Liputan6.com, Jakarta - Pondok Pesantren (Ponpes) Nuu Waar Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) memiliki santri yang mayoritasnya berasal dari wilayah Indonesia bagian Timur. Ponpes ini berdiri sejak 2012 silam.
Santri Ponpes Nuu Waar AFKN antara lain berasal dari daerah Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi, Seram, NTB, dan NTT.
Baca Juga
Meski begitu, terdapat juga santri yang berasal dari wilayah Jawa dan Sumatera. Hal ini disampaikan oleh Mudir Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN Ustaz Abdul Qholik saat berbincang dengan Liputan6.com.
Advertisement
"Kalimantan juga ada, Jawa ada, bekasi, sekitar Jabodetabek ada. Tapi dominasinya kebanyakan dari timur," ucap Abdul.
Namun, menurut dia, jumlah santri yang berasal dari luar wilayah Timur Indonesia jumlahnya tak banyak.
"Ada paling kurang lebih 10 santri," kata Abdul.
Dijelaskan dia, hal tersebut memang sengaja dilakukan karena memang sedari awal telah menetapkan sasaran dakwahnya adalah mereka yang berasal dari Indonesia Timur.
"Karena mereka sasaran dakwahnya disini," ungkap Abdul Qholik.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Semua Santri Sekolah
Sementara itu, tak hanya untuk belajar mengaji, santri-santri juga bersekolah. Bahkan, setelah lulus tingkat SMA, pihak Ponpes akan melanjutkan pendidikan santrinya sampai dengan S1.
Santri-santri yang telah lulus tersebut akan didaftarkan di kampus yang telah melakukan kerjasama dengan Ponpes Nuu Waar AFKN yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia.
"Di semua kampus yang sudah kita kerjasama, di Surabaya, Semarang, UI, Muhammadiyah, Sumatera. Dan Jurusannya juga beragam seperti kedokteran, perawat, bidan, dan ada juga penerbangan, polisi, tentara," kata Abdul.
Ia menyebut, saat ini terdata sebanyak 750 santri yang menimba ilmu di Ponpes Nuu Waar AFKN mulai dari tingkat SMP sampai SMA.
Di luar itu, terdapat santri setingkat calon mahasiswa, mahasiswa baru, mahasiswa, dan telah selesai berkuliah, berjumlah sekitar 150 lebih santri yang menjadi tanggungjawab Ponpes ini.
Abdul Qholik mengungkapkan, sampai dengan saat ini telah ada 6.000 alumni yang telah lulus dari Ponpes Nuu Waar AFKN.
Â
Advertisement
Semangat Belajar yang Jarang Ditemukan
Menurut Abdul Qholik, usia santri paling kecil di Ponpes ini adalah sekitar 5-6 tahun. Dia menilai, semangat para santri untuk datang dari dari kampung halamannya yang jauh dengan tujuan ingin belajar merupakan suatu nilai lebih yang jarang ditemukan.
"Sekitar 5-6 tahunan yang terkecil. Artinya semangat jauh dari kampung halaman datang dengan umur yang segitu ingin belajar, itu plusnya disitu," kata Abdul Qholik.
Ia mengatakan, semangat tersebut tak hanya dimiliki oleh santri, tapi juga oleh para orangtua masinh-masing yang mengizinkan anaknya untuk belajar di Ponpes Nuu Waar AFKN ini. Hal ini membuat pengelola terus memantau semangat belajar tersebut.
"Kadang kita belum menemukan yang seperti itu kan, nyantri dengan umuran segitu, orangtuanya semangat anaknya semangat. Nah ini semangat yang harus kita ambil kita sebagai pengelola ya harus memantau," ungkap Abdul.
Â
Khataman Alquan saat Ramadhan
Abdul Qholik mengatakan, selama bulan suci Ramadhan para santri akan melakukan khataman Alquran setiap harinya hingga sebanyak 4.000 kali.
Ia mengatakan, kegiatan ini akan dilaksanakan sampai dengan tanggal 25 Ramadhan.
Selain itu, ia menyebutkan kegiatan ini juga dilakukan pada bulan Ramadhan tahun sebelumnya.
"Tahun kemarin kita khataman sampai 3.500 kali," tutup Abdul Qholik.
Â
(Dinda Permata - Syauyiid Alamsyah)
Advertisement