Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap telah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di pesisir selatan Jawa, khususnya pesisir selatan Jawa Timur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa gempa di selatan Jawa dapat berpotensi memicu gelombang tsunami.
Kendati gempa di sana dapat memicu tsunami, Dwikorita menyoroti saat ini masih banyak jalur evakuasi yang belum memadai.
Advertisement
"Mengingat juga potensi tsunami dapat terjadi dan kami baru saja menyelesaikan survei di sepanjang pesisir Jawa, ternyata jalur-jalur evakuasi tsunami masih hampir sebagian besar kabupaten di pesisir Jawa jalur evakuasi tsunaminya masih belum memadai," ujar Dwikorita dalam konferensi pers daring, Jumat malam, 21 Mei 2021.
Jika terjadi guncangan gempa, hal itu bakal membuat peringatan dini tsunami oleh BMKG kurang berjalan efektif.
"(Karena) jalur tersebut belum memadai untuk melakukan evakuasi. Masih ada (jalur) yang terpotong oleh sungai yang rawan dilewati tsunami dan tidak ada jembatannya untuk menyeberang," jelasnya.
Dwikorita mengaku dirinya kerap menjumpai jalur evakuasi tsunami yang terlampau jauh. Hal ini akan membuat masyarakat tak memungkinkan untuk bisa menyelamatkan diri.
"Sehingga dengan waktu datangnya tsunami yang pendek dikhawatirkan tidak memungkinkan untuk keselamatan. Nah poin ini kejadian gempa yang baru saja terjadi (gempa Blitar) merupakan alarm bahwa kita harus segera menyiapkan aspek-aspek ini," kata Dwikorita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gempa Pesisir Jawa Bisa di Atas Magnitudo 6
Menurut Dwikorita gempa yang terjadi di pesisir selatan Jawa bisa tembus di atas magnitudo 6.
"Yang menurut sejarah kegempaan dengan kekuatan bisa melampaui 6 dan bisa berpotensi tsunami. Kita tak bisa memastikan apakah itu akan terjadi. Tetapi dari pelajaran masa lalu memang sudah terjadi beberapa kali dan mohon berkenan untuk mewaspadai," katanya menekankan.
Untuk itu ia mengimbau pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa untuk memastikan kekukuhan konstruksi bangunan masyarakat di wilayahnya. Utamanya bangunan-bangunan yang bersifat vital, seperti sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan perkantoran.
"Mohon pastikan (bangunan) itu benar-benar sudah sesuai dengan standar bangunan tahan gempa," tegasnya.
Kendati terdapat potensi gempa yang bisa terjadi di sana, Dwikorita tetap mengimbau masyarakat untuk tidak panik.
"Kalau tahu harusnya tidak panik, tetapi segera menyiapkan bangunan yang cukup kuat tersebut," pungkasnya.
Advertisement