Sukses

Terminal Pulogebang Tolak Berangkatkan 11 Calon Penumpang Khusus

Hari pertama larangan mudik, terdapat 27 penumpang diberangkatkan dengan 11 bus. Dengan sebagian besar kota tujuan berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Hari kedua larangan mudik, Jumat 7 Mei kemarin, petugas pemeriksaan di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur menolak keberangkatan 11 calon penumpang khusus. Mereka ditolak lantaran surat keterangan yang dilampirkan tidak sesuai dengan persyaratan.

"Memang yang bersangkutan mendapat surat tugas, tapi tujuannya untuk cuti dan mudik. Tentu kami tolak," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo ditemui di Terminal Pulo Gebang di Jakarta Timur, seperti dilansir Antara, Sabtu (8/5/2021).

Sedangkan jumlah penumpang khusus nonmudik yang diizinkan berangkat mencapai 42 penumpang yang diangkut 18 bus.

Sementara, pada hari pertama larangan mudik, Kamis, 6 Mei kemarin ada 27 penumpang diberangkatkan dengan 11 bus. 

Dia menambahkan pada hari pertama larangan mudik, Kamis (6/5) terdapat 27 penumpang diberangkatkan dengan 11 bus. Dengan sebagian besar kota tujuan berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Sementara itu, berdasarkan data Terminal Pulo Gebang, hingga pukul 09.40 WIB, Sabtu ini jumlah penumpang yang berangkat mencapai lima orang dengan dua bus. 

Sedangkan penumpang yang ditolak mencapai empat orang karena persyaratan kurang lengkap.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Harga Tiket Bus Lebih Mahal

Sedangkan jumlah kedatangan penumpang khusus non mudik dari 6-7 Mei 2021, pukul 24.00 WIB, tercatat mencapai 60 orang yang diangkut 21 bus.

Sementara itu, dari pantauan Antara hingga pukul 11.30 WIB, terminal keberangkatan di Pulo Gebang masih sepi dari penumpang. Hanya terlihat beberapa penumpang yang bersiap untuk berangkat. Salah satunya Arief Abidin menuju Yogyakarta karena alasan dinas.

Ia mengaku membeli tiket bus dengan harga lebih tinggi mencapai Rp 310 ribu dibandingkan hari biasa mencapai kisaran Rp 150 ribu.

Namun, ia mengakui harga tersebut wajar mengingat penumpang yang diangkut sedikit dibandingkan biaya operasional yang lebih besar.

"Wajar saja harganya lebih mahal karena kan yang diangkut sedikit," kata Arief.