di California pada musim semi 2016 menyebabkan penampakan aneh di Danau Pinto. Sebut saja kelahiran pulau yang memisahkan diri.
Separuh hektare lahan basah yang ditutupi dengan pepohonan dan rerumputan patah dan mengambang di tepian di danau seluas 120 hektare itu, menurut sebuah laporan di Santa Cruz Sentinel.
Pejabat bahkan menjuluki fenomena tersebut sebagai "Pulau Roomba yang terapung" dan para ahli lingkungan berharap akarnya akan membantu menyerap nutrisi dari pupuk yang menyebabkan banyak ganggang beracun di danau itu berkembang biak.
Untuk saat ini pulau misterius itu tampaknya telah terjepit di tepi sungai dan mungkin tetap di sana atau akhirnya membusuk.
10. Zalzala Koh, Pakistan
Gempa dahsyat berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR) melanda Provinsi Baluchistan di Pakistan pada 24 September 2013, menyebabkan 270 orang tewas dan ribuan rumah rata dengan tanah. Bencana alam itu juga melahirkan pulau bundar kecil di lepas pantai dekat kota pelabuhan Gwadar.
Menurut para peneliti, pulau itu adalah gunung lumpur, terbentuk dari emisi gas metana yang mendorong ke atas sebagian dasar laut yang berlumpur dan berbatu.
Disebut secara lokal sebagai Zalzala Koh (Gunung Gempa) atau Zalzala Jazeera (Pulau Gempa), daratan kecil itu diperkirakan akan menghilang dengan cepat setelah gas di bawah mendingin dan erosi dari gelombang laut.
11. Pulau Shelly, Segitiga Bermuda
Salah satu pulau baru yang kemunculannya membuat gempar dunia sebab muncul di wilayah yang terkenal dengan keangkerannya.
Pulau Shelly muncul di wilayah Segitiga Bermuda yang terkenal karena kerap menjadi lokasi hilangnya pesawat terbang.
Banyak orang yang takut mendatangi pulau tersebut, selain karena berada di kawasan Segitiga Bermuda, juga karena fakta banyaknya hiu di sekitar pulau baru tersebut.
12. Pulau Niijima, Jepang
Terletak tepat di kawasan cincin api, Pulau Niijima kerap mengeluarkan asap, abu, dan lava sebagi bentuk aktivitas vulkanik dari gunung bawah laut yang melahirkannya.
Pulau yang lahir pada November 2013 ini terletak di wilayah Kepulauan Bonin, 1.000 km dari Tokyo.
Menariknya, berdasarkan citra satelit Operational Land Imager atau Landsat 8 pada 30 Maret 2014, Pulau Niijima "memakan" tetangganya, Nishino-shima. Bahkan kini keduanya bak menyatu menjadi satu pulau.
13. Pulau Ferdinandea
Kisah Pulau Ferdinandea sendiri dimulai pada Juli 1831, selepas terjadinya letusan gunung api di kawasan Laut Mediterania.
Dipicu posisinya yang berada di antara Sri Lanka dan Tunisia, pulau ini pun akhirnya menjadi rebutan kedua negara tersebut.
Menariknya, rebutan tersebut terkadang berhenti dengan sendirinya untuk kemudian terjadi kembali karena 'kebiasaan' Pulau Ferdinandea yang muncul dan tenggelam selama beberapa kali.
14. Pulau Surtsey, Islandia
Dikutip dari laman World Heritage Convention UNESCO, whc.unesco.org, Surtsey adalah sebuah pulau vulkanik yang berlokasi sekitar 32 km dari pantai selatan Islandia.
Pulau tersebut adalah pulau baru yang dibentuk oleh letusan gunung berapi yang terjadi dari tahun 1963 hingga 1967. Pulau itu pun telah dilindungi sejak terbentuk, menyediakan dunia dengan laboratorium alam murni.
Bebas dari aktivitas manusia, Surtsey telah menghasilkan informasi jangka panjang yang unik tentang proses kolonisasi tanah baru oleh tumbuhan dan hewan.
Sejak mulai mempelajari pulau itu pada tahun 1964, para ilmuwan telah mengamati kedatangan benih yang dibawa oleh arus laut, munculnya jamur, bakteri dan jamur, diikuti pada tahun 1965 oleh tumbuhan vaskular pertama, yang mana terdapat 10 spesies pada akhir dekade pertama.
15. Pulau Uunartoq Qeqertaq, Greenland
Jika Anda belum pernah mendengar tentang Uunartoq Qeqertaq, mungkin karena itu salah satu pulau terbaru di dunia. Muncul pada tahun 2006 di lepas pantai timur Greenland, 340 mil sebelah utara lingkaran Arktik ketika es menyusut karena pemanasan global.
Nama pulau baru, yang diterjemahkan dari Inuit sebagai Pulau Pemanasan, dianggap cukup permanen oleh pembuat peta untuk dimasukkan dalam edisi baru atlas terlengkap di dunia.