Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait polemik Vaksin Nusantara yang dikembangkan eks Menteri Kesehatan Terawan. Jokowi meminta semuanya diselesaikan dengan mekanisme ilmiah.
"Sudahlah. Ini kan urusan ilmiah, biarlah sesuai dengan mekanisme ilmiah. Mestinya perdebatannya itu perdebatan ilmiah," kata Jokowi di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Dia melihat banyak pihak dari berbagai bidang keilmuan ikut mengomentari Vaksin Nusantara dan kemudian menggelinding menjadi polemik.
Advertisement
"Ini masak politikus ngurusin vaksin, lawyer ngurusin vaksin, apa urusannya?" ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan, kendati ada polemik terkait dugaan cacat prosedur dalam riset ilmiah Vaksin Nusantara, menurut dia, setiap penelitian ada tahapan-tahapannya.
"Diikuti saja (tahapannya). Ini ramai banget, ada yang dukung BPOM-lah, ada yang dukung Pak Terawan-lah," ujar Jokowi.
Saat disinggung Jokowi akan berpihak ke mana, mantan Gubernur DKI Jakarta itu tegas menjawab, "Saya dukung riset," dia menandaskan.
Saksikan Video Terkait Berikut Ini:
Selesaikan lewat Jalur Ilmiah
Kontroversi Vaksin Nusantara yang tengah terjadi, menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, harus bisa dibicarakan pada tataran ilmiah. Apalagi perdebatan-perdebatan soal vaksin berbasis sel dendritik ini bersifat saintifik.
"Saya bukan ahlinya, tapi dari yang saya pelajari, vaksin ini--termasuk Vaksin Nusantara--sifatnya sangat scientist, sangat ilmiah," ucap Budi dalam forum diskusi pada Minggu, 18 April 2021 malam.
"Jadi, tolong dibicarakan pada tataran ilmiah, seperti seminar, jurnal-jurnal ilmiah. Itu sangat 'oke' untuk berdebat, terlebih lagi di jurnal ilmiah. Tapi dilakukan juga oleh ilmuwan-ilmuwan."Â
Ranah ilmiah dinilai cocok untuk saling tukar informasi, berdiskusi sekaligus perdebatan mengenai pengembangan Vaksin Nusantara. Para ilmuwan juga dapat menyuarakan pandangan secara keilmiahan.
"(Perdebatan Vaksin Nusantara) Jangan dilakukan pada tataran media atau tataran politik. Saya pikir enggak cocok. Biarkan para ilmuwan berdebat pada tataran ini (ilmiah)," imbuh Budi Gunadi.
Advertisement
Temuan Terawan
Mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto memprakarsai Vaksin Nusantara. Vaksin ini dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi, Semarang.
Terawan mengklaim vaksin yang disebut AV-Covid-19 ini merupakan solusi bagi para pengidap komorbid berat serta orang yang memiliki autoimun karena sel dendritik bersifat personalized atau menyesuaikan kondisi setiap pasien. Dia juga mengklaim vaksin Nusantara sangat aman karena sifatnya individual.
Eks Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto ini mengungkapkan bahwa sebenarnya dia sudah mengembangkan sel dendritik sejak tahun 2015 di Cell Center RS Karjadi, Semarang. Hasil penelitiannya juga sudah diunggah ke Jurnal Internasional, namun pada saat itu dikembangkan dan diteliti untuk penyakit kanker.
"Ini terus berkembang, lalu ketika ada ide dendritik vaksin untuk Covid-19, kami lakukan uji binatangnya melalui pihak ketiga di Amerika sehingga ini bisa berjalan baik dan membuat kami mantap (untuk kembangkan)," kata Terawan beberapa waktu lalu.
Terawan mengatakan vaksin yang merupakan hasil kerja sama Aivita Biomedical dari Amerika Serikat, Universitas Diponegoro dan RSUP dr Kariadi Semarang ini sudah melewati uji klinis tahap pertama.
Sikap BPOM
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito sempat menyoroti kaidah medis dalam pelaksanan penelitian dalam rapat kerja bersama komisi IX DPR yang dilihat Kamis, 11 Maret 2021 lalu.
"Pemenuhan good clinical practice juga tidak dilaksanakan dalam penelitian ini," kata Penny.
Penny mengatakan, izin pelaksanaan uji klinik fase 1 dikeluarkan oleh RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Namun, pelaksanaan penelitian malah dilakukan di RSUP dr Kariadi Semarang.
Meski begitu, BPOM tidak menghentikan Vaksin Nusantara. BPOM justru meminta Tim Peneliti Vaksin Nusantara memperbaiki data validitas, terutama data uji praklinik, uji klinik fase 1 hingga keamanan vaksin.
"Dalam tahap sekarang, ada berbagai aspek produksi Vaksin Nusantara yang belum memenuhi proof of concept, uji klinik, keamanan, dan efektivitas vaksin, kemudian potensi antibodi belum meyakinkan," ujar Penny, Selasa, 13 April 2021.
Penny kemudian menegaskan, harus ada perbaikan dulu bila ingin Vaksin Nusantara berlanjut uji klinik fase 2.
Penegasan tersebut merespons kabar yang mencuat, bahwa uji klinik fase 2 Vaksin Nusantara tetap dilanjutkan, tanpa persetujuan izin BPOM.
Advertisement