Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan kendala pencarian korban tanah longsor yang masih hilang di Desa Muara Hutaraja, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Salah satu kendalanya yaitu lokasi terdampak bencana yang sulit untuk dijangkau alat berat.
"Lokasi terjadinya tanah longsor menyulitkan pencarian korban yang masih hilang. Perkembangan terkini, delapan orang masih diperkirakan hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/5/2021).
Baca Juga
Raditya mengungkapkan bahwa lokasi terdampak cukup terjal sehingga menyebabkan tim pencarian hanya bisa menggunakan peralatan seadanya. Dalam proses pencarian di lapangan, tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, dan unsur sukarelawan menekankan keamanan di lapangan.
Advertisement
Dia melaporkan, delapan orang masih hilang. Laporan ini dihimpun terakhir per hari Minggu (2/5) pukul 17.00 WIB.
"BPBD Tapanuli Selatan melaporkan bahwa kondisi terdampak terjal, sehingga alat berat kesulitan dalam melakukan manuver. Tim gabungan menggunakan peralatan sederhana," ujarnya.
Sementara itu, 5 warga dinyatakan meninggal akibat bencana ini. Kelima warga tersebut saat ini telah dievakuasi ke fasilitas Kesehatan setempat. Tanah longsor di Desa Muara Hutaraja ini merusak dua rumah warga.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penyebab Longsor
Berdasarkan analisis BNPB, Raditya mengatakan bahwa Kabupaten Tapanuli Selatan memang merupakan kawasan dengan potensi bahaya tanah longsor dengan kategori sedang hingga tinggi. Totalnya ada 14 yang masuk ke dalam kategori tersebut dengan luas total kecamatan sekitar 222.903 hektar.
"Salah satunya Kecamatan Batang Toru lokasi terjadinya tanah longsor ini," katanya.
Diketahui, sebelumnya BNPB menyatakan bahwa peristiwa tanah longsor kali ini dipicu oleh beberapa hal. Salah satunya hujan dengan intensitas tinggi yang berdurasi yang cukup lama pada Kamis sore (29/4) sekitar pukul 15.00 WIB. Selain faktor cuaca, pemicu lainnya, kata Raditya, disebabkan karena struktur tanah yang labil.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka.com
Advertisement