Liputan6.com, Jakarta Tes wawasan kebangsaan untuk pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuai kritik. Sebanyak 75 pegawai, 25 di antaranya adalah pengurus inti wadah pegawai KPK serta penyidik senior Novel Baswedan diduga tak lolos tes tersebut.
Salah seorang sumber di KPK yang juga peserta tes ASN mempertanyakan keterlibatan BIN, Dinas Psikologi Angkatan Darat, BNPT, BAIS dalam pembuatan soal.
Baca Juga
"Terlalu berlebihan melibatkan itu semua," ujar dia saat dihubungi, Rabu (5/4/2021).
Advertisement
Selain itu, dia menilai soal-soal tes tidak relevan dengan pemberantasan korupsi. Misalnya, terkait pandangan peserta mengenai HTI, FPI, OPM, DI TII. Padahal, tidak semua peserta beragama islam.
"Pertanyaan ada tentang HTI, FPI, OPM, DI TII, PKI. Makanya kan tidak relevan jika yang Nasrani juga mendapatkan pertanyaan seperti itu," kata dia.
Sumber tersebut kemudian mengirimkan beberapa contoh soal. Adapun 10 pertanyaan diantaranya: 1. Saya memiliki masa depan yang suram. 2. Saya hidup untuk menebus dosa-dosa masa lalu. 3. Semua orang Cina sama saja. 4. Semua orang Jepang kejam. 5. UU ITE mengancam kebebasan berpendapat. 6. Agama adalah hasil pemikiran manusia. 7. Alam semesta adalah ciptaan Tuhan. 8. Nurdin M. Top, Imam Samudra, Amrozi melakukan jihad. 9. Budaya barat merusak moral orang Indonesia. 10. Kulit berwarna tidak pantas menjadi atasan kulit putih.
Menurut dia, jawabannya bukan untuk mencari benar atau salah. Tapi lebih pada arah argumentasi.
"Tes dua hari itu tertulis dan wawancara itukan hasilnya bukan benar atau salah karena bukan pertanyaan seperti ujian, hanya pendapat saja," ujar dia.
Sumber di KPK itu menyampaikan tes tersebut seyogyanya tidak perlu diadakan. Menurut dia, pegawai yang ingin tetap kerja di KPK bisa langsung diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Jikapun ada tes itu hanya sebagai syarat saja," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ingin Jegal Pegawai yang Kritis
Sumber KPK ini menyakini tes tersebut sengaja diciptakan untuk menjegal pegawai-pegawai yang dinilai kritis di KPK. Mereka dituding seolah-olah intoleran.
Menurut dia beberapa nama yang diduga tidak lolos tes ASN adalah Andre Dhedy Nainggolan (kasatgas Penyidik), Tigor Simanjuntak (pegawai senior di Biro Hukum), Rasamala Aritonang (Kabag perundangan), dan Beniductus Siumlala (pegawai junior angkatan 11). Kemudian Hotman Tambunan (kepala Diklat) dan Samuel (pegawai junior angkatan paling muda).
Hal ini, menurut dia, semakin membuktikan bahwa tes ini upaya penyingkiran orang orang kritis di KPK, apalagi sebagian diantara mereka merupakan pengurus Oikumene dan aktif di kebaktian setiap hari Jumat.
Selain itu, ada pula Riswin yang merupakan 1 dari 2 penyidik keturunan Tionghoa beragama Budha yang bekerja di KPK juga termasuk didalamnya, pegawai menduga ini karena Riswin dikenal menangani penyelidikan kasus besar di KPK.
"Hasil tes dari nama beredar pun aneh malah orang-orang bagus disingkirkan, bahkan dibilang narasinya intoleran," ucap dia.
Advertisement